Teman SMA ku yang hetero

Aku selalu merasa tertarik dengan cerita, film atau pun novel-novel yang bertema tentang cinta yang tak terucap. Karena hal tersebut sering aku alami pada laki-laki hetero yang aku temui dalam kehidupanku.

Aku sering mengalami cinta yang tak terucap, karena gak mungkin kan aku mengungkapkan cinta ada teman pria ku, apa kata dunia???

Apa lagi aku tumbuh sebagai pribadi yang cukup tertutup. Aku seperti memiliki dunia ku sendiri, tanpa satu orang pun memahami riak yang bergejolak deras di hatiku.

Dan aku hanya menjadi penonton saja. Pecundang sejati lebih tepat di alamat kan padaku.

Namun itu lah cinta, tak peduli apapun label yang melekat padanya, ia tetap indah terukir di sanubari.

Dan inilah kisah cinta tak terucapku, yang aku alami saat aku SMA dulu.

Bagaimanakah kisah ku kali ini?

Simak cerita ini sampai selesai ya..

Terima kasih sudah mampir, terima kasih sudah subscribe, udah like, udah komen and udah share.

Terima kasih banyak kepada seluruh subscriber setia saya, yang selalu setia, terima kasih atas segala dukungan, motivasi, saran dan masukannya selama ini

Terkhusus buat pelanggan channel ini, terima kasih sudah berlangganan, semoga silahturrahmi di antara kita semakin terjalin erat.

Dan tak lupa pula saya ingatkan kembali, untuk berlangganan atau pun bergabung bersama channel ini, untuk mendapatkan keuntungan istimewa dari kami, salah satunya ialah dengan mendapatkan nomor whatsapp khusus dari kami dan berbagai fitur menarik lainnya.

Terima kasih.

Selamat menikmati, dan semoga terhibur..

Salam sayang untuk kalian semua..

****

Namanya Zuldharma. Biasa di panggil Dharma. Seorang laki-laki tampan, dengan tubuh sedikit kurus, tinggi dan berhidung mancung.

Aku bertemu Dharma tidaklah sengaja ketika ingin mendaftarkan diri ke SMA favoritku. Aku menatap dari ujung kaki sampai ke muka tirusnya yang mempesona. Aku silau, aku galau.

Ku coba bersikap biasa, tanpa bertanya, pura-pura buang muka, lalu mencuri-curi pandang. Itulah cinta pada pandangan pertama.

Alamak! Aku mabuk dibuatnya. Tapi apalah daya, aku juga berkelamin sama dengannya. Kesadaran manamparku keras, namun aku enggan sadar, aku masih ingin mabuk.

Mungkin aku lagi mabuk jeruk, sehingga warna langit kala itu orange semua. Cerah sekali!

Begitu dahsyatnya pesona seorang Dharma laki-laki pujaanku itu.

Dua minggu kemudian, aku diterima di SMA favoritku dan mengikuti OSPEK. Aku mencari-cari dimana Dharma? Aku tidak menemukannya di kelasku.

Langit hitam pekat, Dharma tak tampak, seperti bersembunyi di awan gelap dan hatiku mendung. Begitulah cinta.

Harapanku tinggi ia diterima di SMA ku, dan satu kelas denganku. Tapi kenyataan ia tidak terlihat.

Teng! Teng! Suara lonceng berbunyi pertanda kegiatan Ospek di mulai. Seperti mimpi aku melihat bayang-bayang Dharma berjalan di kejauhan

Ini bukan mimpi, itu benar-benar Dharma, ternyata dia diterima di SMA ku, namun beda kelas.

Namun sayang seribu sayangnya pacarnya satu kelas denganku.

Antara senang, sedih, marah, cemburu, bahagia dan entah apa namanya, tak dapat kugambarkan perasaanku. Namun masih ada harapan untukku bisa terus melihat laki-laki pujaanku tersebut.

Gairah hidupku bangkit kembali, seperti ada aliran energi dari langit yang memberikan aku sedikit tenaga. Aku sering melihatnya dari kejauhan.

Jam istirahat dia ke kelasku, pulang sekolah dia juga ke kelasku.

Tapi bukan menemuiku, melainkan menemui Sari, kekasihnya.

Dia tidak mengenalku, aku pun tidak punya cara untuk berkenalan dengannya. Tapi aku punay cara yang lihai mencuri-curi pandang padanya, namun sepertinya ia mengabaikan ku begitu saja.

Aku sangat paham sekali cara ia berjalan, cara dia merapikan rambut, cara dia tersenyum, tertawa, bahkan bunyi langkah kakinya pun aku hafal.

Aku bahagia. Namun kebahagiaan itu kunikmati sendiri dari kejauhan.

****

Setahun kemudian, ternyata Tuhan mengabulkan salah satu do'a ku di malam sepi.

Dharma akhirnya satu kelas denganku, dan duduknya tepat di depanku.

Aku ingat pada saat itu, melihatnya dari dekat, melihatnya dari punggung, kebiasaan dia menertawakan guru, kebiasaan dia tidur dan kebiasaan dia menyontek pelajaran Bahasa Inggris di kelas.

Sebulan kemudian dia semakin dekat, mendekat, dan kita menjadi sahabat. Erat sekali.

Aku sangat suka sekali kalau pak Afli, guru bahasa Inggris memberikan PR diakhir pelajaran, karena ada alasan dia ke rumahku untuk belajar bersama.

Hari-hariku penuh warna. Walau pun Sari kadang mengalah karena waktu Dharma banyak dihabiskan denganku.

Oh, Sari betapa beruntungnya dirimu memiliki Dharma tanpa syarat dan batas. Aku iri padamu, karena aku pengagum rahasia pacarmu.

Aku tidak bisa berbicara dan berbagi perasaan dengan orang lain tentang perasaanku kepada Dharma.

Aku lebih suka menyendiri, aku lebih suka mengabadikan kebersamaan kamidi buku diary. Indah sekali.

****

Setahun kebersamaan dan kedekatan ku dengan Dharma, setahun pula aku menulis moment-moment indah di diary ku.

Sampai suatu saat, Dharma curhat padaku. Hari itu, menjelang dua bulan ujian akhir nasional.

Sari, pacar Dharma, meminta Dharma untuk tidak mengganggunya, dan meminta putus sementara, di karenakan Sari ingin fokus ujian dan ingin mendapatkan nilai tertinggi agar bisa mendapatkan beasiswa Universitas terkemuka di Jakarta.

Dharma dengan berat hati menerima keputusan sepihak yang diajukan Sari, karena kebersamaan mereka sejak kelas 2 SMP, bukanlah waktu yang singkat untuk Dharma bisa melupakannya.

Namun demi cita-cita kekasihnya Dharma pun bersedia. Seperti salah satu lirik lagu dari Chrisye "pergilah kasih, kejarlah keinginanmu, selagi masih ada waktu.." begitulah cinta dua anak manusia.

Lagi-lagi aku bergumam, Seandainya Sari tahu betapa kecewanya Dharma, dan aku tidak tega melihatnya.

Aku bahagia, Dharma jadi sering menemuiku. Dan saat itu tidak ada lagi Sari yang diantar jemput ke sekolah, maupun les tambahan menjelang akhir ujian nasional.

Tapi aku yang dianggapnya sahabat setia ini, selalu bersamanya.

Langit benar-benar cerah, aku benar-benar mabuk jeruk. Sampai aku lupa kalau warna langit itu  biru.

Pagi sekolah, siang les, malam belajar bersama. Hampir 24 jam Dharma bersamaku. Hanya waktu tidur saja Dharma pulang ke rumah.

Kami benar-benar dekat. Namun aku tetap tidak bisa menjangkaunya.

Saat-saat bahagia adalah ketika aku berada di belakangnya, pada saat ia mengendarai motor bututnya. Saat-saat dia mengajakku makan martabak India di akhir pekan. Saat-saat dia memintaku menemaninya ke bengkel. Terasa indah, bahkan teramat indah. Itulah cinta.

****

Dua minggu ketidakbersamaan Dharma dan Sari, seperti ada gemuruh , topan badai memporak porandakan hubungan mereka.

Ternyata Sari selama ini memiliki hubungan dengan lelaki lain tanpa sepengetahuan Dharma. Hubungan perselingkuhan Sari terjalin sudah enam bulan dengan lelaki pembalap dari SMA lain, dan alasan menjelang ujian menjadi alasan yang tepat untuk memutuskan Dharma.

Betapa hancurnya hati Dharma mengetahui dari sumber gosip terpercaya dan teraktual, tajam menyayat-nyayat hati Dharma.

Dia mengigau, dia galau, dia marah, dia merah membara. Langit Dharma runtuh seketika. Semangatnya pudar, karena wanita yang di cintainya telah mengkhianatinya.

Dua hari dia tidak ke sekolah. Dua hari tidak ada kabar. Aku panik, aku gelisah, aku galau.

Ku beranikan diri untuk ke rumahnya. Dia meracau sakit hati, dia curhat. Dari mulutnya selalu keluar kata-kata, mengapa, mengapa oh mengapa.

Aku diam, aku mendengar, aku merasakan Dharma ku sayang di sakiti orang. Aku tidak terima, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa, karena aku hanya pengagum rahasia.

Aku mencintai mu Dharma, tapi apa daya aku berkelamin sama denganmu. Cukuplah aku jadi sahabatmu dan pengagummu.

Dharma mencoba bangkit dan mencoba melupakan Sari. Semua pemberian Sari diberikan padaku. Sapu tangan hitam berlogo motor harley, topi putih, sarung tangan motor dan satu kaset Dewa 19, semua dihibahkan kepadaku. Katanya sayang dibuang, tapi dengan syarat, jangan tampakan benda-benda itu di depan matanya. Aku menerimanya, dengan perasaan tak menentu.

Dharma tertidur lelap. Dia lelah meracau. Aku hanya diam.

Dalam gelap, aku coba memutar kaset Dewa 19 di walkman ku. Aku tiba pada lagu "cinta" liriknya dalam sekali, dan aku benar-benar jatuh cinta tanpa dia mengetahuinya. Aku sedih.

Keesokan harinya, saat itu hari minggu. Aku ke pasar. Dharma kubiarkan tertidur di kamarku.

Setelah pulang dari pasar, wujud Dharma tidak terlihat. Buku diary ku tergeletak di atas kasur, padahal aku menyimpannya di lemari. Aku cemas.

Mudah-mudahan Dharma tidak membacanya.

Tapi apa daya Dharma telah mengetahuinya dan meninggalkan sepucuk memo yang berbunyi "maafkan aku, ternyata aku salah menilaimu, Bas. Maafkan aku hanya bisa menjadi sahabatmu, bukan kekasihmu. Dan kali ini pun, aku tidak bisa menjadi sahabatmu lagi.."

Aku diam. Kini tiba giliran langitku runtuh. Cahaya ku sirna dan semuanya kembali gelap seperti semula, seperti aku belum mengenalnya.

Aku mengutuk diriku yang ceroboh membiarkan lemariku tanpa di kunci. Aku mengutuk diriku yang tidak bisa menyimpan diary ku dengan benar.

Tapi semua sudah terjadi. Dharma pun sudah mengetahui. Topengku retak. Aku ditelanjangi oleh cinta terlarangku. Aku dicibir oleh langit orange, tanpa aku diberi kesempatan untuk membela diri.

Aku malu bertemu dia, dan malu kalau semua orang di kelas tahu. Dharma patah hati dengan kekasihnya Sari dan kecewa dengan sahabatnya.

Dharma tidak menegurku lagi, tidak ada jemputan lagi. Motor Dharma dibiarkan kosong tanpa kekasih maupun sahabat yang di bonceng.

Aku lesuh ke sekolah. Ujian sebentar lagi. Aku ingin segera lulus. Dharma pun demikian. Dan Sari berbahagia dengan selingkuhannya.

Begitulah cinta. Manis karena ada pahit terkandung di dalamnya. Seperti mengkonsumsi gula, manis awalnya tetapi beracun membunuh perlahan.

Namun aku percaya cintaku pada Dharma tulus adanya. Karena cinta tidak memandang apa-apa, maupun kelamin.

Namun Dharma diciptakan Tuhan bukan seorang pecinta sejenis. Itu masalahnya.

****

Sepuluh tahun sudah aku melalang buana. Aku menemukan Dharma di kampung telah berbahagia dengan istrinya, bukan Sari, dan tiga orang anaknya. Sedangkan aku masih sendiri, sampai aku menemukan cinta sejatiku.

Sepeti kata Katty perry "one day my princess will come, so I will wait for that day". Aku masih bermimpi. Namun pada kenyataannya cinta seorang gay memang kebanyakan "No happy ending".

Tapi aku yakin, suatu hari nanti aku akan menemukan kebahagiaanku. Walau saat ini aku bahagia dengan keadaan yang lain.

Aku mensyukuri setiap yang terjadi, dan aku tidak memakai topeng lagi....

***

Sekian..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Layanan

Translate