Aku jatuh cinta kepada orang yang salah... (part 1)

Nama ku Azzam. Umurku 23 tahun.
Aku tinggal di sebuah desa yang cukup jauh dari perkotaan. Sebuah desa yang boleh dibilang masih jauh ketinggalan.
Di desa kami belum ada listrik masuk, dan jalan menuju desa kami masih berupa jalan batu yang rusak dan terdapat banyak lobang di sepanjang jalan.
Namun di desa kami terdapat banyak perkebunan sawit, beberapa adalah milik masyarakat setempat.
Meski sebagian besar nya adalah milik seorang juragan kaya.
Nama nya, pak Anggo, begitu biasanya kami memanggilnya. Ia mempunyai kebun sawit yang sangat luas. Kebun sawit nya hampir separoh dari sepanjang jalan menuju desa kami.
Kalau di perkirakan mungkin hampir 600 hektar luas kebun sawit milik pak Anggo secara keseluruhan.

Aku hanya mengenyam pendidikan sampai tamat SD, karena memang di desa kami satu-satu nya sekolah yang ada ya cuma SD.
Bagi mereka yang memiliki ekonomi yang mapan, maka mereka akan menyekolahkan anak nya keluar.
Bagi kami yang kurang mampu, maka setelah tamat SD kami akan langsung bekerja setidaknya membantu orang tua kami.
Desa kami terletak di pinggiran sebuah sungai, untuk itu, sebagian besar warga bekerja sebagai nelayan di sungai. Sebagian lagi ada yang berkebun, dan selebihnya ialah bekerja di perkebunan sawit milik pak Anggo.
Ada yang jadi tukang panen, tukang bongkar muat, dan ada juga yang bekerja dibagian perawatan kebun. Tentu saja kami semua bekerja di bagian lapangannya, karena kami terutama penduduk asli desa, hanya lulusan Sekolah Dasar.

Aku sendiri bekerja di bagian tukang panen. Aku sudah hampir lima tahun menjadi tukang panen sawit di perkebunan sawit milik pak Anggo. Sebelumnya aku bekerja serabutan di sungai.
Karena sudah cukup lama bekerja di kebun pak Anggo, aku menjadi salah seorang orang kepercayaan pak Anggo untuk mengurus beberapa hektar kebun nya.
Aku dipercaya untuk merawat dan memanen lebih kurang 10 hektar kebun sawit pak Anggo, yang posisi nya memang berada tidak jauh dari desa kami, bersama tiga orang pekerja lainnya.
Di kebun itu terdapat tiga buah barak, satu barak kami gunaka untuk tempat pupuk dan peralatan kerja kami. Satu barak kami gunakan untuk tempat kami istirahat dan memasak. Dan satu barak lagi kami gunakan untuk semacam kantor dan juga untuk tempat istirahat pak Anggo apa bila ia datang berkunjung ke tempat kami.
Aku memang tidur di barak tersebut, karena aku memang masih lajang. Sedangkan ketiga teman ku yang lain, mereka akan pulang ke rumah mereka di desa karena mereka sudah menikah dan mempunyai tempat tinggal sendiri.
Jadi kalau malam hari aku hanya sendirian di kebun itu.

Pak Anggo sudah berumur berkisar 56 atau 57 tahun, beliau mempunyai tiga orang anak. Ketiga anaknya sudah besar, ada yang sudah bekerja dan ada juga yang masih sekolah dan kuliah.
Istri pak Anggo sudah meninggal beberapa tahun lalu. Sekarang pak Anggo sudah menikah lagi, dengan seorang gadis yang seusia anak pertama nya, kira-kira 29 tahun.
Seorang wanita muda yang cantik dan seksi. Mereka menikah sudah hampir setahun.
Aku pernah sudah sering bertemu istri muda pak Anggo, nama nya Resti, ia sudah sering datang ke barak kami menemani pak Anggo.
Kami sempat berkenalan dan ngobrol beberapa kali.
Setiap kali berkunjung ke barak kami, Resti, selalu tersenyum dengan ramah. Terus terang aku kadang sedikit salah tingkah bila harus bertatap muka dengannya.

Pada suatu hari, waktu itu hari minggu pagi. Seperti biasa semua pekerja libur. Aku hanya sendirian di barak, karena memang aku juga di tugas kan oleh pak Anggo untuk sekalian menjaga kebun, terutama kalau semua pekerja libur.
Seperti biasa, aku sedikit bersantai di hari minggu itu. Sambil berbaring di tempat tidur. Tiba-tiba aku melihat sebuah mobil memasuki pekarangan barak. Aku tahu, itu salah satu mobil milik pak Anggo yang biasa ia pakai. Yang membuat aku sedikit heran, tumben pak Anggo datang pada hari minggu.
Belum habis rasa heran ku, tiba-tiba dari dalam mobil keluarlah sesosok perempuan cantik dan anggun.
Perempuan itu ternyata Resti, istri muda pak Anggo, dan ia datang sendirian. Membuat aku semakin heran dan sedikit kaget.
Aku keluar dari barak dan menatap Resti yang berjalan santai menuju barak.

"ada apa, mbak Resti?" tanyaku sedikit gugup, ketika Resti sudah berdiri di hadapanku.
Resti tersenyum tipis, "gak usah panggil mbak, panggil Resti aja. Kita kan seumuran.." ucapnya santai.
Tak lama kemudian, Resti duduk di sampingku. Di depan barak memang terdapat sebuah bangku, tempat biasa kami, para pekerja nongkrong.
"kamu sendirian?" tanya Resti selanjutnya.
Aku hanya mengangguk. Jantungku berdebar-debar hebat. Resti hanya berjarak lebih kurang setengah meter dariku. Aroma tubuhnya yang wangi tercium di hidungku.
Resti memang gadis yang sempurna. Pak Anggo sungguh beruntung menjadikannya istri. Dan menurutku, Resti menikah dengan pak Anggo sudah jelas bukan karena cinta.
Pak Anggo seorang yang sangat kaya, jadi wajar kalau gadis secantik Resti mau menikah dengannya.

"aku hanya ingin terus terang sama kamu, Zam.." ucap Resti terdengar akrab, setelah kami terdiam beberapa saat.
Aku beranikan diri menoleh wajah cantik itu sesaat.
"terus terang tentang apa?" tanyaku, suaraku bergetar menahan debaran di dadaku.
"aku suka sama kamu, Zam. Bahkan sejak pertama kali aku datang kesini..." suara Resti terdengar tegas.
Dan aku kaget. Benar-benar kaget. Tak percaya dengan apa yang barusan aku dengar. Tapi suara Resti cukup jelas. Aku hanya terdiam. Tiba-tiba bibirku terasa kaku. Aku tak tahu harus berkata apa.
"aku tahu ini salah..." Resti berkata lagi setelah melihat aku hanya terdiam. "tapi aku tidak bisa lagi membohongi perasaanku sendiri, Zam. Aku jatuh cinta padamu, dan itu adalah kenyataannya.."
"tapi..."
"ya, aku tahu." potong Resti cepat. "tapi seperti yang aku katakan, aku hanya ingin berterus terang sama kamu, Zam. Aku tak sanggup lagi memendamnya..."

****

Bersambung ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Layanan

Translate