Misteri gadis yang hilang ...

Esoknya Piter dan Alena, akhirnya melaporkan ke pihak berwajib, tentang Lila yang tiba-tiba menghilang tanpa kabar.
"kami belum bisa menyimpulkan bahwa gadis ini dinyatakan hilang.." seorang polisi muda mencoba memberi penjelasan kepada mereka. "karena ini belum dua puluh empat jam. Seperti yang kalian katakan, Lila terakhir kali terlihat yakni pada saat makan siang di kampus. Namun jika sampai siang nanti belum juga ada kabar, kami akan segera mengusut dan mengumumkan kasus ini. Untuk saat ini sebaiknya kalian mencoba menghubungi orang-orang yang selama ini sering berhubungan dengan Lila. Terutama dari pihak keluarganya..." lanjut polisi yang dilabel namanya tertulis 'Martin Dirga'.
"oke. Baik, pak. Terima kasih.." balas Piter datar. Ia tidak begitu yakin, pihak berwajib akan segera mengusut akan hilangnya Lila. Meski belum sampai dua puluh empat jam, Piter sudah bisa memutuskan bahwa sudah terjadi sesuatu yang tidak baik pada Lila. Namun Piter belum bisa menyimpulkan hal seperti apa yang telah terjadi dengan Lila.

"lalu sekarang kita harus bagaimana?" tanya Alena, setelah mereka berada di luar. "apa kita harus mengabarkan orangtua Lila di kampung?"
Sesaat Piter hanya terdiam.
"Bagaimana caranya mengabari mereka, kita kan gak punya satu pun nomor dari keluarga Lila. Bahkan kita juga tidak tahu pasti dimana kampung Lila sebenarnya.." ucap Piter akhirnya.
Lila memang jarang sekali bercerita tentang orangtua dan keluarganya di kampung. Lila juga selama ini sangat jarang pulang kampung.
Yang Piter tahu, Lila berasal dari sebuah kampung yang sangat jauh dari kota ini. Menurut cerita Lila untuk sampai ke kampungnya, bisa menghabiskan waktu lebih dari dua puluh empat jam dengan menggunakan sepeda motor.

"lalu kita harus bagaimana?" tanya Alena lagi dengan nada cemas.
"yah, kita tunggu saja kabar dari pihak yang berwajib. Siapa tahu nanti, kalau sudah diumumkan tentang hilangnya Lila, akan ada kabar baik dari Lila..." jawab Piter sedikit pesimis.
Alena terdiam, ia juga tidak yakin dengan apa yang harus ia lakukan. Selama ini mereka boleh dibilang cukup dekat.  Alena sering berkunjung ke kamar Lila, hanya sekedar untuk ngobrol-ngobrol. Karena kebetulan kamar kost mereka memang bersebelahan. Menurut Alena, Lila adalah sosok cewek yang asyik untuk diajak ngobrol dan dijadikan tempat curhat.

"menurutmu apa yang sebenarnya terjadi pada Lila?" tanya Alena dengan hati-hati. Ia dan Piter duduk di sebuah kafe tak jauh dari kantor polisi yang mereka datangi tadi.
Piter hanya menghembuskan napas. Ia juga tidak tahu pasti apa yang terjadi. Ia juga tidak tahu harus menjelaskan apa pada Alena saat ini.
"apa Lila diculik?" tanya Alena lagi, setelah melihat Piter hanya terdiam.
Piter menatap Alena dengan mengernyitkan kening.
"segala kemungkinan bisa saja terjadi, Alena. Kita belum bisa menyimpulkan apa-apa. Tapi saya akan coba menyelidikinya.." ucap Piter tegas.
Kali ini giliran Alena yang mengerutkan dahinya.
"tapi kita kan sudah melaporkan ke polisi, Piter. Biarkanlah pihak polisi yang mengusutnya."
"yah. Tapi saya gak mungkin berdiam diri saja hanya menunggu kabar dari pihak polisi.."
"lalu apa yang akan kamu lakukan?" tanya Alena penasaran.


**************

Lila terbangun tiba-tiba. Sebuah suara membangunkannya. Matanya membuka, sebuah cahaya cukup menyilaukan matanya. Cahaya itu berasal dari pintu yang terbuka.
Lila segera bangkit dan mencoba untuk berdiri. Seorang laki-laki telah berdiri di ambang pintu, membuat ruangan yang pengap itu menjadi gelap kembali.
Lila menatap laki-laki itu dalam remang-remang cahaya. Tapi ia tahu persis, kalau laki-laki yang berdiri dihadapannya sekarang, bukan laki-laki kemarin yang membiusnya.
Laki-laki ini lebih tegap dan lebih muda, dengan tubuh yang jangkung dan berotot.
"kamu mau apa?" hanya itu pertanyaan yang keluar dari mulut Lila yang kering.
Laki-laki itu tidak menjawab, ia melangkah mendekati Lila.
"tolooong...!!!" tiba-tiba Lila berteriak. Suaranya terdengar serak. Ia mencoba memanfaatkan kesempatan saat pintu terbuka, berharap ada orang yang mendengar teriakannya.

Tapi laki-laki itu dengan cekatan, membekap mulut Lila dengan tangannya.
Lila coba meronta. Melepaskan diri. Namun tenaga laki-laki itu sangat kuat, ia mendekap tubuh Lila dari belakang.
Lila membuka mulutnya dan spontan menggigit tangan laki-laki itu.
Laki-laki itu menarik tangannya, namun segera melepaskan sebuah pukulan keras pada tengkuk Lila.
"aahhhhkkk...." Lila menjerit tertahan. Tengkuknya terasa sangat sakit. Namun sebelum rasa sakit itu hilang, sebuah pukulan mengenai kepala bagian belakang Lila, yang mengakibatkan ia terjerembab dan akhirnya tak sadarkan diri.
Laki-laki itu segera memopong tubuh Lila yang tak sadarkan diri itu, keluar dari ruangan. Seorang temannya telah menunggu di mobil yang parkir tak jauh dari bangunan mungil tersebut.

*************

Keesokan harinya, sebuah pengumuman sudah disiarkan. Tentang hilangnya Lila. Sebuah siaran radio mengabarkan bahwa telah hilang seorang gadis berusia kira-kira 20 tahun, dengan ciri-ciri berambut panjang lurus sebahu, berkulit putih dengan bentuk wajah sedikit oval.....
Di sebuah siaran televisi juga mengabarkan hal tersebut dengan memajang photo Lila.
Pihak polisi juga sudah mulai menyelidiki tentang hilangnya Lila.
Polisi sudah mewawancarai beberapa orang yang melihat Lila di kampus pada hari terakhir Lila terlihat.
Namun sampai siang itu, belum ada perkembangan apa pun.

Piter melangkah pelan menyelesuri gang tempat biasa Lila berjalan menuju kampus.
Gang itu cukup sepi.
Menurut Andini, kemarin Lila pulang melewati gang ini. Bathin Piter, sambil terus memperhatikan dengan seksama kearah kiri kanan jalan.
Tiba-tiba Piter melihat sebuah jepitan rambut berwarna pink tergeletak dipinggiran jalan. Piter melihat disekitar jalan tersebut terdapat semak-semak yang semrawutan, seperti habis diinjak-injak oleh beberapa orang.
Piter mengambil jepitan tersabut lalu memperhatikannya dengan cermat. Segera ia menyimpan jepitan tersebut ke dalam sakunya. Kemudian ia melangkah pelan menuju kampus.

************

"kamu tahu ini?" Piter memperlihatkan jepitan yang ia temukan siang tadi pada Alena, setelah mereka membuat janji untuk bertemu malamnya, di sebuah warung pinggiran tak jauh dari tempat kost Alena.
Alena menatap sejenak, lalu mengambil jepitan itu kemudian mengamatinya.
"kamu dapat ini dari mana?" tanya Alena penasaran.
Piter menjelaskannya secara perlahan, "kenapa?" tanya Piter, melihat Alena yang terbengong.
"saya yakin sekali, ini adalah jepitan milik Lila." ucap Alena sedikit berbisik, "dan saya yakin, Lila memakainya pada hari ia menghilang..." lanjutnya.
Piter sedikit membeliakkan mata. Meski ia sudah bisa mengira hal tersebut, namun pernyataan Alena cukup membuatnya semakin yakin, kalau Lila memang diculik.
Tapi oleh siapa? dan kenapa? pikirnya keras.

"sebaiknya kamu serahkan ini ke polisi..." ucap Alena, sambil menyerahkan jepitan tersebut ke tangan Piter.
Piter menggeleng lemah, "polisi pasti gak bakal percaya. Mereka pasti akan berpikir kalau kita mengada-ada.." ucapnya.
"lalu bagaimana?" tanya Alena.
"saya tahu orang yang bisa menyelidiki kasus ini. Saya yakin ia pasti mau bantu kita..." balas Piter.
"siapa?" tanya Alena dengan raut penasaran.
"namanya Akmal, dia seorang detektif bayaran. Beliau sudah biasa menangani kasus seperti ini. Kita harus mendatanginya.." jawab Piter pelan.

*****
Bersambung ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Layanan

Translate