Namaku Indra. Saat ini aku masih duduk di kelas XI di sebuah SMA.
Aku punya seorang teman laki-laki bernama Eko. Dia satu kelas denganku dan juga satu bangku.
Awalnya aku dan Eko tidak saling kenal. Saat tahun pertama SMA, bahkan kami tidak satu kelas.
Namun di tahun kedua, kami satu kelas dan satu bangku.
Karena hampir setiap hari bersama, aku dan Eko pun menjadi akrab.
Eko laki-laki yang baik, dia sering membantuku menyelesaikan berbagai tugas sekolah. Terutama tugas PR bahasa Inggris. Karena aku memang tidak terlalu suka dengan mata pelajaran yang satu itu.
Eko juga sering mentraktir ku makan di kantin, dan bahkan Eko juga sering mengajakku jalan-jalan keliling kota, tanpa tujuan yang jelas. Sekali-kali Eko juga mengajakku nonton di bioskop berdua.
Eko memang sangat baik padaku. Karena itu juga kami jadi cepat akrab.
Eko sering mengajakku main ke rumahnya.
Eko anak semata wayang dari seorang pengusaha kaya. Ibunya juga seorang wanita karir yang sukses.
Kehidupan Eko memang terbilang sangat mewah.
Sementara aku hanya anak seorang buruh bangunan. Aku juga masih punya dua orang adik yang masih kecil-kecil. Sebagai anak sulung dan satu-satunya laki-laki, aku memang harus lebih sering mengalah kepada adik-adikku, terutama soal keuangan.
Kadang aku merasa iri melihat kehidupan Eko yang bergelimang harta. Namun Eko begitu baik padaku. Dia juga bukan orang yang sombong dan tidak suka pamer.
Aku dan Eko memang sudah sangat dekat. Aku juga merasa sangat berhutang budi padanya, karena kebaikannya selama ini padaku.
Aku sering menghabis waktu bersama Eko. Aku bahkan sering mengabaikan pacarku, hanya demi menemani Eko.
Aku memang punya seorang pacar, namanya Nina. Dia satu sekolahan dengan ku tapi tidak satu kelas.
Aku dan Nina pacaran sudah hampir tiga tahun. Kami pacaran sejak kami masih sama-sama SMP.
Bagaimanakah akhirnya kisahku bersama Eko?
Siapakah Eko sebenarnya?
Dan bagaimana pula sebenarnya perasaanku pada Eko?
Simak kisah ini sampai selesai ya...
Namun sebelumnya ... bla...bla..
*****
Hari-hari terus berlalu, hingga sudah lebih dari setahun aku dan Eko bersahabat. Sekarang kami sudah duduk di tahun terakhir SMA.
Hubunganku dengan Nina, pacarku, masih baik-baik saja, meski aku lebih sering menghabiskan waktu bersama Eko.
Nina memang sedikit manja dan juga posesif. Orangnya suka ngambek gak jelas. Aku kadang juga merasa jenuh dengan hubungan kami yang terkesan datar tanpa warna.
Tapi aku sangat mencintai Nina. Aku sering mengalah untuknya. Dan aku bahagia bisa menjadi pacarnya hingg saat ini.
Namun akhirnya aku harus menelan sebuah kepahitan, ketika tiba-tiba Nina meminta putus dariku.
"aku ingin fokus belajar, Ndra. Apa lagi sekarang kita sudah memasuki semester terakhir. Aku harus mendapatkan nilai tinggi, agar aku bisa masuk ke kampus favoritku.." begitu alasan Nina mengakhiri hubungan kami.
Aku meski dengan perasaan sangat berat, harus menerima keputusan Nina tersebut. Aku tidak ingin mengganggu study nya. Aku harus merelakannya demi masa depannya.
Karena sudah tidak lagi berpacaran dengan Nina, aku jadi semakin punya banyak waktu bersama Eko.
Eko mampu menghiburku, akan kekecewaanku pada keputusan Nina.
Dan sebulan kemudian aku akhirnya mengetahui, kalau sebenarnya Nina memutuskan bukan karena ingin fokus belajar, tapi ternyata karena dia sudah berpacaran dengan anak SMA sebelah.
Aku semakin patah hati mengetahui hal tersebut. Tak ku sangka Nina tega mengkhianatiku selama ini.
Padahal kami sudah berpacaran selama bertahun-tahun.
Aku kecewa dan sakit. Aku mengurung diri di rumah. Aku tak ingin sekolah.
Dua hari aku tidak datang ke sekolah, tiba-tiba Eko datang mengunjungiku.
Sekali lagi ia coba menghiburku.
Aku berusaha bangkit dari kepatah hatianku.
aku harus bisa melupakan Nina. Perjalananku masih sangat panjang. Apa lagi kehadiran Eko sebagai sahabatku sangat membantu membuatku jadi lebih kuat.
****
Hari-hari masih terus berlalu. Sekarang tidak ada lagi Nina. benar-benar tidak ada. Aku berusaha untuk tidak mengingatnya.
Saat di sekolah, aku selalu menghindar untuk bertemu dengan Nina. Meski Nina juga tidak berusaha untuk menemuiku lagi.
Aku menghabiskan waktu bersama Eko hampir 24 jam. Hanya saat jam tidur saja aku kembali ke rumahku.
Hingga suatu pagi, kebetulan malam itu aku menginap di rumah Eko, atas permintaan Eko tentunya.
Pagi itu aku terbangun. Aku tak melihat Eko di kamar. Karena merasa sedikit suntuk, aku mencoba membuka lemari buku milik Eko di kamarnya.
Saat aku menemukan sebuah buku harian milik Eko di dalam lemari tersebut.
Aku jadi tertarik untuk membacanya. Tumben ada cowok pakai buku diary, pikirku.
Karena penasaran, aku pun mulai membuka lembaran buku itu satu persatu.
Dan aku tertegun saat membacanya.
Di buku harian itu, tertulis dengan jelas bagaimana perasaan Eko padaku selama ini.
Ternyata dia diam-diam mencintaiku. Dan semua yang dia lakukan selama ini padaku selama ini, adalah karena ia sangat mencintaiku.
Aku merasa bergidik tiba-tiba. Tak ku sangka sama sekali kalau Eko ternyata seorang laki-laki penyuka sesama jenis. Dan yang paling membuat aku merasa jijik, ia ternyata menyukaiku.
Dengan tergesa, aku segera keluar dari kamar itu, membiarkan buku diary itu berada di tempat tidur. Aku memang sengaja melakukannya, agar Eko tahu, kalau aku sudah tahu tentang perasaannya padaku.
Aku bahkan sengaja menulis sebuah memo untuknya.
'maafkan aku, Ndra. Aku tidak bisa menjadi kekasihmu, seperti yang kamu harapkan. Aku hanya bisa jadi sahabatmu, dan sekarang aku tidak bisa bersahabat denganmu, setelah aku tahu semuanya..'
Begitu kira-kira pesan yang aku tinggalkan untuk Eko.
Aku pergi dari rumah Eko tanpa pamit pada siapapun.
****
Sejak saat itu, aku pun mulai menjaga jarak dari Eko. Aku tidak lagi bertegur sapa dengannya, aku bahkan memutuskan untuk pindah tempat duduk.
Aku merasa geli dan jijik harus dekat-dekat dengan Eko lagi.
Meski pun terus terang, aku merasa sangat kehilangan sosok Eko. Aku merasa kesepian.
Selama ini Eko selalu ada untukku. Dia selalu bisa menghiburku. Dia selalu membantuku dalam banyak hal. Hidupku menjadi berwarna, dengan kehadiran Eko.
Sekarang semua itu tiada lagi. Dan aku merasa kehilangan. Tapi aku juga tidak mungkin terus bersahabat dengan orang yang diam-diam menginginkanku.
Aku mencoba menjalani hari-hariku sendiri. Tanpa Nina, dan tanpa Eko.
Meski pun terasa berat, namun aku harus melaluinya. Menjalani kehidupanku sendiri, dengan perasaan penuh kesepian.
Ujian akhir tinggal beberapa minggu lagi, dan itu sangat menyiksaku. Aku ingin buru-buru lulus dari sini. Terlalu menyakitkan rasanya berada di sekolah ini.
Nina, yang sudah berpacaran denganku selama bertahun-tahun telah mengkhianatiku dan dia sudah bahagia dengan pacar barunya sekarang.
Eko, yang sudah aku anggap sebagai sahabat terbaikku, sekarang justru membuat aku tak nyaman berada di dekatnya.
Ah, aku benci mereka berdua saat ini...
*****
Setahun akhirnya berlalu, aku sudah lulus dari SMA. Sekarang aku bekerja di sebuah supermarket, sebagai pelayan tentunya.
Aku tidak kuliah, aku tidak bisa kuliah karena orangtuaku tidak sanggup membiayai kuliahku.
Apa lagi, adik kedua ku sekarang sudah SMA dan adik bungsu ku juga sudah SMP, jadi mereka berdua butuh biaya banyak.
Dan untuk kesekian kalinya, aku harus mengalah kepada adik-adikku.
Setahun ini, aku sudah melupakan tentang Nina. Aku benar-benar sudah move on darinya.
Aku juga sudah melupakan tentang Eko. Aku tidak ingin mengingat mereka berdua lagi.
Aku memulai hidupku yang baru, tanpa kekasih dan tanpa sosok seorang sahabat.
Setahun aku coba menata hatiku, menata hidupku dan menata perasaanku kembali.
Aku telah melupakan masa lalu ku dan memaafkan semua yang telah terjadi.
Aku sekarang adalah Indra yang baru. Meski sampai saat ini, aku belum bisa menemukan pengganti Nina. Aku biarkan hatiku kosong, tanpa di huni siapa pun.
"Indra?!" sebuah suara mengagetkanku tiba-tiba, saat aku sedang menyusun barang-barang di etalase supermarket tempat aku bekerja.
Aku memutar kepala menatap kearah suara tersebut.
Jantungku berdegup tiba-tiba saat melihat Eko sudah berdiri di sampingku.
"Eko.." sapaku ringan, berusaha bersikap sesantai mungkin.
"kamu kerja disini sekarang?" tanya Eko kemudian.
Aku hanya mengangguk ringan menjawab pertanyaan tersebut.
Entah apa yang aku rasakan saat itu. Sebagai seseorang yang pernah bersahabat, tentu saja aku merasa senang bisa bertemu Eko kembali. Namun sesaat aku mengingat kembali tentang siapa Eko sebenarnya, yang membuatku jadi ingin segera berlalu dari situ.
Tapi Eko masih berdiri di situ. Dia sepertinya berniat untuk mengajakku untuk berbincang lebih lanjut.
"kamu ngapain kesini?" tanyaku tanpa sadar.
"ini tempat umum, Ndra. Siapa saja bisa berada di sini kan?" jawab Eko santai.
Aku terdiam kembali, dalam hatiku membenarkan ucapan Eko barusan, dan aku merasa bodoh dengan pertanyaanku sendiri.
"apa kabar kamu, Ndra?" tanya Eko selanjutnya.
"saya baik, Ko. Kamu sendiri apa kabar?" balasku dengan sedikit kaku.
"saya masih seperti yang dulu, Ndra.." jawab Eko dengan sedikit menekan suaranya.
Aku mengerti arah kalimat Eko barusan, karena itu aku ingin segera mengakhiri pembicaraan tersebut.
"maaf, Ko. Aku harus lanjut kerja lagi.." ucapku akhirnya.
"oh, iya.. aku lanjut belanja.." balas Eko tiba-tiba terdengar kaku.
Eko pun segera berlalu dari hadapanku. Aku menarik napas lega.
Setelah setahun tak pernah bertemu Eko dan aku bahkan tidak pernah tahu kabar tentangnya, aku masih merasa tidak nyaman berada di dekatnya.
Aku tak menyangka akan bertemu Eko kembali. Semoga saja itu adalah pertemuan terakhir kami.
Ya, semoga saja..
*****
Bersambung ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar