Security tampan itu, pacarku... (part 1) Abe version

Abe ...

Namanya Ardio. Biasa dipanggil Dio.

Dia seorang security di sebuah kebun sawit milik sebuah perusahaan besar.

Sementara saya adalah seorang mandor panen di kebun sawit tersebut.

Aku mengenal Dio, karena sering mampir di pos nya saat ia sedang bertugas.

Dio seorang pemuda yang ramah. Usianya masih dua puluh tiga tahun, empat tahun lebih muda dari ku.

Wajahnya tampan dengan rambutnya yang ikal, serta postur tubuhnya yang lumayan kekar.

Sejak mengenal Dio, aku jadi punya semangat baru untuk bekerja.

Aku bekerja sudah lebih dari empat tahun di perusahaan sawit tersebut. Sementara Dio, baru bekerja selama satu tahun belakangan ini.

Sejak pertama melihat dan kenal dengan Dio, aku merasa sudah tertarik dengannya.

Aku jatuh cinta pada Dio. Ingin sekali rasanya bisa memilikinya.

Namun aku cukup sadar, kalau hal itu terasa mustahil bagiku.

Biar bagaimana pun aku dan Dio berjenis kelamin yang sama. Sulit rasany mewujudkan impian ku untuk bisa mendapatkan Dio.

Tapi aku tetap setia dengan perasaanku padanya. Aku tetap tulus mencintainya.

Bagi ku, bisa melihat ia tersenyum saja itu sudah cukup membuat aku bahagia.

Bagaimanakah kisah ku dengan Dio terjalin?

Simak kisah ini sampai selesai ya..

Namun sebelumnya......bla..bla..

****

Hari-hari terus berlalu. Aku tetap bekerja seperti biasa. Dan sekali-kali aku sempatkan untuk mampir di pos Dio, jika ia masuk kerja.

Sebagai security Dio memang tidak setiap hari masuk kerja. Dalam seminggu biasanya Dio masuk kerja siang selama dua hari, kemudian masuk kerja malam selama dua malam pula. Selebihnya Dio off kerja.

Sementara aku sebagai mandor panen, memang setiap hari masuk kerja, kecuali hari minggu.

Aku masuk kerja dari pagi sampai sore hari, dan terkadang juga sampai malam.

Aku tinggal di perumahan yang memang disediakan oleh perusahaan untuk tempat tinggal para karyawan.

Aku tinggal sendiri, karena aku adalah seorang perantau. Orangtua dan semua keluargaku tinggal di kampung yang cukup jauh dari perusahaan tempat aku bekerja.

Sedangkan Dio sendiri tinggal bersama keluarganya di sebuah desa yang hanya berjarak lima kilometer dari perusahaan sawit tersebut.

Karena sering ngobrol, aku dan Dio pun kian dekat dan akrab.

Dari Dio, aku tahu, kalau ia adalah anak kedua dari tiga bersaudara.

Kakak pertamanya seorang laki-laki dan sudah menikah, sedangkan adiknya seorang perempuan yang masih SMA saat ini.

Ayahnya adalah seorang nelayan, sedangkan ibunya hanya seorang ibu rumah tangga biasa.

Kehidupan Dio secara ekonomi memang tidak terlalu baik. Namun Dio punya semangat yang kuat dalam bekerja.

"orang seperti saya, memang harus kerja keras, bang Abe.." ucap Dio suatu senja.

Saat itu aku hendak pulang ke rumah, dan aku sempatkan untuk mampir di pos penjagaan yang memang berada di jalan menuju perumahan tempat aku tinggal. Kebetulan saat itu Dio baru saja datang, karena ia memang bertugas malam itu.

"bukan hanya kamu Dio, setiap orang memang harus bekerja keras kan?" balasku ringan.

"gak semua orang, bang Abe. Ada orang yang terlahir dari keluarga yang serba ada. Mereka hanya sekolah, lalu kemudian setelah lulus kuliah, mereka pun bekerja pada perusahaan orangtuanya. Mereka tidak harus memikirkan tentang biaya sekolah apa lagi biaya hidup..." ucap Dio kemudian, yang membuatku sedikit mengangguk setuju.

Dio memang hanya lulusan SMA, tapi cara dia berpikir tentang hidup ini, terdengar sangat luas dan dewasa.

Hal itu justru menambah rasa kagumku padanya. Selain fisiknya yang memang menarik, sikapnya juga sangat mengagumkan.

****

Suatu malam aku dengan cukup nekat mengajak Dio mampir ke rumahku.

Saat itu, Dio baru saja selesai tugas dan digantikan oleh security lainnya.

Biasanya kalau masuk kerja siang, Dio mulai bekerja dari jam delapan pagi sampai jam delapan malam.

Sedangkan jika masuk malam, Dio mulai bekerja dari jam delapan malam sampai jam delapan pagi.

Waktu itu, Dio masuk kerja siang dan hendak pulang ketika sudah jam delapan malam.

Namun aku mencoba berbasa-basi padanya, dan mengajaknya singgah di rumahku.

Dio tidak keberatan. Apa lagi selama kami saling kenal, Dio belum pernah sekali pun mampir ke rumahku.

"enak ya jadi bang Abe. Kerja nya santai, gajinya besar dan di kasih rumah juga sama perusahaan.." ucap Dio, saat kami sudah berada di dalam rumahku.

"gak juga, Dio. Rumah ini kan cuma pinjaman. Nanti kalau aku sudah gak kerja di sini lagi, pasti bakal diambil alih lagi oleh perusahaan.." balasku berusaha santai.

"emangnya ada rencana bang Abe untuk berhenti kerja dari sini?" tanya Dio kemudian.

"ya gak juga sih. Tapi kan mungkin saja suatu saat nanti perusahaan sudah tidak membutuhkan aku lagi..." balasku seadanya.

"sayanglah kalau gitu..." ucap Dio tiba-tiba.

"kok sayang?" tanyaku dengan kening sedikit berkerut.

"kalau bang Abe berhenti, aku jadi gak bisa ketemu bang Abe lagi dong..." balas Dio lugas.

"emang kenapa kalau gak bisa ketemu saya lagi?" tanyaku dengan sedikit memancing.

"yah... gak kenapa-kenapa, sih. Mungkin bakalan kangen aja.." balas Dio dengan sedikit menunduk.

"ah.. kamu bisa aja, Dio. Ngapain kamu kangen sama saya? Kita kan cuma berteman.." balasku dengan sedikit menekan suara.

"emang gak boleh ya, kalau aku kangen sama bang Abe...?" tanya Dio kemudian.

"ya bolehlah. Masa' gak? Tapi itu kan belum terjadi, Dio. Sekarang aku kan masih disini.." balasku.

"iya, bang. Tapi aku benaran loh. Gak bertemu bang Abe satu hari aja, aku sudah kangen.." suara Dio bergetar. Dan getaran suara itu sampai menyentuh jantungku.

Dio kangen samaku? Apa itu berarti kalau Dio juga suka padaku? tanyaku membathin.

"aku suka sama bang Abe. Bang Abe baik, manis lagi. Aku suka kalau melihat bang Abe tersenyum.." ucap Dio, setelah beberapa saat kami terdiam.

"aku juga suka sama kamu, Dio. Kamu sangat tampan dan juga sangat gagah. Aku bahkan sudah sangat lama menyukai kamu.." balasku dengan suara bergetar.

"tapi kenapa selama ini bang Abe hanya diam-diam saja. Bahkan terkesan cukup cuek padaku.." timpal Dio kemudian.

"ya, aku kan gak berani berterus terang sama kamu, Dio. Aku takut kamu nantinya malah menjauh dariku.." balasku mulai terasa santai.

"aku juga suka sama bang Abe. Aku cinta sama bang Abe..." ucap Dio penuh perasaan.

"aku juga mencintai kamu, Dio." balasku lembut.

Tanganku perlahan mulai menyentuh lembut tangan kekar Dio.

"sudah sangat lama aku ingin sekali memelukmu, Dio." ucapku pelan, "jadi sekarang boleh kan aku peluk kamu?" lanjutku sopan.

"boleh aja sih, bang. Aku juga pengen di peluk bang Abe. Tapi aku belum mandi loh, bang.." balas Dio, sambil tersenyum manis.

"kamu gak mandi sepuluh hari juga gak apa-apa, Dio. Di mataku kamu selalu terlihat sempurna.." aku berucap, sambil mulai mendekatkan tubuhku.

"ah, bang Abe bisa aja. Aku jadi malu loh, bang. Tapi aku juga pengen sih.." balas Dio lagi, sambil ikut mendekatkan tubuhnya.

Malam itu, untuk pertama kalinya, aku dan Dio pun melakukan sebuah pergelaran yang indah.

Sungguh malam yang indah bagiku dan Dio. Akhirnya security tampan dan gagah itu, bisa aku miliki seutuhnya. Seperti yang aku inginkan selama ini.

"aku sayang sama bang Abe.." bisik Dio di tengah pergelaran kami.

"aku juga sayang sama kamu, Dio." balasku dengan penuh perasaan.

Cintaku dan cinta Dio, akhirnya menyatu. Dan sejak malam itu aku dan Dio pun resmi berpacaran.

****

Hari-hari selanjutnya terasa sangat indah bagiku. Sekarang hampir setiap malam, Dio selalu datang ke rumahku.

Dan jika Dio bertugas malam hari, aku selalu menyempatkan diri untuk menemaninya di pos penjagaan.

Rasanya dunia begitu indah bagiku.

Cinta yang selama ini aku pendam, akhirnya tercurah sudah.

Kini tidak ada lagi batas antara aku dan Dio.

"aku bahagia, bang. Akhirnya aku bisa merasakan dicintai oleh orang yang aku cintai.." begitu ucap Dio suatu malam padaku.

"aku juga bahagia bisa memiliki kamu, Dio. Aku ingin selamanya kita tetap bersama, hingga maut memisahkan kita.." balasku pelan.

"aku harap bang Abe tidak akan pernah meninggalkan ku, walau dengan alasan apa pun. Aku terlalu mencintai bang Abe.." ucap Dio lagi.

"aku janji, Dio. Selama kamu masih setia denganku, aku akan selalu ada di sampingmu. Aku akan selalu mencintaimu.." balasku lagi.

Aku memang sangat mencintai Dio, dan aku berharap tiada apa pun yang akan memisahkan kami.

Meski pun hubungan kami hanyalah sebuah rahasia, dan tiada siapa pun yang tahu.

Namun kami bahagia dengan semua itu.

Sebenarnya jauh dari dasar hatiku, ingin sekali rasanya aku menceritakan kepada orang-orang tentang hubunganku dengan Dio. Aku ingin orang-orang tahu, kalau security tampan itu adalah pacarku.

Tapi pada kenyataannya, aku dan Dio memang hanya bisa merahasiakan hal tersebut. Entah sampai kapan?

Cinta mungkin memang bukan sesuatu yang harus di umbar-umbar, tapi jujur saja, ada rasa bangga dalam hatiku, bisa memiliki Dio sebagai pacarku.

Dan aku ingin orang-orang tahu hal itu.

Karena itulah aku menceritakan semuanya di sini. Aku ingin mengungkapkan bahwa betapa bahagia dan bangganya aku bisa berpacaran dengan Dio. Seorang security tampan dan gagah.

Terima kasih telah sudi mendengar kisah cinta ku ini. Semoga bisa menjadi hiburan bagi kalian semua.

Dan semoga ada pelajaran yang bisa diambil dari kisah sederhana ini.

Salam sayang untuk kalian semua..

****

Sekian..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Layanan

Translate