Namamya mas Toni, dan dia adalah tetanggaku di kampung.
Mas Toni sudah menikah dan sudah punya dua orang anak.
Aku sebenarnya tidak begitu mengenal mas Toni, meski pun kami sudah bertetangga selama bertahun-tahun.
Aku sebenarnya kuliah di kota, dan hanya pulang bila musim liburan tiba.
Karena itu aku jadi tidak begitu mengenal mas Toni.
Pada suatu musim liburan, seperti biasa aku pulang ke kampung.
Suasana kampung ku memang selalu sunyi, siang hari orang-orang sibuk bekerja di kebunnya masing-masing yang berjarak cukup jauh dari perumahan penduduk.
Sementara kalau malam hari, orang-orang lebih memilih untuk berdiam diri di rumah karena merasa capek sehabis kerja seharian.
Pada suatu pagi, saat itu aku hanya sendirian di rumah. Ibu dan ayahku seperti biasa pergi ke kebun untuk bekerja. Sedangkan kedua adik-adikku sedang menikmati liburan mereka di rumah pamanku yang berada di kampung tetangga.
Saat itu tiba-tiba mas Toni datang ke rumahku. Dia hanya memakai celana pendek dan tidak memakai baju.
"saya hanya mau ngantar pompa sepeda, yang kemarin saya pinjam sama ayah kamu.." begitu alasan mas Toni, saat aku membuka pintu untuknya.
"maaf ya, saya pikir tadi hanya ayah kamu yang di rumah. Jadi saya berpakaian sedikit tidak sopan." lanjut mas Toni, melihat aku yang menatapnya.
"gak apa-apa mas Toni. Biasa aja kok." timpalku berusaha sesantai mungkin.
"kamu lagi libur kuliah ya?" tanya mas Toni berbasa-basi.
"iya nih mas. Jadi suntuk juga kalau lagi di kampung. Sepi." balasku ramah.
"emang orangtua kamu kemana?" tanya mas Toni lagi.
"biasalah mas Toni, rutinitas mereka kan memang ke kebun setiap hari, sedang adik-adikku sedang di rumah paman kami." jelasku.
"oh, jadi kamu sendirian aja nih di rumah?" ucap mas Toni lagi.
"iya nih bang. Karena itu aku jadi semakin suntuk." balasku ringan.
"mas Toni sendiri gak ke kebun?" tanyaku melanjutkan.
"saya lagi kurang enak badan. Jadi istri saya aja yang ke kebun. Sementara anak-anak sedang di rumah bibinya. Jadi saya juga sendirian di rumah." jawab mas Toni menjelaskan.
Selanjutnya mas Toni juga bercerita beberapa hal padaku, terutama tentang kejadian-kejadian yang terjadi di kampung kami.
Awalnya kami hanya ngobrol di teras rumahku, namun karena merasa tidak enak di lihat orang yang lewat, aku kemudian mengajak mas Toni ngobrol di ruang tamu kecil rumah kami.
Karena merasa suntuk, ngobrol dengan mas Toni, jadi cukup membuatku sedikit terhibur.
Saat berada di ruang tamu, mas Toni duduk di hadapanku. Aku dapat melihat dengan jelas, dada bidang mas Toni.
Mas Toni memang berkulit sedikit gelap, namun tubuhnya sangat kekar.
Wajah mas Toni juga lumayan tampan, meski sudah kelihatan sedikit tua.
Mas Toni mungkin sudah berusia kurang lebih 35 tahun.
"kamu kok melihat saya seperti itu?" tanya mas Toni, saat akhirnya dia menyadari kalau aku memperhatikannya diam-diam.
"mas Toni terlihat gagah." ucapku jujur dan terdengar polos.
Mas Toni terlihat tersenyum aneh, aku tidak mengerti arti dari senyumannya. Mungkin dia merasa bangga mendengar pujianku barusan.
Sejenak kemudian, tiba-tiba mas Toni berpindah duduk di sampingku.
"kamu suka gak?" tanyanya dengan suara menggoda.
"suka apa?" tanyaku balik, mulai merasa salah tingkah.
"katanya saya terlihat gagah. Suka gak sama saya?" mas Toni mengulang pertanyaannya.
"kalau suka benaran jelas gak lah mas. Mas Toni kan udah punya istri dan anak. Tapi kalau hanya buat senang-senang aja ayok. Aku mau." jawabku jujur.
Mas Toni pun tersenyum kembali mendengar ucapanku.
Sesaat kemudian aku pun mengajak mas Toni untuk msuk ke kmar ku.
Suasana pagi itu memang cukup dingin dan sepi. Hal itu justru membuatku jadi mudah terbawa suasana.
Apa lagi mas Toni memang cukup menarik secara fisik.
Pagi itu kami pun birsmbah kerngat melkukan sebuah pendkian.
Sebuah pendkian yyg indah.
Tak ku sangka ternyata mas Toni memiliki psang yang sngat jumbo.
Belum pernah aku melihat psang sebesar itu.
Dan aku menyukainya.
Segala rasa sepi dan rasa suntuk ku pagi itu, akhirnya terlepas dengan kehadiran mas Toni.
*****
"kamu sudah biasa ya melkukan hal tersebut?" tanya mas Toni, setelah kami selesai melaksanakan ronde pertama pagi itu.
"biasa sih gak. Tapi pernah beberapa kali dulu dengan pacarku. Setelah itu pacarku malah pergi meninggalkanku. Setelah dia dapat segalanya dariku. Karena itu aku jadi kecewa pada laki-laki. Jadi aku selalu melampiaskan kekecewaanku, dengan mengajak laki-laki yang aku suka untuk tdur bersmaku." jelasku jujur.
"jadi kita melakukannya atas dasar suka sama suka kan? Dan tidak ada ikatan apapun diantara kita?" tanya mas Toni lagi.
"Iya mas. Mas Toni tenang aja. Aku cukup tahu diri kok. Mas Toni kan udah punya istri dan anak. Jadi kita melakukannya hanya untuk bersenang-senang saja." jawabku yakin.
"jadi kapan-kapan bisa lagi dong?" mas Toni bertanya lagi.
"sekarang juga bisa lagi kok mas. Kan masih pagi. Masih panjang waktu kita." jawabku manja.
"kamu maniak juga ya." balas mas Toni.
"kalau psang mas Toni segede itu, ya aku bisa jadi maniak mas." ucapku dengan nada menggoda.
Aku memang masih menginginkan hal tersebut dari mas Toni. Selain karena karena bsar, mas Toni juga sangat berpengalaman.
Jarang-jarang aku bertemu laki-laki yang komplit seperti mas Toni.
Gagah, lumayan tampan dan gede.
Karena itu aku mulai memncing mas Toni kembali. Dan mas Toni juga tidak menolaknya.
Kami pun memlai pendkian kembli pagi itu, untuk yang kedua kalinya.
Dan begitulah kisah singkat ku bersama mas Toni sang tetanggaku yang gagah tersebut.
Hal itu masih sering kami lakukan, terutama saat aku pulang ke kampung.
Mas Toni mampu membuatku ketgihan. Dia berbeda dari kebanyakan laki-laki yang aku temui di kota.
****
Selesai..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar