Abe ...
Dio akhirnya pergi. Dia pergi karena aku lebih memilih untuk mempertahankan rumah tanggaku.
Aku memilih untuk tidak menceraikan istriku, setelah anak kami lahir.
Dan Dio kecewa akan keputusanku tersebut, karena itu dia pun pergi. Dan aku tidak tahu dimana dia sekarang.
Yang aku tahu, aku selalu merindukannya, memikirkannya hampir setiap saat.
Aku memang memilih untuk tetap hidup bersama istri dan anakku. Tapi hatiku masih selalu mencintai Dio.
Kemana sebenarnya Dio?
Dan mungkinkah kami akan bertemu kembali?
Simak kisah ini sampai selesai ya...
Dan seperti biasa ... bla..bla...
****
Aku sebenarnya patah hati akan kepergian Dio, yang tanpa kabar. Tapi aku juga tidak tega meninggalkan istri dan anakku.
Karena itu, aku berusaha keras untuk mengikhlaskan kepergian Dio. Aku hanya berharap, semoga Dio selalu baik-baik saja.
Terus terang aku memang merasa kehilangan. Ada bagian ddari diriku yang tiba-tiba hilang. Aku merasa rapuh. Tapi aku tidak punya banyak pilihan.
Mungkin memang lebih baik seperti ini.
Cintaku dan cinta Dio memang sama-sama besar. Tapi takdir tidak mengizinkan kami untuk hidup bersama selamanya.
Hari-hari aku lalui dengan berat. Rasanya begitu hampa.
Namun kehadiran anak pertamaku cukup membuatku terhibur.
Istriku juga seorang yang penurut dan tidak banyak tingkah, hal itu cukup membuatku merasa lebih baik.
Namun beberapa bulan kemudian, tiba-tiba istriku meminta pulang ke kampung halaman kami.
"aku mungkin lebih baik tinggal di kampung saja, bang. Aku ingin tinggal di dekat orangtuaku. Abang boleh tetap tinggal disini kok. Dan seperti dulu, abang bisa pulang sekali seminggu.." ucap istri ku meminta pengertianku.
Aku setengah setuju pun memenuhi permintaan istriku.
Dan seminggu kemudian, aku mengantar istri dan anakku kembali ke kampung. Kemudian aku balik lagi ke tempat kerjaku.
Seperti dulu, aku kembali sendiri disini. Aku semakin merasa sepi.
Andai saja saat ini ada Dio disini. Bathin ku meringis.
Tapi Dio memang telah pergi, dan aku benar-benar tidak dia sekarang berada dimana.
Aku mencoba menjalani hari-hariku lagi. Tanpa ada Dio, tanpa ada istri dan anakku.
Aku memang selalu pulang setiap sabtu sore, dan kembali lagi ke tempat kerja ku pada minggu sorenya.
Bertemu dengan anaku sekali seminggu, membuat aku jadi sedikit punya semangat. Setidaknya sekarang aku jadi punya tujuan.
Tapi sekali lagi, hal itu ternyata tidak berlangsung lama.
Setelah hampir setengah tahun, istriku tinggal di kampung. Dia tiba-tiba meminta cerai padaku.
Aku tidak menerimanya awalnya, namun keinginan istriku sangat kuat.
"aku tidak ingin mengikat bang Abe. Aku ingin memberi kebebasan pada abang.." begitu alasan istriku meminta dari ku.
Aku dengan cukup berat terpaksa menerimanya.
"abang boleh kok, seminggu sekali menemui anak kita.." lanjut istriku lagi.
Aku tahu, selama pernikahan kami, istriku tidak pernah benar-benar merasa bahagia. Dia pasti dapat merasakan, kalau aku tidak pernah mencintainya.
Karena itu juga, aku pun menyetujui permintaan istriku tersebut.
Dan jadilah sekarang aku seorang duda.
Aku semakin merasa kesepian. Aku kembali sendiri. Benar-benar sendiri.
Hidup ku jadi semakin tanpa arah. Aku merasa linglung.
Namun hidup tetap berjalan. Aku harus bisa melewati ini semua. Aku harus bisa melanjutkan hidupku.
Meski tanpa Dio, dan tanpa istriku.
****
Dengan status ku sebagai seorang duda. Aku memang kembali mendapatkan kebebasanku.
Namun saat ini aku merasa hampa. Tiada siapa-siapa yang menemani hidupku.
"melamun lagi, bang Abe?" suara Candra mengagetkanku.
