Kisah cowok BO (part 3) di BO sang aktor tampan

Hari berganti, detak jam terasa begitu lambat bagiku.

Aku ingin semua ini segera berlalu. Aku merasa lelah dengan semua ini. Aku rapuh.

Rasanya aku sudah tidak sanggup lagi menjalani semua ini.

Tapi... saat ini Ibu dan adikku sangat membutuhkanku. Aku satu-satunya harapan mereka.

Apa lagi mengingat kondisi Ibu saat ini. Penyakit beliau semakin parah.

Meski pun Ibu masih rutin melakukan cuci darah dua kali seminggu, namun itu tidak menjamin jika beliau akan sembuh kembali. Jalan satu-satunya ya hanya operasi.

Sementara saat ini, uang yang aku kumpulkan masih jauh dari cukup untuk biaya operasi Ibu.

Aku masih harus tetap bekerja keras, untuk bisa mendapatkan uang untuk biaya operasi Ibu.

Dan satu-satunya pekerjaan yang bisa aku lakukan saat ini, hanyalah menjadi seorang cowok BO.

Sudah sejak pagi, aku menunggu panggilan dari pelanggan. Namun hingga sore ini, tidak ada satu pun pesan yang masuk ke ponsel ku.

Jika aku tidak mendapatkan pelanggan malam ini, maka aku akan semakin membutuhkan banyak waktu untuk mengumpulkan uang.

Harapanku semakin sirna, saat hari sudah menjelang malam. Aku masih belum juga mendapatkan pelanggan.

Untuk menghibur diri, aku mencoba berkeliling sambil berjalan kaki. Saat akhirnya ketika jam sudah hampir pukul delapan malam. Sebuah pesan masuk ke ponsel ku.

Sebuah pesan dari calon pelanggan. Tanpa identitas. Orang tersebut hanya memintaku datang ke sebuah hotel, dan menjanjikan bayaran yang cukup besar.

Dengan sedikit ragu, aku mencoba menerima tawaran tersebut. Aku segera mencari ojek online untuk menuju hotel yang telah disebutkan calon pelanggan ku tersebut.

Dan ini adalah kisah ku bersama pelanggan ketiga ku.

Bagaimanakah kisah ku kali ini?

Simak kisah ini sampai selesai ya..

Terima kasih banyak kepada seluruh subscriber setia saya, terima kasih atas segala masukan, saran, motivasi dan dukungannya selama ini.

Terkhusus untuk pelanggan channel ini, terima kasih sudah berlangganan. Semoga kalian semua selalu berbahagia.

Bagi yang ingin berlanggagan dan bergabung bersama channel ini silahkan klik tombol gabung di bawah ini, atau bisa juga di deskripsi video ini.

Dapatkan berbagai keuntungan istimewa dengan berlangganan channel ini, diantaranya kalian bisa mendapatkan nomor whatsapp khusus dari kami, untuk bisa berkomunikasi langsung dengan admin.

Sekali lagi terima kasih dan selamat menikmati, semoga terhibur...

****

Aku memasuki sebuah kamar hotel mewah. Mungkin dibandingkan dengan dua pelanggan ku sebelumnya, hotel ini lebih mewah dan sangat nyaman.

Selain suasananya yang cukup sepi, hotel ini juga menyediakan berbagai fasilitas yang sangat lengkap. Kamarnya juga sangat luas.

Namun terlepas dari itu semua, ada seorang laki-laki tampan yang menyambutku dengan senyumnya yang ramah.

Kami berjabat tangan, "apa kabar?" tanya laki-laki itu sopan.

"baik, mas.." jawabku ringan.

Laki-laki jangkung itu pun mengajakku untuk duduk di kursi tamu dalam kamar hotel tersebut.

Di sana ia sudah menyediakan beberapa makanan ringan dan juga beberapa minuman.

Dan satu hal yang menjadi pertanyaanku sejak awal melihat laki-laki tersebut ialah aku merasa sangat tidak asing dengan wajah laki-laki tersebut.

Namun aku tidak berani bertanya lebih lanjut.

"kamu kenapa melihat saya seperti itu?" tanya laki-laki itu kemudian, saat kami sudah duduk saling berhadapan.

"gak kenapa-kenapa, mas. Saya hanya merasa kalau wajah mas sudah sangat familiar bagi saya.." jawabku mencoba jujur.

"kamu benaran gak tahu saya?" tanya laki-laki itu lagi.

"kalau kenal sih gak mas. Tapi .... bukannya mas yang aktor itu ya...? Atau hanya mirip aja ya?" tanyaku akhirnya dengan nada ragu-ragu.

Wajah laki-laki itu memang sangat mirip sekali dengan seorang aktor yang menurutku cukup terkenal. Meski aku tidak begitu suka menonton, apa lagi menonton entertainment.

Tapi aku yakin, kalau laki-laki di hadapanku saat ini adalah seorang aktor terkenal.

Wajahnya sering muncul di televisi mau pun media sosial. Karena itu juga aku merasa tidak asing dengan wajah tersebut.

"iya. Saya Shandy. Pemain film dan juga membintangi beberapa iklan.." jawab laki-laki itu terdengar santai.

Dan itu tepat sekali seperti yang aku duga. Laki-laki yang bersama ku saat ini, memang seorang aktor yang terkenal dengan nama Shandy Purnawan.

Aku merasa sangat tersanjung bisa bertemu langsung dengan seorang aktor. Meski aku tidak punya aktor atau pun aktris favorit. Aku memang tidak terlalu suka dengan dunia hiburan seperti itu.

Tapi bisa berduaan dengan seorang aktor di dalam sebuah kamar hotel, tentunya punya kebanggaan tersendiri bagiku.

"makanya tadi saya tidak menyebutkan identitas saya. Saya hanya akan menyewa orang yang tentu saja bisa menjaga rahasia..." laki-laki itu, mas Shandy, melanjutkan ucapannya.

Meski pun jujur saja ada rasa bangga dalam hatiku, namun aku mencoba bersikap biasa saja.

Aku hanya tidak menyangka sama sekali, kalau seorang aktor setampan mas Shandy adalah seorang laki-laki penyuka sesama jenis.

"kamu pasti tidak menyangka kan, kalau saya adalah seorang gay?" tanya mas Shandy kemudian, melihat saya yang hanya terdiam. Ia seperti mencoba menebak apa yang sedang saya pikirkan tentangnya.

"iya, mas. Itu makanya tadi, saya sempat ragu, kalau mas adalah mas Shandy sang aktor tersebut.." balasku akhirnya.

"kita gak usah bahas soal itu sekarang ya.. Malam ini saya hanya ingin hepi-hepi aja, menikmati hidup dengan cara saya sendiri." ucap mas Shandy lagi, sambil ia meneguk botol minumannya.

"iya, mas. Saya juga gak terlalu peduli dengan hal itu. Saya hanya ingin mendapatkan uang.." balasku.

"baguslah. Yang penting kamu bisa jaga rahasia. Dan kita bermain aman aja.." balas mas Shandy ringan.

"tapi ngomong-ngomong, kenapa kamu harus jadi cowok BO? Padahal saya lihat di profil kamu, kamu itu bukan cowok gay.." tanya mas Shandy kemudian, setelah beberapa saat kami saling terdiam.

Dengan sedikit berat aku pun menceritakan dengan singkat kenapa aku harus menjadi seorang cowok BO. Mas Shandy terlihat serius mendengarkan aku bercerita.

"lalu bagaimana dengan mas Shandy sendiri? Sejak kapan mas Shandy menyukai seorang cowok?" tanyaku selanjutnya, sekedar ingin tahu.

"panjang ceritanya, Zal. Tapi yang pasti, aku tidak pernah ingin terlahir seperti ini.." balas mas Shandy, wajahnya tiba-tiba muram.

"dulu aku sebenanrya adalah laki-laki normal. Setidaknya aku pernah merasakan jatuh cinta pada seorang perempuan. Bahkan aku pernah pacaran beberapa kali dengan perempuan yang aku sukai." mas Shandy memulai ceritanya.

"namun saat aku melakukan sebuah casting, untuk mendapatkan peran utama dalam sebuah film, aku terjebak. Seorang produser menawarkanku sebuah peran utama, dengan syarat aku harus memenuhi keinginannya." lanjut mas Shandy bercerita.

"produser itu meminta aku untuk memenuhi hasratnya yang menyimpang..." mas Shandy menghela napas berat, seperti ingin melepaskan sebuah beban yang berat dalam hatinya.

"awalnya aku ingin menolak, namun karena aku sangat membutuhkan peran tersebut, untuk menunjang karir ku sebagai aktor pendatang baru di dunia hiburan, aku akhirnya dengan sangat terpaksa menerima tawaran produser tersebut."

"beberapa kali produser itu memintaku untuk memenuhi keinginannya, dan seperti yang ia janjikan, aku pun mendapatkan peran utama pertama ku. Namun tidak cukup hanya sampai di situ, produser tersebut terus memintaku untuk memenuhi keinginannya, dan berjanji akan terus memberikan peran utama pada setiap film yang dia produksi."

"bahkan produser tersebut juga memperkenalkan ku pada beberapa orang teman-temannya yang punya selera yang sama dengannya. Dan aku dengan terpaksa harus menerima semuanya."

"hal itu terus terjadi selama bertahun-tahun. Meski pun akhirnya karir ku pun meningkat berkat hal tersebut. Tapi hati kecil ku tetap merasa tidak bisa menerima semuanya."

Mas Shandy meneguk minumannya kembali, sesaat ia memejamkan mata sambil menarik napas dalam.

"namun sesuatu yang dilakukan terus menerus itu ternyata, mampu mengubah selera ku dalam berhubungn. Aku sepertinya jadi ktagihan akan hal tersebut. Hingga aku merasa kalau hal itu sudah menjadi kebutuhan bagiku."

"aku memang masih tertarik pada perempuan, namun terkadang ada keinginan muncul dalam diriku untuk terus merasakan hal tersebut dengan seorang laki-laki. Dan itulah yang aku alami sampai saat ini."

Mas Shandy mengakhiri ceritanya.

Setelah bercerita cukup panjang lebar, kami pun akhirnya sepakat untuk memulai 'pergelaran' kami malam itu.

Sebuah pergelaran yang membuatku cukup terkesan. Bukan saja karena mas Shandy adalah seorang aktor, tapi juga karena ia sangat mahir dalam hal tersebut.

Dan aku berusaha memberi kesan yang indah kepada mas Shandy. Membuatnya merasa kalau ia tak sia-sia membayarku mahal.

Aku melihat senyum mas Shandy mengembang malam itu. Senyum yang penuh makna..

****

Keesokan paginya, sesuai yang ia janjikan, mas Shandy pun memberi aku tip yang sangat banyak.

"mudah-mudahan ini bisa membantu untuk menambah biaya operasi ibu mu.." begitu ucap mas Shandy, saat ia selesai mentrasfer uang tersebut ke rekening ku.

"terima kasih banyak, mas Shandy.." balasku ringan.

"aku yang harus berterima kasih sama kamu, Zal. Terima kasih untuk keindahan yang telah engkau berikan tadi malam. Kamu hebat.." bisik mas Shandy, sambil ia mengecup keningku lembut.

"sama-sama, mas... Mas Shandy juga hebat.." balasku sambil tersenyum manis.

Setelah berucap demikian, aku pun segera pamit. Aku harus segera ke kampus.

Diperjalanan aku sempatkan untuk menanyakan kabar ibu ku kepada adik ku. Aku memang selalu beralasan, kalau aku tidak bisa pulang karena harus kerja lembur dan harus tidur di tempat kerja ku.

Kepada ibu dan adikku, aku memang mengatakan kalau aku bekerja di sebuah kafe yang buka 24 jam.

Karena itu, aku selalu tidak bisa pulang ke rumah setiap malamnya.

Aku tidak tahu, entah sampai kapan kebohongan ini akan terus berlanjut. Aku tahu, aku salah. Jalan yang aku pilih adalah sebuah kesalahan. Tapi tidak banyak pilihan untuk orang-orang seperti ku.

Aku hanya ingin mengumpulkan untuk biaya operasi ibu ku, meski dengan cara yang aku sendiri tidak menginginkannya.

Aku hanya berharap, semoga semua ini cepat berlalu. Dan aku hanya berharap, semoga aku bisa secepatnya mengumpulkan uang untuk biaya operasi ibu.

Aku tidak ingin selamanya seperti ini, terjebak pada yang namanya kehidupan.

*****

Bersambung ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Layanan

Translate