Misteri gadis yang hilang ....

Laki-laki berusia sekitar 38 tahun itu, menatap kedua muda-mudi yang berdiri di hadapannya secara bergantian, lalu kemudian mengalihkan pandangannya kembali ke selembar photo yang berada di tangan kirinya.
"kalian yakin, teman kalian diculik?" tanya laki-laki itu dengan suara khas yang terdengar sedikit serak.
"sepertinya begitu, tuan." si laki-laki muda menjawab dengan suara tertekan.
Dan wanita yang disampingknya hanya mengangguk meyakinkan.
"selain karena dia sudah hampir tiga hari tidak ada kabar, apa yang mendasari kalian untuk menyimpulkan kalau gadis di dalam photo ini ternyata diculik..?" suara serak laki-laki paroh baya itu terdengar lagi. Ia meletakkan photo yang tadi ia pegang ke atas meja yang berada di sampingnya.

Piter mengeluarkan jepitan rambut yang ia dapat kemarin siang,
"ini.." ucapnya sambil menyerahkan benda tersebut kepada laki-laki itu.
Laki-laki yang bernama lengkap Akmal Hadi itu, mengambil benda tersebut. Kemudian menatapnya sejenak.
"ini apa?" tanyanya ringan.
"jepitan rambut.." kali ini si wanita yang sejak tadi hanya terdiam spontan menjawab.
Akmal menatap tajam ke arah wanita itu.
"iya saya tahu ini jepitan rambut!" ucapnya sedikit kasar, "maksud saya mengapa kalian perlihatkan benda ini sama saya.." suaranya mulai pelan.
Wanita itu, Alena, tertunduk. Tubuhnya sedikit gemetar. Rasa takut merasuki pikirannya tiba-tiba, mendengar suara kasar laki-laki yang ada di depannya.

"itu adalah jepitan rambut yang dipakai Lila pada hari terakhir ia terlihat.." Piter akhirnya bersuara lagi.
"Lila?"
"gadis yang hilang. Gadis yang di photo.." jawab Piter cepat.
Akmal membulatkan bibir.
"kamu dapat dari mana?" tanyanya.
"saya kemarin coba telusuri gang tempat Lila biasa lewat, saya menemukan itu di semak-semak pinggiran jalan." jawab Piter lagi. Suaranya bergetar.
"kalian sudah lapor polisi?"
"sudah.." itu suara Alena yang mencoba memberanikan diri lagi untuk menatap wajah laki-laki itu.
Laki-laki yang mereka temui itu terlihat menyunggingkan senyum tipis. Bekas-bekas ketampanan masih terlihat jelas di wajahnya. Tatapan matanya tajam.

"soal ini.." Akmal mengacungkan benda yang dipegangnya keatas.
Piter dan Alena hanya menggeleng ringan.
"kenapa?" tanya Akmal. Kali ini tatapannya ditujukan pada Piter.
"karena menurut saya, anda lebih membutuhkan benda tersebut..." Piter menjawab.
Laki-laki itu manggut-manggut, ia berjalan mengelilingi meja yang ada di ruangan kecil itu.
Ruangan itu berukuran sekitar 3 x 4 meter persegi, di dalamnya hanya terdapat dua buah lemari yang berisi berkas-berkas. Lalu di tengah-tengah ruangan itu terdapat sebuah meja dan sebuah kursi.
Ruangan itu adalah ruang kerja Akmal sebagai detektif bayaran. Sudah banyak kasus yang pernah ia tangani. Biasanya ia selalu bisa menyelesaikannya.
"saya akan bantu kalian," ucapnya pelan, "tapi kalian harus bayar mahal untuk kasus ini..."
"yah, kami pasti akan bayar." balas Piter.
Sementara Alena hanya terdiam, ia tidak tahu pasti berapa bayaran yang diminta oleh laki-laki itu.
Alena tahu, kalau Piter memang punya banyak uang.
Sebegitu besarkah pengorbanan Piter untuk Lila? bathin Alena.

*************

Mereka bertiga berjalan menyelusuri gang di belakang kampus itu, sebuah gang yang masih tertimbun tanah. Sehingga jika hujan terkadang jalan menjadi becek.
"ngapain kita kesini?" tanya Piter. "saya sudah kesini kemarin, selain jepitan itu, tidak ada apa-apa lagi disini.." lanjutnya.
"jika benar teman kalian diculik, itu berarti si penculik pasti menggunakan kendaraan. Karena sangat tidak mungkin si penculik memopong tubuh teman kalian untuk melewati rumah-rumah yang ada di gang ini. Jadi kita harus perhatikan jejak kendaraannya disini." jawab Akmal, sambil terus berjalan pelan.
Piter dan Alena mengangguk-angguk pelan.
"tapi disini begitu banyak jejak kendaraan.." balas Piter lagi.
"yah, untuk itu kita harus mencari jejak kendaraan yang benar-benar baru. Atau setidaknya jejak kendaraan yang berbeda dari kendaraan-kendaraan yang biasa melewati jalan ini.."

"ini pasti akan sulit.." bisik Alena pelan.
"tidak ada yang sulit." balas Akmal lagi, "jika kita memperhatikannya dengan seksama. Yang terpenting kita perhatikan adalah, yang pertama pastikan jejak kendaraan itu ialah jejak sebuah mobil, karena tidak mungkin si penculik membawa teman kalian dengan sepeda motor." lanjutnya dengan sedikit menarik napas, "kemudian pastikan jejak mobil tersebut, terlihat seperti sebuah jejak yang terkesan buru-buru, karena sudah pasti si penculik mengendarai kendaraannya dengan buru-buru setelah berhasil membawa teman kalian di dalamnya..."
Sekali lagi Piter dan Alena manggut-manggut.
Sebuah analisa yang cerdas. Pantas Piter begitu yakin dengan orang ini, pikir Alena.

"nah itu dia!" ucap Akmal menghentikan langkahnya.
Piter dan Alena yang berada di belakangnya turut berhenti dan memperhatikan arah telunjuk Akmal.
Alena mengerutkan kening, ia tidak begitu paham apa yang ditunjuk oleh Akmal barusan.
"jejak mobil itu terlihat sangat berantakan.." jelas Akmal, sambil berjalan mendekati jejak mobil tersebut.
Piter dan Alena mengikuti dari belakang.
"sekarang kita harus bertanya pada orang yang tinggal di rumah itu.." Akmal berkata lagi, kali ini ia acungkan tangannya ke arah sebuah rumah yang berada tidak jauh dari tempat mereka berdiri.
"saya sudah bertanya kemarin.." ucap Piter tiba-tiba.
"dan mereka jawab apa?" Akmal bertanya sambil terus melangkah mendekati rumah tersebut.
"mereka bilang mereka tidak tahu.." jawab Piter.
"itu karena pertanyaanmu kurang tepat.."
Piter hanya mengerutkan kening, tidak mengerti.

Akmal melangkah mendekati pagar rumah tersebut, kemudian membukanya dengan sedikit kasar.
Piter dan Alena hanya diam mengikuti langkah laki-laki itu.
Akmal mengetuk pintu rumah itu, seorang wanita tua keluar dengan wajah sedikit heran.
"permisi.." suara Akmal lembut, "bolehkah saya bertanya?" lanjutnya.
"yah, ada apa ya..?" wanita itu mengerutkan keningnya yang memang mulai terlihat mulai keriput.
"maaf, apakah anda kemarin lusa atau dua hari yang lalu berada di rumah?"
"saya selalu berada di rumah sepanjang hari. Kenapa?"
"apakah dua hari yang lalu anda melihat sebuah mobil yang menurut anda cukup asing, atau bahkan belum pernah melewati jalan ini?"
Wanita tua itu terdiam sejenak, terlihat berpikir keras.
"ini tentang gadis yang hilang itu?" tanya wanita itu.
"yah," jawab Akmal mengangguk.

"pagi tadi dua orang polisi juga datang kesini dan bertanya pada saya. Mereka bertanya apakah saya mendengar suara teriakan pada dua hari yang lalu. Saya tentu saja menjawab tidak, karena saya memeng tidak mendengar suara teriakan." wanita itu menarik napas sejenak.
"dan pertanyaan anda menurut saya sangat menarik, karena di gang ini memang jarang sekali orang yang lewat. Tidak banyak yang tahu ada gang disini yang bisa tembus ke arah kampus, kecuali bagi mereka yang sudah lama tinggal disini." wanita itu berhenti beberapa saat, sambil memperhatikan ketiga tamu yang berdiri di depannya.
"saya sudah hafal betul kendaraan apa saja yang sering lewat disini, karena saya memang sudah tinggal disini sejak saya menikah. Dan pada dua hari yang lalu saya memang melihat sebuah mobil yang belum pernah lewat disini. Sepintas saya melihat mobil tersebut berhenti disana.." wanita itu menunjuk arah tak jauh dari tempat Akmal menemukan jejak mobil yang dicurigainya tadi.
"apa anda masih ingat kira-kira mobilnya seperti apa?" tanya Akmal dengan wajah penasaran.
"saya tidak tahu pasti merk mobilnya apa. Warnanya hitam pekat, itu seperti sebuah mobil carry tua, kalau saya tidak salah lihat.."

Setelah mengucapkan terima kasih, mereka bertiga pun bergegas menuju mobil Piter yang mereka parkir di halaman kampus.
Diam-diam Piter dan Alena mulai mengagumi sosok Akmal yang memang cerdas dan berpengalaman. Mereka berdua sangat berharap kalau Lila bisa segera mereka temukan, sebelum kejadian yang paling buruk menimpa Lila.

*****
Bersambung ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Layanan

Translate