Aku hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan Candra barusan.
Candra adalah seorang security baru, dia yang ternyata mengganti Dio.
Aku memang sudah sering ngobrol dengan Candra. Aku sering mampir di pos penjagaannya. Pos yang dulunya selalu ada Dio disana.
Setiap kali aku berada di pos itu, aku selalu ingat semua kejadian ku bersama Dio.
"udahlah, bang Abe. Kan aku sudah pernah ngomong, lebih baik bang Abe move on aja, cari istri baru.." Candra berucap lagi, melihat keterdiamanku.
Candra memang tahu sedikit banyak tentang kisah rumah tanggaku. Karena aku sering bercerita padanya. Hanya cerita tentang Dio saja yang tidak pernah aku ceritakan kepada Candra.
Candra tidak begitu tampan, tapi dia memiliki senyum yang manis. Kulitnya sedikit gelap, namun tubuhnya sangat kekar.
Aku bukannya tidak bisa move on dari istriku, aku bisa saja mencari istri baru. Tapi masalahnya, aku sebenarnya belum bisa move on dari Dio.
"atau kalau bang Abe mau, saya bisa kenalkan bang Abe dengan teman cewek saya.." suara Candra terdengar lagi, ia sepertinya sangat berusaha untuk menghiburku.
Candra memang orangnya sedikit ceplas ceplos dan blak-blakan. Dia juga terkadang terkesan humoris. Aku merasa sedikit terhibur, saat bersama Candra.
"gak usah, Candra. Aku memang lagi pengen sendirian aja saat ini. Aku butuh waktu untuk bisa pulih kembali.." ucapku akhirnya membalas ucapan Candra.
"itu artinya bang Abe belum bisa move on kan dari istri bang Abe.." balas Candra dengan nada sedikit berkelakar.
"aku bukannya gak bisa move on dari istriku, Can. Tapi sebenarnya aku belum bisa move on dari seseorang.." ucapku pelan.
"maksudnya, bang?" tanya Candra terdengar penasaran.
"udahlah, Can. Bukan apa-apa. Itu hanya cerita di masa lalu saya.." jawabku menghindar.
"oh, jadi selain istri bang Abe, bang Abe juga punya pacar lain?" tanya Candra lagi menerka.
"begitulah, Can. Tapi sekarang semuanya telah pergi..." ucapku menjawab, mencoba sedikit jujur.
"jadi bang Abe punya selingkuhan?" tanya Candra lagi.
"bukan selingkuhan sih, Can. Aku justru pacaran dengannya jauh sebelum aku menikah dengan istriku. Sampai aku menikah pun kami masih tetap menjalin hubungan. Tapi pada akhirnya dia memilih untuk pergi.." jawabku dengan nada sedikit sedih.
"kalau kalian sudah pacaran lama, kenapa kalian tidak menikah saja waktu? Kenapa bang Abe justru menikah dengan perempuan lain?" Candra bertanya lagi.
Aku ingin menjawabnya. Aku ingin menceritakan semuanya pada Candra. Tapi hal itu tentu saja, akan membuat Candra merasa aneh.
"rumit ceritanya, Can. Dan aku tidak ingin mengingatnya lagi.." ucapku akhirnya.
Candra terdiam. Ia terlihat memikirkan sesuatu.
"hanya ada satu kemungkinan kenapa kalian tidak menikah, bang. Ini sih tebakanku aja ya. Namun menurutku kalau kalian memang saling cinta, hanya ada satu alasan kenapa kalian tidak menikah. Yaitu, karena kalian berjenis kelamin sama kan?" Candra berucap lagi.
Kali ini ucapannya, benar-benar membuat aku tertegun. Kenapa juga Candra sampai berpikir seperti itu.
"udah, bang. Gak usah malu.." ucap Candra lagi, melihat keterdiamanku kembali. "abang cerita aja sama saya. Kalau memang pacar abang itu adalah cowok, aku siap kok bang gantiin posisi dia.." lanjut Candra lagi, dengan ucapannya yang selalu ceplas ceplos.
"emangnya kamu mau?" tanyaku tanpa sadar.
"ya, mau lah, bang. Siapa sih yang gak mau sama bang Abe. Udahlah orang cakep, gagah lagi..." balas Candra blak-blakan, yang membuatku jadi sedikit tersipu dengan sanjungannya.
"kamu yakin mau?" tanyaku lagi, sekedar meyakinkan diriku sendiri. Karena menurutku Candra memang orangnya suka asal ngomong. Sulit membedakan kapan ia serius dan kapan bercanda.
"ya gak lah, bang. Emangnya aku ada tampang hombreng? Tapi benaran ya, bang. Kalau pacar bang Abe itu cowok?" ucap Candra kemudian, yang membuatku menghempas napas berat.
"kamu tu ya, Can. Padahal saya sudah berharap loh.." balasku akhirnya.
"udah santai aja, bang. Aku bisa jaga rahasia, kok. Tapi kalau abang mau, jika hanya untuk bersenang-senang aja, aku mau kok. Untuk sekedar menghibur bang Abe aja sih. Lagi pula selama ini bang Abe juga sangat baik padaku. Jadi itung-itung balas budi gitu. Yang penting kita sama-sama hepi.." ucap Candra sambil mengerlingkan mata menggodaku.
Dan aku benar-benar tergoda. Lebih dari setahun aku ditinggal oleh Dio. Dan sudah berbulan-bulan juga aku bercerai dari istriku. Jujur aku memang merasa kesepian. Aku memang butuh sedikit hiburan.
Aku sudah sangat lama tidak merasakan hal tersebut. Kalau Candra memang benar-benar mau, tak ada salahnya aku mencobanya. Kapan lagi coba, melakukan hal tersebut bersama seorang cowok normal.
"ya udah kalau kamu memang serius ingin menghiburku, aku tunggu kamu nanti malam di rumahku.." ucapku akhirnya, lalu kemudian aku segera pergi dari hadapan Candra.
*****
Malam itu, aku menunggu Candra dengan penuh harapan.
Malam-malam yang aku lalui selama ini, selalu aku habiskan dengan rasa kesepianku.
Jika Candra memang benar-benar datang, aku akan memanfaatkan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya.
Tapi saat jam sudah hampir jam sembilan malam, Candra tak juga kunjung datang. Yang membuatku jadi patah semangat. Sepertinya Candra tidak serius dengan ucapannya.
Aku segera masuk ke kamarku untuk tertidur.
Dan beberapa menit kemudian, aku mendengar suara ketukan pintu di depan, yang membuatku sedikit terlonjak.
Hatiku sedikit bersorak senang. Candra akhirnya datang juga. Bathinku.
Aku segera membukakan pintu..
Namun betapa kagetnya aku, saat sesosok tubuh laki-laki berdiri di ambang pintu rumahku.
Itu bukan Candra.
"Ardio?!" ucapku setengah tak percaya.
Laki-laki itu, Ardio, memperlihatkan senyum manisnya.
"kapan kamu pulang?" tanyaku lagi.
"jadi aku gak dipersilahkan masuk nih?" ucap Dio, seperti mengabaikan pertanyaanku barusan.
Aku yang masih tergagap segera mempersilahkan Dio masuk.
"apa kabar, bang Abe?" tanya Dio, saat kami sudah berada di dalam rumah.
"saya baik. Kamu sendiri gimana kabarnya? Dan kapan kamu pulang kesini?" balasku berusaha bersikap sewajar mungkin.
"saya juga baik, bang. Saya sudah dua hari pulang kesini." jawab Dio.
"kemana aja kamu selama ini Dio?" tanyaku kemudian, setelah untuk beberapa saat kami hanya saling terdiam.
Aku memang masih selalu memikirkan Dio. Aku bahkan sangat merindukannya. Tapi aku berusaha untuk menahan diriku. Apa lagi malam ini, aku sedang menunggu kehadiran Candra.
"aku dipindah tugaskan, bang. Dan karena waktu abang tidak jadi menceraikan istri abang, aku sengaja tidak memberi kabar apa pun pada bang Abe.." jelas Dio menjawab pertanyaanku.
"dan setelah setahun lebih, aku kembali di pindahkan kesini. Makanya malam ini, aku sempatkan untuk datang menemui bang Abe." lanjut Dio.
"aku sudah tahu, kalau bang Abe sudah bercerai dari istri bang Abe. Candra yang cerita.." Dio melanjutkan lagi.
"kamu kenal Candra?" tanyaku penasaran.
"Candra itu sepupuku, bang." jawab Dio, "Candra juga udah cerita semuanya padaku. Dia juga udah cerita, bagaimana keadaan abang saat ini. Termasuk juga tentang rencana abang malam ini bersamanya.." lanjutnya.
Aku jadi sedikit tersipu mendengar hal tersebut. Seterbuka itukah Candra kepada Dio? Bathin ku bertanya.
"abang gak usah khawatir. Dari awal Candra udah tahu tentang hubungan kita. Hanya saja, aku memintanya untuk merahasiakan semuanya pada abang." ucap Dio menjelaskan.
"sebenarnya Candra juga yang menyuruhku untuk mengajukan pindah lagi kesini. Dia tidak tega melihat kondisi abang saat ini. Dia juga yang menyuruhku datang malam ini.." lanjut Dio lagi.
"Candra memang laki-laki normal, tapi dia sangat mengerti tentang hubungan kita. Selama ini, aku selalu cerita dan minta pendapat pada Candra. Candra juga selalu memberikan kabar tentang abang padaku selama aku tidak berada disini.." jelas Dio lagi.
"hanya saja aku merasa sedikit kecewa, kenapa abang dengan begitu mudahnya tergoda oleh Candra?" lanjutnya lagi.
"tapi kan gak terjadi apa-apa diantara kami, Dio.." balasku cepat untuk membela diri. Aku juga tidak ingin dianggap terlalu gampangan.
"iya, itu karena aku yang datang sekarang. Coba kalau seandainya Candra yang datang, pasti akan terjadi sesuatu kan, bang?" ucap Dio lagi.
"tapi Candra kan belum tentu mau juga kan, Dio.." balasku lagi. "lagi pula, wajar aja sih, kalau aku coba cari pengganti kamu. Kamu kan gak pernah memberi aku kabar apa pun selama ini. Aku kan gak mungkin menunggu orang yang aku tidak tahu, entah dimana keberadaannya. Aku gak mungkin juga selamanya, hidup dalam bayang-bayang masa laluku.." lanjutku menjelaskan.
"oh, jadi sekarang aku hanya masa lalu bagi bang Abe. Pasti sekarang yang ada di hati bang Abe adalah Candra.." balas Dio dengan nada cemburu.
"ya gak lah, Dio. Kamu adalah masa lalu, masa sekarang dan masa depanku.." jawabku tegas.
"lagi pula mana mau Candra sama aku.." lanjutku.
"kalau dia mau, pasti abang mau juga kan?" Dio berucap masih dengan nada cemburunya.
"aku hanya mencintai kamu, Dio. Selalu dan selamanya. Kalau aku sempat tergoda oleh Candra, itu karena kamu yang telah menghilang tanpa kabar.." balasku dengan nada serius.
"iya, aku tahu, bang. Aku hanya ingin meyakinkan kalau hati abang masih untukku.." ucap Dio pelan.
"bukan hanya hatiku, Dio. Jiwa ragaku juga hanya untukmu." balasku penuh perasaan.
Dio tiba-tiba mendekat.
"aku sangat merindukan bang Abe.." bisiknya lembut, yang membuat ku merasa sedikit merinding.
Sudah sangat lama aku tidak mendengar kalimat itu dari Dio.
"aku juga sangat merindukan kamu, Dio..." balasku ringan.
Sejenak kemudian, kami pun saling berdekapan, untuk melepaskan segala kerinduan kami selama ini.
Hatiku terasa berbunga kembali. Kehadiran Dio, benar-benar membuatku punya semangat lagi.
Hatiku yang selama ini terasa hampa, kini kembali merasakan hangatnya sentuhan cinta.
Hidupku jadi berwarna kembali.
****
Begitulah akhirnya. Aku dan Dio kembali menjalin hubungan asmara.
Hubungan kami yang sempat terputus karena keadaan, kini kembali terulang lagi.
Aku merasa sangat bahagia, demikian juga Dio. Aku dapat merasakan kebahagiaannya.
Kini tidak ada lagi yang akan menghalangi cinta kami.
Kami akan tetap bersama selamanya.
Dio adalah cinta terindah dalam perjalanan hidupku, dan dia adalah pelabuhan terakhirku.
Aku akan selalu mencintainya walau apa pun yang akan terjadi nantinya.
Aku ingin hidup bahagia selamanya bersama Dio, sang security tampan dan gagah itu.
Semoga saja, tidak ada lagi sesuatu apa pun yang akan menghancurkan hubungan indah kami berdua.
Ya, semoga saja..
Dan begitulah kisahku bersama sang security tampan itu. Sebuah kisah yang penuh liku-liku, air mata dan juga perjuangan.
Seperti kata Dio, jika kami memang ingin bersatu selamanya, maka kami memang harus saling berkorban.
TERIMA KASIH..
****
SEKIAN..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar