Abe ...
Aku dan Dio kembali bersama. Kami kembali menikmati indahnya cinta kami.
Hampir setiap malam kami selalu bersama. Merajut benang-benang kasih yang penuh warna.
Namun pada suatu malam, tiba-tiba Candra, sepupu Dio, datang menemuiku di rumahku.
Saat itu aku memang tidak sedang bersama Dio, karena Dio sedang bertugas malam itu.
"ada apa kamu kesini, Can?" tanyaku, saat akhirnya Candra aku persilahkan masuk.
"apa tawaran bang Abe dulu masih berlaku?" balas Candra.
"tawaran yang mana?" tanyaku benar-benar tidak ingat.
"tawaran untuk aku bisa menghibur bang Abe waktu itu." jawab Candra.
"oh.." desahku ringan, dengan sedikit membulatkan bibir. Aku jadi ingat, saat aku pernah menawarkan Candra untuk sekedar menghiburku, karena aku telah patah hati oleh Dio saat itu.
Candra bersedia waktu itu, untuk menikmati malam bersamaku, tapi dia tidak jadi datang dan yang datang justru Dio yang telah lama menghilang waktu itu.
"ya, gak mungkin berlaku lagi lah, Can. Kan sekarang aku sudah bersama Dio.." ucapku akhirnya.
"tapi aku masih penasaran, bang. Bagaimana sih rasanya hal itu, jika melakukannya dengan laki-laki.." balas Candra, dengan mengerlingkan matanya.
Aku terdiam. Aku harap Candra hanya bergurau.
Lalu bagaimanakah akhirnya kejadian ku malam itu bersama Candra?
Dan bagaimana pula reaksi Dio, saat tahu semuanya?
Simak kisah ini sampai selesai ya..
Namun sebelumnya ... bla..bla..
****
"aku serius, bang.." ucap Candra lagi meyakinkanku.
"tapi aku gak bisa, Can. Aku gak mungkin mengkhianati Dio. Aku hanya mencintainya." balasku tegas.
"aku hanya ingin merasakannya satu kali aja, bang. Karena aku masih penasaran, seperti apa rasanya hal itu.." balas Candra.
"tapi kan tidak harus dengan aku kan, Can. Kamu bisa cari lain. Banyak kok di luar sana.." ucapku menyarankan.
"tapi aku maunya sama bang Abe. Aku juga gak mau sembaranganlah, bang. Lagi pula, kan abang yang menawarkan waktu itu.." balas Candra lagi.
"iya, tapi sekarang aku gak bisa lagi, Can.." ucapku pelan.
"kalau abang gak mau, aku akan sebarkan tentang hubungan abang dengan Dio pada orang-orang.." tiba-tiba Candra berucap dengan nada sedikit tinggi.
"maksud kamu apa sih, Can.." suara ku ikut meninggi.
"iya, kalau abang gak mau melakukannya denganku malam ini, maka aku akan menceritakan kepada orang-orang kalau abang dan Dio berpacaran.." balas Candra sengit.
"kamu jangan gila ya, Can. Kamu mau merusak nama kami berdua?" balasku lagi.
"makanya, bang. Jangan macam-macam sama saya, saya kan cuma minta satu kali ini aja. Saya cuma penasaran doang kok. Lagian saya kan pegang rahasia kalian berdua, jadi boleh dong saya dapat imbalannya.." ucap Candra lagi.
"kamu kenapa sih, Can. Ngotot banget. Kamu kan tahu kalau aku pacaran dengan Dio. Dio itu sepupu kamu, nanti kalau dia tahu bagaimana?" aku berucap dengan nada sedikit tinggi.
"ya jangan sampai Dio tahu la, bang. Lagian kan cuma satu kali. Orang pacaran normal aja pernah selingkuh, masa' hubungan seperti kalian ini gak bisa selingkuh.." balas Candra tajam.
"pokoknya, kalau abang gak mau, saya pasti akan menyebarkan tentang hubungan kalian.." lanjut Candra lagi dengan nada mengancam.
"abang pilih mana? Pilih memenuhi keinginan saya malam ini, atau pilih hubungan kalian diketahui orang banyak.." Candra berucap lagi, melihat aku hanya terdiam.
Aku berpikir keras. Candra sepertinya sangat serius dengan ancamannya.
"oke. Saya mau. Dengan syarat, ini hanya malam ini saja, dan kamu tidak boleh menceritakannya pada Dio.." ucapku akhirnya.
Aku memutuskan demikian, hanya untuk menjaga agar hubunganku dengan Dio, tetap terjaga rahasianya.
Aku yakin, Candra sangat serius dengan ancamannya. Karena itu aku pun menyetujuinya.
Jadilah malam itu aku dan Candra pun melakukan sebuah pergelaran, yang selama ini hanya aku lakukan bersama Dio.
Meski pun baru pertama kali melakukannya, Candra ternyata cukup lihai dalam hal tersebut.
Aku menjadi sedikit terkesan dengannya malam itu.
Namun setelah semuanya terjadi, tiba-tiba aku merasa menyesal. Aku merasa sangat bersalan kepada Dio. Aku telah mengkhianatinya.
Tapi semua itu aku lakukan, hanya untuk menjaga nama baik kami berdua.
****
"tega kamu, bang.." lantang suara Dio padaku.
"maksud kamu?" tanyaku dengan kening berkerut.
Malam itu Dio tiba-tiba saja datang dengan keadaan sangat marah padaku.
"abang gak usah pura-pura bodoh. Aku sudah tahu, kalau abang menjalin hubungan dengan Candra.." suara Dio masih lantang.
"aku gak punya hubungan apa-apa dengan Candra, Dio. Kamu ngomong apa sih? Aku gak mungkin mengkhianati kamu, Dio. Aku hanya mencintai kamu.." balasku berusaha selembut mungkin.
"omong kosong! Nyatanya abang selingkuh kan dengan Candra?!" ucap Dio kasar.
"aku tidak pernah selingkuh dengan siapa pun, Dio. Kenapa kamu bisa berpikir seperti itu?" balasku masih berusaha lembut.
"udahlah, bang! aku sudah tahu semuanya. Pokoknya mulai sekarang kita putus! Aku benci bang Abe.." setelah berkata demikian, Dio segera berlalu dari rumahku.
Aku ingin mengejarnya, namun aku takut para tetangga melihat dan mendengar pertengkaran kami. Karena itu aku hanya membiarkan Dio pergi.
Aku merasa terhenyak tiba-tiba. Bagaimana Dio bisa tahu tentang kejadian malam itu?
Apa mungkin Candra yang cerita? Padahal Candra sudah berjanji untuk tidak menceritakan hal tersebut pada Dio.
Aku mencoba menghubungi Dio, tapi tak ada tanggapan sama sekali. Aku pun mengirimkan beberapa pesan, tapi tak jua dibalasnya.
Aku merasa putus asa. Rasa penyesalan kembali menyeruak di dadaku.
Kejadian malam itu, hanya aku dan Candra yang tahu. Dan itu sudah terjadi seminggu yang lalu. Tapi kenapa sekarang Dio tiba-tiba tahu?
Ahk, aku jadi bingung dengan semua ini. Baru saja hubunganku dengan Dio membaik, sekarang sudah ada lagi masalah.
Aku memejamkan mata, mencoba untuk tertidur malam itu. Tapi pikiranku masih kacau. Aku bingung bagaimana menjelaskan semuanya pada Dio.
****
"aku minta maaf, Dio. Aku terpaksa melakukannya.." ucapku pelan, saat akhirnya aku bertemu Dio pagi itu di pos penjagaannya.
"terpaksa apanya?" suara Dio kasar.
"Candra mengancam akan menyebarkan tentang hubungan kita kepada orang-orang, kalau aku menolak permintaannya malam itu.." jelasku masih dengan suara pelan.
"dan abang bersedia begitu aja? Apa aban pikir Candra akan berani melakukan hal tersebut? Apa abang pikir, orang-orang akan begitu saja pada Candra?" suara Dio sedikit melunak.
"aku hanya mencoba menjaga rahasia hubungan kita, Dio." balasku ringan.
"dengan mengorbankan hubungan kita? Dengan mengorbankan perasaanku?" tanya Dio sengit.
"aku minta maaf, Dio. Itu hanya terjadi satu kali saja. Dan itu tidak akan pernah terjadi lagi. Aku janji.." balasku lagi.
"sudah teramat sering bang Abe mengingkari janji bang Abe sendiri. Aku sudah tidak percaya lagi. Lagi pula, untuk saat ini, aku tidak ingin bertemu bang Abe lagi. Hatiku terlanjur sakit, bang. Dan ini bukan pertama kalinya, bang Abe menyakitiku. Aku tidak bisa menerimanya lagi. Jadi lebih baik kita akhiri saja semuannya.." ucap Dio panjang lebar, yang membuatku semakin terenyuh.
Aku terdiam. Aku tahu, Dio sangat marah padaku saat ini. Dan aku tidak bisa berbicara banyak pada orang yang sedang marah.
Apa pun penjelasanku padanya, jelas tidak akan bisa dia terima. Karena itu, aku memilih untuk pergi kembali bekerj, dan membiarkan Dio sendirian di pos nya.
*****
"aku minta maaf, bang Abe.." pelan suara Candra, ketika malam itu ia datang lagi ke rumahku.
"kamu minta maaf untuk apa?" tanyaku acuh.
"karena aku hubungan bang Abe dan Dio jadi retak.." jelas Candra.
"hubuganku dan Dio bukan saja retak, Candra. Tapi telah hancur berkeping-keping. Dio tak mau lagi bertemu denganku. Dan hatiku sakit karena itu.." ucapku membalas.
"apa bang Abe sangat mencintai Dio?" tanya Candra kemudian.
"aku sangat mencintainya, Candra. Aku tidak bisa hidup tanpanya. Tapi sekarang semuanya berantakan. Yang aku tak habis pikir, kenapa Dio bisa tahu tentang kejadian malam itu?" balasku terdengar lemah.
"aku yang cerita, bang." ucap Candra, yang membuatku menatapnya penuh tanya.
"apa maksud kamu menceritakan itu pada Dio? Bukankah kamu sudah berjanji untuk tidak menceritakannya?" ucapku akhirnya.
"karena itu aku minta maaf, bang. Abang kan tahu, aku orangnya ceplas ceplos dan blak-blakan. Jadi aku tanpa sengaja menceritakan hal tersebut pada Dio. Aku pikir itu tidak akan berakibat fatal. Aku hanya ingin berbagi pengalaman pada Dio." jelas Candra dengan raut merasa bersalahnya.
"hubungan kami bukanlah hubungan main-main, Candra. Hubungan kami sangat serius. Sudah banyak yang kami korbankan untuk bisa bersama. Sudah banyak kepahitan yang kami lalui. Dan kamu menghancurkannya begitu saja.." suaraku pilu, lebih kepada diriku sendiri.
"sekali lagi aku minta maaf, bang Abe. Aku menyesal. Aku pikir adalah hal biasa kejadian seperti itu dalam hubungan sesama jenis. Aku tidak menyangka sama sekali, kalau cinta kalian berdua begitu besar.." ucap Candra lagi.
Setelah berucap demikian, Candra pun pamit untuk pulang.
Aku masih dalam kesendirianku. Aku masih dengan perasaan bersalahku.
Dulu saat aku dipaksa menikah oleh orangtuaku, terus terang aku memang merasa bersalah pada Dio. Namun rasa bersalah ku kali ini jauh lebih besar dari pada itu.
Aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri, kalau aku tidak bisa membuat Dio tersenyum kembali padaku.
Tapi apa yang bisa aku lakukan saat ini?
Semuanya sudah terjadi. Dan aku hanya bisa menyesalinya.
****
Malam berikutnya, tiba-tiba Dio datang ke rumahku.
"Dio? Ada apa?" tanyaku dalam kekagetanku.
"aku minta maaf, bang." ucap Dio lemah, "aku minta maaf, karena telah mengabaikan bang Abe beberapa hari ini.." lanjutnya.
"aku yang harus minta maaf sama kamu, Dio. Aku telah menodai hubungan cinta kita. Aku adalah seorang pengkhianat. Kamu boleh hukum aku apa saja, Dio. Tapi jangan pernah kamu tinggalkan aku seperti ini.." ucapku dengan suara serak.
"aku memang sakit hati, mendengar semua cerita itu dari Candra, bang. Dan aku kecewa. Tapi aku kemudian mengerti dan sadar, kalau apa yang abang lakukan, semua hanya karena terpaksa..." balas Dio pelan.
"aku mungkin terlalu mencintai, bang Abe. Karena itu aku jadi sangat posesif. Namun kemudian aku sadar, bahwa tidak ada cinta yang sempurna di dunia ini. Apa lagi hubungan cinta seperti kita ini." Dio melanjutkan.
"kenapa kamu tiba-tiba jadi berubah pikiran seperti ini, Dio?" tanyaku pelan.
"pertama, mungkin karena aku memang sangat menyayangi bang Abe. Dan kedua karena tadi pagi Candra datang menemuiku. Candra menjelaskan semuanya. Tentang kejadian malam itu dan juga tentang bagaimana perasaan bang Abe padaku sebenarnya." jelas Dio membalas.
Aku menatap wajah tampan itu dengan penuh perasaan.
Terima kasih, Candra. Bisikku dalam hati.
"aneh ya Candra itu.." ucapku tanpa sadar.
"aneh kenapa?" tanya Dio dengan kening berkerut.
"iya, aneh. Awalnya dia sangat mendukung hubungan kita, lalu kemudian, dia tiba-tiba menjadi penyebab retaknya hubungan kita, dan sekarang dia malah berusaha untuk menyelamatkan hubungan kita kembali.." jelasku kemudian.
"udahlah, bang. Kita gak usah bahas tentang Candra lagi. Kecuali kalau bang Abe memang benar-benar menyukainya.." ucap Dio kemudian.
"kamu apaan sih, Dio. Aku hanya mencintai kamu, Dio. Aku hanya mencintai kamu, dulu, sekarang, esok dan selama-lamanya." balasku lembut.
"aku juga hanya mencintai bang Abe.." ucap Dio penuh perasaan.
Sesaat kemudian, kami pun saling berdekapan, untuk melepaskan segala kerinduan kami selama beberapa hari ini.
Dan kemudian, kami pun melakukan ritual kami seperti biasa.
Sebuah ritual yang telah kami lakukan selama bertahun-tahun hubungan kami.
Dunia kembali penuh warna bagiku.
Cinta akan kembali menyatukan aku dan Dio, walau apa pun yang akan terjadi.
Semoga saja, selanjutnya kami akan lebih kuat lagi menghadapi berbagai rintangan yang coba memisahkan cinta kami.
Ya, semoga saja...
****
Sekian ..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar