Orang-orang memanggil ku Abe, begitu lah nama sapaan ku sehari-hari.
Dan ini adalah kisah ku.
Tidak ada yang istimewa sebenarnya dari kisah ku. Semua nya biasa saja.Aku hanya laki-laki biasa, terlahir dari keluarga biasa, di besarkan dengan cara biasa dan tumbuh menjadi orang yang biasa.
Dan sebagai manusia biasa, dalam hidup aku melakukan banyak kesalahan.
Kesalahan-kesalahan itu terjadi begitu saja, bahkan ada yang dengan sengaja aku lakukan.
Dan tentunya sebagai manusia biasa, aku tidak punya banyak keinginan.
Aku hanya ingin merasakan kebahagiaan sebagai mana yang orang-orang lain
rasakan. Aku hanya ingin menikmati hidupku.
Itu saja! ya, hanya itu!
Tapi hidup tak pernah berjalan seperti yang aku harapkan. Hidup terlalu berat bagiku. Hidup ku terlalu rumit dan membosankan.
Semua penderitaan ku berawal ketika Ibu ku meninggal, saat aku masih berusia enam tahun. Saat aku masih sangat kecil dan belum mengerti arti sebuah kehilangan.
Tapi hidup tak pernah berjalan seperti yang aku harapkan. Hidup terlalu berat bagiku. Hidup ku terlalu rumit dan membosankan.
Semua penderitaan ku berawal ketika Ibu ku meninggal, saat aku masih berusia enam tahun. Saat aku masih sangat kecil dan belum mengerti arti sebuah kehilangan.
Lima tahun kemudian, ayah ku pun menyusul ibuku.
Jadi lah aku seorang yatim piatu pada usia ku masih sebelas tahun.
Aku dirawat dan dibesarkan oleh kakak-kakak ku.
Pada usia itu, tentu saja aku masih belum merasa kehilangan. Aku masih merasa baik-baik saja.
Hidup, ku jalani sebagai mana layak nya seorang anak-anak.
Waktu pun terus berputar, dan aku pun mulai tumbuh menjadi seorang laki-laki dewasa. Aku tumbuh menjadi dewasa jauh lebih cepat dari pada orang-orang pada umumnya.
Bagaimana tidak, setelah lulus SMP aku tidak bisa lagi melanjutkan sekolah ku, karena kakak-kakak ku tidak mampu lagi membiayai sekolah ku.
Aku putus sekolah dan mulai melakukan pekerjaan yang hanya dilakukan oleh orang dewasa pada umumnya. Semua itu aku lakukan hanya untuk bisa bertahan hidup.
Karena aku tidak bisa berharap banyak kepada kakak-kakak ku, biar bagaimana pun mereka juga punya keluarga dan anak-anak yang harus mereka biayai.
Dan aku harus berjuang sendiri untuk hidup ku.
Sejak saat itu, aku pun mulai bergaul dan berteman dengan orang-orang yang sudah dewasa.
Aku dirawat dan dibesarkan oleh kakak-kakak ku.
Pada usia itu, tentu saja aku masih belum merasa kehilangan. Aku masih merasa baik-baik saja.
Hidup, ku jalani sebagai mana layak nya seorang anak-anak.
Waktu pun terus berputar, dan aku pun mulai tumbuh menjadi seorang laki-laki dewasa. Aku tumbuh menjadi dewasa jauh lebih cepat dari pada orang-orang pada umumnya.
Bagaimana tidak, setelah lulus SMP aku tidak bisa lagi melanjutkan sekolah ku, karena kakak-kakak ku tidak mampu lagi membiayai sekolah ku.
Aku putus sekolah dan mulai melakukan pekerjaan yang hanya dilakukan oleh orang dewasa pada umumnya. Semua itu aku lakukan hanya untuk bisa bertahan hidup.
Karena aku tidak bisa berharap banyak kepada kakak-kakak ku, biar bagaimana pun mereka juga punya keluarga dan anak-anak yang harus mereka biayai.
Dan aku harus berjuang sendiri untuk hidup ku.
Sejak saat itu, aku pun mulai bergaul dan berteman dengan orang-orang yang sudah dewasa.
Dan aku pun terjerumus dalam lembah hitam penuh dosa.
Aku mulai mengenal dunia kelam, aku sudah mulai mabuk-mabukan, memakai narkoba dan berbagai jenis barang haram lainnya.
Aku tak pedulikan lagi masa depan ku, keluarga ku dan bahkan aku tak peduli lagi dengan hidup ku.
Yang ingin aku lakukan hanyalah menikmati hidup dengan caraku. Meski aku tahu itu salah.
Tapi aku marah pada kehidupan.
Aku marah pada takdir. Aku marah kepada kedua orang tua ku, yang pergi begitu cepat, saat aku masih sangat membutuhkan mereka. Saat aku masih begitu rapuh dan ingin mereka selalu ada di dekat ku.
Bahkan aku marah kepada Tuhan, mengapa Ia dengan begitu tega mengambil kedua orang tua ku di saat aku belum jadi apa-apa. Di saat aku masih begitu lemah.
Aku kehilangan pegangan dalam hidup. Aku kehilangan arah dan bahkan aku kehilangan harapan!
Hingga aku tumbuh menjadi laki-laki liar.
Aku tumbuh menjadi orang yang hampir tidak punya perasaan. Aku akan begitu mudah memukuli siapa saja yang mencoba mengganggu ku.
Tiada hari yang aku lewati tanpa melakukan perbuatan dosa.
Mabuk-mabukan sudah menjadi hobi ku. Berzina sudah menjadi kebiasaan ku setiap hari.
Orang-orang menjadi takut padaku, karena bahkan aku pernah membunuh orang yang tidak bersalah.
Aku keluar masuk penjara beberapa kali. Tapi itu tidak membuat aku jera.
Aku hanya menuntut keadilan pada dunia, kepada Tuhan. Dia yang menciptakan dunia ini, dan Dia harus bertanggung jawab atas semua ketidakbahagiaanku.
Aku benar-benar marah pada kehidupan ini. Bahkan sangat marah!
Sejak kecil aku sudah terbiasa kerja keras, banting tulang, peras keringat. Namun selalu saja nasib tak pernah memihak pada ku. Cita-cita ku, keinginan ku tenggelam. Karena aku memang tidak pernah beruntung sebagai seorang Abe di dunia ini.
Tapi sebagai laki-laki dan tentu saja untuk bertahan hidup aku harus kuat menghadapi kegagalan demi kegagalan yang aku alami.
Namun sekarang aku bahkan sudah tidak yakin pada diri ku sendiri, kalau aku masih mampu meraih sedikit saja dari semua impian ku.
Aku tidak mengharapkan untuk hidup bergelimang harta.
Aku mulai mengenal dunia kelam, aku sudah mulai mabuk-mabukan, memakai narkoba dan berbagai jenis barang haram lainnya.
Aku tak pedulikan lagi masa depan ku, keluarga ku dan bahkan aku tak peduli lagi dengan hidup ku.
Yang ingin aku lakukan hanyalah menikmati hidup dengan caraku. Meski aku tahu itu salah.
Tapi aku marah pada kehidupan.
Aku marah pada takdir. Aku marah kepada kedua orang tua ku, yang pergi begitu cepat, saat aku masih sangat membutuhkan mereka. Saat aku masih begitu rapuh dan ingin mereka selalu ada di dekat ku.
Bahkan aku marah kepada Tuhan, mengapa Ia dengan begitu tega mengambil kedua orang tua ku di saat aku belum jadi apa-apa. Di saat aku masih begitu lemah.
Aku kehilangan pegangan dalam hidup. Aku kehilangan arah dan bahkan aku kehilangan harapan!
Hingga aku tumbuh menjadi laki-laki liar.
Aku tumbuh menjadi orang yang hampir tidak punya perasaan. Aku akan begitu mudah memukuli siapa saja yang mencoba mengganggu ku.
Tiada hari yang aku lewati tanpa melakukan perbuatan dosa.
Mabuk-mabukan sudah menjadi hobi ku. Berzina sudah menjadi kebiasaan ku setiap hari.
Orang-orang menjadi takut padaku, karena bahkan aku pernah membunuh orang yang tidak bersalah.
Aku keluar masuk penjara beberapa kali. Tapi itu tidak membuat aku jera.
Aku hanya menuntut keadilan pada dunia, kepada Tuhan. Dia yang menciptakan dunia ini, dan Dia harus bertanggung jawab atas semua ketidakbahagiaanku.
Aku benar-benar marah pada kehidupan ini. Bahkan sangat marah!
Sejak kecil aku sudah terbiasa kerja keras, banting tulang, peras keringat. Namun selalu saja nasib tak pernah memihak pada ku. Cita-cita ku, keinginan ku tenggelam. Karena aku memang tidak pernah beruntung sebagai seorang Abe di dunia ini.
Tapi sebagai laki-laki dan tentu saja untuk bertahan hidup aku harus kuat menghadapi kegagalan demi kegagalan yang aku alami.
Namun sekarang aku bahkan sudah tidak yakin pada diri ku sendiri, kalau aku masih mampu meraih sedikit saja dari semua impian ku.
Aku tidak mengharapkan untuk hidup bergelimang harta.
Tidak sama sekali!
Aku hanya ingin merasakan kasih sayang, yang sejak kecil bahkan belum
pernah aku rasa kan.
Tapi siapa yang mau peduli pada ku.
Di mata orang-orang aku hanya lah sampah!
****************
Aku masih saja terus menjalani hidup ini dengan semua kebiasaan burukku. Dengan terus bergelimang dosa-dosa yang semakin hari semakin tak bisa aku hindari.
Aku tak mengenal cinta dalam hidup ku, aku bisa mendapatkan perempuan mana pun yang aku inginkan, meski dengan sedikit paksaan.
Karena memang aku terlahir cukup tampan dan memiliki tubuh yang atletis, yang terbentuk oleh penderitaan hidupku.
Aku tak mengenal cinta dan bahkan aku membencinya.
Aku pernah jatuh cinta dan mencoba menjalin hubungan yang serius, tapi aku tak pernah mendapat restu dari kedua orang tua kekasihku.
Seperti yang aku katakan, di mata orang-orang aku hanyalah sampah, tidak punya masa depan yang jelas dan tidak memiliki kehidupan yang mapan.
Orang tua mana yang akan dengan begitu mudah, mengizinkan anak gadisnya hidup bersama dengan orang sepertiku.
Tidak satu pun! Dan tak kan pernah ada.
Dan aku juga tidak peduli akan semua itu.
Hari-hari berlalu seperti biasa. Hingga suatu saat, Tuhan akhirnya menghajarku!
Tapi siapa yang mau peduli pada ku.
Di mata orang-orang aku hanya lah sampah!
****************
Aku masih saja terus menjalani hidup ini dengan semua kebiasaan burukku. Dengan terus bergelimang dosa-dosa yang semakin hari semakin tak bisa aku hindari.
Aku tak mengenal cinta dalam hidup ku, aku bisa mendapatkan perempuan mana pun yang aku inginkan, meski dengan sedikit paksaan.
Karena memang aku terlahir cukup tampan dan memiliki tubuh yang atletis, yang terbentuk oleh penderitaan hidupku.
Aku tak mengenal cinta dan bahkan aku membencinya.
Aku pernah jatuh cinta dan mencoba menjalin hubungan yang serius, tapi aku tak pernah mendapat restu dari kedua orang tua kekasihku.
Seperti yang aku katakan, di mata orang-orang aku hanyalah sampah, tidak punya masa depan yang jelas dan tidak memiliki kehidupan yang mapan.
Orang tua mana yang akan dengan begitu mudah, mengizinkan anak gadisnya hidup bersama dengan orang sepertiku.
Tidak satu pun! Dan tak kan pernah ada.
Dan aku juga tidak peduli akan semua itu.
Hari-hari berlalu seperti biasa. Hingga suatu saat, Tuhan akhirnya menghajarku!
Aku mengalami sebuah kecelakaan yang sangat parah. Aku koma
di rumah sakit, selama sepuluh hari. Aku tak sadarkan diri.
Selama masa koma itu lah, aku seakan mendapat pencerahan. Aku bermimpi bertemu kedua orangtuaku. Mereka sangat marah pada ku, mereka seperti membenciku. Dan aku menangis tersedu-sedu dalam mimpiku. Aku ingin meminta maaf kepada kedua orangtuaku, tapi sepertinya mereka tak mau lagi mendengarku. Mereka pergi menjauh dan hilang. Aku mencoba memenggil mereka sekeras-kerasnya, namun suaraku tertahan dan yang keluar hanyalah rintihan kesakitan.
Aku pun tersadar dari koma ku, tak sadar air mataku pun menetes.
Semua kakak dan keluargaku sudah berkumpul di dekatku. Wajah mereka menunjukkan kesedihan yang tampak begitu tulus di mataku.
Aku pun terhenyak, luka-luka ku akibat kecelakaan itu masih terasa sangat sakit. Namun yang paling menyakitkan dari semua itu adalah, ketika aku tahu, aku telah kehilangan sebelah kakiku. Kaki kiri ku harus di amputasi karena mengalami patah yang sangat parah. Tuhan telah mengambilnya dengan paksa dariku.
Seketika aku sadar, ini adalah salah satu bentuk teguran Tuhan pada ku. Atau bahkan ini adalah hukuman untuk semua dosa-dosa ku.
Aku kehilangan satu kakiku, dan kehilangan bukanlah hal yang baru bagiku. Aku sudah terlalu biasa dengan yang namanya kehilangan. Dan aku tidak ingin menangisinya atau pun menyesalinya.
Takdirku memang selalu buruk, keberuntungan tidak pernah benar-benar datang padaku.
Dan aku membenci semua itu.
**************
Waktu terus berlalu dan aku membiarkan takdir menjalankan tugasnya. Berbulan-bulan aku hidup dan berjalan dengan memakai satu tongkat. Untunglah kakakku masih mau merawatku.
Hampir setiap malam, aku selalu di hantui oleh mimpiku. Mimpi bertemu ayah dan ibuku. Mereka selalu datang dalam mimpiku dengan keadaan marah dan kecewa.
Aku menghabiskan hari-hariku merenungi semua itu. Aku pun mulai membaca beberapa buku tentang menjadi seorang muslim yang baik.
Ya, dari kecelakaan yang ku alami dan dari mimpi-mimpiku, aku mulai sadar, kalau apa yang aku lakukan selama ini adalah sebuah kesalahan.
Dan Tuhan sudah menegurku berkali-kali. Namun selama ini hatiku begitu tertutup oleh kekecewaanku terhadap hidup.
Sekarang aku mulai menghafal kembali bacaan-bacaan sholat, yang sempat aku pelajari pada waktu aku sekolah dulu. Mulai membaca Al-Qur'an kembali. Aku mulai melaksanakan sholat yang sudah sangat lama aku tinggalkan.
Aku mulai mendekatkan diriku kepada Tuhan yang selama ini aku benci.
Tengah malam aku pun bersujud, memohon ampunan kepada Allah. Berharap semoga Allah masih mau memberikan aku kesempatan, untuk memulai kembali hidupku.
Memulai hidupku yang baru. Meninggalkan semua kezholiman yang pernah aku lakukan.
Aku manangis tersedu-sedu, mengingat semua dosa-dosaku. Sadar betapa tak berharganya aku di mata Allah. Betapa rendahnya aku dan betapa hinanya apa yang lakukan selama ini.
Betapa kecewanya kedua orangtuaku atas semua perbuatanku selama ini.
Aku hanya seorang pendosa yang berusaha mendapatkan Rahmat Tuhan kembali. Hidupku bagai dipenjara sunyi, siang berlumur dosa malam pun berteman sepi, tiada tempat mengadu. Namun kenyatan tak jua aku temui.
Dosa-dosaku sudah terlalu banyak. Aku hidup dalam lumpur dosa selama ini. Mungkinkah masih ada kesempatanku untuk memperbaiki semuanya?
Ataukah tak ada tempat lagi untuk orang sepertiku ini?
Semua tanyaku tak terjawab.
Aku dirundung pilu setiap hari dan Tuhan masih belum juga menjawab do'a-do'aku.
Tak mudah memang, melepaskan diri dari semua kebiasaan buruk yang hampir sudah mendarah daging. Tapi aku harus berjuang. Aku harus bisa. Tak peduli sebesar apapun resiko yang harus aku hadapi nanti.
Aku harus meminta maaf kepada siapa pun yang pernah aku sakiti dulu.
Aku tahu, terlalu banyak waktu yang aku buang percuma selama ini. Aku telah menyia-nyia kan hidupku. Dan aku tidak akan mengulanginya. Meski aku harus melanjutkan hidupku hanya dengan satu kaki.
Aku benar-benar berharap kelak suatu saat aku akan menemukan kebahagiaan yang selama ini aku harapkan.
Atau justru sebaliknya, aku akan kembali terjerumus dalam lumpuran dosa, yang bahkan mungkin akan jauh lebih parah?!
Selama masa koma itu lah, aku seakan mendapat pencerahan. Aku bermimpi bertemu kedua orangtuaku. Mereka sangat marah pada ku, mereka seperti membenciku. Dan aku menangis tersedu-sedu dalam mimpiku. Aku ingin meminta maaf kepada kedua orangtuaku, tapi sepertinya mereka tak mau lagi mendengarku. Mereka pergi menjauh dan hilang. Aku mencoba memenggil mereka sekeras-kerasnya, namun suaraku tertahan dan yang keluar hanyalah rintihan kesakitan.
Aku pun tersadar dari koma ku, tak sadar air mataku pun menetes.
Semua kakak dan keluargaku sudah berkumpul di dekatku. Wajah mereka menunjukkan kesedihan yang tampak begitu tulus di mataku.
Aku pun terhenyak, luka-luka ku akibat kecelakaan itu masih terasa sangat sakit. Namun yang paling menyakitkan dari semua itu adalah, ketika aku tahu, aku telah kehilangan sebelah kakiku. Kaki kiri ku harus di amputasi karena mengalami patah yang sangat parah. Tuhan telah mengambilnya dengan paksa dariku.
Seketika aku sadar, ini adalah salah satu bentuk teguran Tuhan pada ku. Atau bahkan ini adalah hukuman untuk semua dosa-dosa ku.
Aku kehilangan satu kakiku, dan kehilangan bukanlah hal yang baru bagiku. Aku sudah terlalu biasa dengan yang namanya kehilangan. Dan aku tidak ingin menangisinya atau pun menyesalinya.
Takdirku memang selalu buruk, keberuntungan tidak pernah benar-benar datang padaku.
Dan aku membenci semua itu.
**************
Waktu terus berlalu dan aku membiarkan takdir menjalankan tugasnya. Berbulan-bulan aku hidup dan berjalan dengan memakai satu tongkat. Untunglah kakakku masih mau merawatku.
Hampir setiap malam, aku selalu di hantui oleh mimpiku. Mimpi bertemu ayah dan ibuku. Mereka selalu datang dalam mimpiku dengan keadaan marah dan kecewa.
Aku menghabiskan hari-hariku merenungi semua itu. Aku pun mulai membaca beberapa buku tentang menjadi seorang muslim yang baik.
Ya, dari kecelakaan yang ku alami dan dari mimpi-mimpiku, aku mulai sadar, kalau apa yang aku lakukan selama ini adalah sebuah kesalahan.
Dan Tuhan sudah menegurku berkali-kali. Namun selama ini hatiku begitu tertutup oleh kekecewaanku terhadap hidup.
Sekarang aku mulai menghafal kembali bacaan-bacaan sholat, yang sempat aku pelajari pada waktu aku sekolah dulu. Mulai membaca Al-Qur'an kembali. Aku mulai melaksanakan sholat yang sudah sangat lama aku tinggalkan.
Aku mulai mendekatkan diriku kepada Tuhan yang selama ini aku benci.
Tengah malam aku pun bersujud, memohon ampunan kepada Allah. Berharap semoga Allah masih mau memberikan aku kesempatan, untuk memulai kembali hidupku.
Memulai hidupku yang baru. Meninggalkan semua kezholiman yang pernah aku lakukan.
Aku manangis tersedu-sedu, mengingat semua dosa-dosaku. Sadar betapa tak berharganya aku di mata Allah. Betapa rendahnya aku dan betapa hinanya apa yang lakukan selama ini.
Betapa kecewanya kedua orangtuaku atas semua perbuatanku selama ini.
Aku hanya seorang pendosa yang berusaha mendapatkan Rahmat Tuhan kembali. Hidupku bagai dipenjara sunyi, siang berlumur dosa malam pun berteman sepi, tiada tempat mengadu. Namun kenyatan tak jua aku temui.
Dosa-dosaku sudah terlalu banyak. Aku hidup dalam lumpur dosa selama ini. Mungkinkah masih ada kesempatanku untuk memperbaiki semuanya?
Ataukah tak ada tempat lagi untuk orang sepertiku ini?
Semua tanyaku tak terjawab.
Aku dirundung pilu setiap hari dan Tuhan masih belum juga menjawab do'a-do'aku.
Tak mudah memang, melepaskan diri dari semua kebiasaan buruk yang hampir sudah mendarah daging. Tapi aku harus berjuang. Aku harus bisa. Tak peduli sebesar apapun resiko yang harus aku hadapi nanti.
Aku harus meminta maaf kepada siapa pun yang pernah aku sakiti dulu.
Aku tahu, terlalu banyak waktu yang aku buang percuma selama ini. Aku telah menyia-nyia kan hidupku. Dan aku tidak akan mengulanginya. Meski aku harus melanjutkan hidupku hanya dengan satu kaki.
Aku benar-benar berharap kelak suatu saat aku akan menemukan kebahagiaan yang selama ini aku harapkan.
Atau justru sebaliknya, aku akan kembali terjerumus dalam lumpuran dosa, yang bahkan mungkin akan jauh lebih parah?!
****
Sekian ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar