"kamu kenal orang itu?" suara mas Anton, salah seorang senior ku di tempat kerja, menanyaiku ketika Eko sudah berlalu dari hadapanku.
"dia teman SMA ku dulu.." jawabku apa adanya.
"kamu benaran gak tahu siapa dia sebenarnya?" tanya mas Anton lagi, yang membuatku jadi penasaran.
"maksud mas Anton apa? Emang laki-laki tadi siapa sebenarnya?" tanyaku penasaran.
Mungkinkah mas Anton juga tahu, kalau Eko adalah seorang penyuka sesama jenis? Bathinku penuh keraguan.
"laki-laki itu adalah anak pemilik supermarket ini, dan dia sekarang adalah manager baru disini... " jelas mas Anton, yang membuatku merasa terhenyak.
"tapi bukannya dia masih kuliah?" tanyaku setengah tak percaya.
"dia kan anak pemilik supermarket ini, Ndra. Jadi bisa saja kan dia kerja sambil kuliah..?" balas mas Anton yakin.
Aku menjadi serba salah.
Kalau Eko adalah manager di supermarket ini, maka sudah di pastikan kami akan semakin sering bertemu.
Oh, aku merasa gamang tiba-tiba. Aku pasti tidak akan bisa menghindari Eko.
Namun aku tidak bisa berbuat apa-apa saat ini. Selain pasrah..
Dan bagaimanakah kelanjutan kisahku bersama Eko?
Mungkinkah Eko akan berhasil merebut hatiku?
Atau justru dia tidak lagi punya perasaan apa-apa padaku?
Simak kisah ini sampai selesai ya..
Jangan lupa untuk menyaksikan kisah sebelumnya di channel ini, atau bisa langsung klik link nya di deskripsi video ini.
Dan jangan lupa untuk bla...bla...
*****
Hari-hari kembali berlalu, tanpa bisa dicegah atau pun di pacu.
Dan seperti yang aku duga, aku jadi hampir setiap hari bertemu Eko. Walau aku selalu berusaha untuk menghindar.
"kenapa kamu masih menghindariku, Ndra?" tanya Eko pada suatu kesempatan, saat itu jam istirahatku. Eko mendatangiku.
"aku gak menghindar, Ko. Aku hanya merasa tidak enak kalau harus selalu ngobrol sama kamu. Aku kan kerja, dan kamu juga manager disini.." jelasku beralasan.
"iya, aku tahu. Tapi sangat terlihat sekali kalau kamu menghindariku, Ndra. Aku tahu, kalau kamu jijik melihatku. Tapi apa aku salah, bila jatuh cinta sama kamu? Aku juga tidak ingin seperti ini, Ndra. Namun aku juga tidak ingin membohongi perasaanku sendiri, kalau aku mencintai kamu, bahkan hingga saat ini.." ucap Eko panjang lebar.
"apa sebegitu bencinya kamu sama aku, Ndra?" tanya Eko melanjutkan.
Aku menatapnya sekilas. Raut wajah Eko terlihat muram.
"aku gak membenci kamu, Ko. Tapi jujur saja, aku merasa tidak nyaman saat bersama kamu. Aku harap kamu juga bisa mengerti posisiku.." ucapku akhirnya.
"aku hanya ingin tetap menjadi sahabat kamu, Ndra. Aku tak berharap bisa memiliki kamu sebagai kekasih. Tapi izinkan aku untuk tetap mencintai kamu, dan izinkan aku untuk menjadi sahabat kamu. Aku janji, aku akan selalu menjaga sikapku terhadap kamu.." Eko berucap lagi, yang membuatku merasa tersentuh.
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan persahabatan kami. Dan Eko juga selalu memperlakukanku dengan wajar, selama kami bersahabat.
Kalau seandainya saja aku tidak dengan begitu lancang membaca buku hariannya, tentu saja kami masih bersahabat hingga saat ini.
Eko juga sangat baik padaku. Selama menjadi sahabatnya, tak pernah sekali pun Eko membuat aku kecewa. Dia selalu ada untuk menghiburku. Dia selalu membantuku.
Kadang aku merasa menyesal, telah memutuskan persahabatanku dengan Eko. Tapi apa arti persahabatan itu, bila ada cinta yang tumbuh di dalamnya.
Aku tidak mungkin bisa bertahan, sementara aku tahu, kalau Eko sangat menginginkanku.
Kalau saja, kami tidak sejenis, mungkin ceritanya akan berbeda.
****
Hari-hari selanjutnya, aku mulai menanggapi kehadiran Eko. Aku berusaha menganggapnya sebagai seorang teman. Meski itu terasa sulit bagiku.
"maafkan aku, Ndra. Seandainya saja aku bisa membatasi perasaanku padamu, dan hanya menganggap kamu sebagai sahabat, tentu saja semua ini tidak perlu terjadi.." ucap Eko, ketika kami ngobrol di kantin dalam supermarket tersebut. Eko yang mengajakku makan di sana.
"aku yang harusnya minta maaf, Ko. Tak seharusnya aku membaca buku harian kamu. Seandainya saja aku bisa sedikit menahan diri untuk tidak terlalu penasaran membaca diary kamu, tentu saja sampai saat ini kita masih bersahabat..." balasku terdengar lemah.
"kita bisa memulainya lagi dari awal, Ndra. Aku tidak akan menuntut apapun dari kamu. Selama kita tetap bersahabat, aku tidak akan macam-macam. Dan aku juga akan belajar, untuk pelan-pelan membuang perasaanku padamu." ucap Eko kemudian.
"aku akan mencari pasanganku sendiri, yang tentu saja punya selera yang sama denganku. Dan kamu bebas untuk pacaran dengan wanita mana pun yang kamu inginkan. Ndra.." lanjut Eko lagi.
"kamu yakin, Ko? Dengan keputusan kamu?" balasku bertanya.
"iya, aku yakin. Bagiku hubungan persahabatan itu, jauh lebih indah dari hubungan apapun.." timpal Eko mantap.
Aku berusaha menerima semua itu. Menjadi sahabat Eko bukanlah hal yang buruk. Selama ia tetap bisa menjaga perasaannya padaku.
Dan lagi pula, saat ini Eko adalah manager tempat aku bekerja. Aku jelas tidak bisa menghindarinya.
Akan aku biarkan semuanya mengalir apa adanya. Jika Eko bisa menepati janjinya, untuk tidak mengharapkan apa-apa dariku, aku rasa tidaklah akan terlalu menjadi masalah.
Mungkin memang harus seperti ini. Aku punya seorang sahabat yang ternyata adalah seorang gay. Dan aku harus menerima kehadirannya sebagai sahabatku.
****
Hari-hari kembali berlalu. Aku dan Eko kembali menjalin persahabatan.
Beberapa bulan kemudian, Eko pun memperkenalkan seorang teman cowoknya, bernama Leo, yang dia akui sebagai pacarnya, padaku.
Aku juga saat ini sedang dekat dengan seorang gadis salah satu rekan kerjaku. Namanya Lisa. Dia gadis yang cantik, manis dan juga lembut.
Aku memang telah jatuh pada Lisa, dan sepertinya Lisa juga menyukaiku.
Aku pun memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaanku pada Lisa. Gayung pun bersambut, Lisa menerima cintaku.
Aku dan Lisa pun menjalin hubungan asmara.
Sementara Eko terlihat semakin lengket dengan pacar pria-nya. Dia mungkin telah mampu menghapus perasaannya padaku.
Tapi kami tetap bersahabat. Kami sering saling curhat-curhatan tentang pasangan kami masing-masing.
Dan begitulah, akhir dari kisahku bersama Eko, sahabatku yang ternyata adalah penyuka sesama jenis.
Tidak ada yang istimewa sebenarnya dari kisah kami. Namun yang aku simpulkan adalah, bahwa persahabatan itu sangat penting, terlepas dari siapa pun yang menjadi sahabat kita.
Terlepas dari dia seorang gay atau bukan. Persahabatan tetaplah sesuatu yang indah, selama tidak ada perasaan cinta di dalamnya.
Dan aku bangga memiliki sahabat seperti Eko. Dia sangat mengerti dengan diriku. Dan dia juga tidak egois dengan tetap memaksakan perasaannya padaku.
Dia rela membunuh cintanya padaku, demi persahabatan kami.
Dan aku tidak ingin kehilangan sahabat seperti Eko.
Semoga persahabatan kami tetap terjalin selamanya....
Ya, semoga saja...
*****
Sekian ..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar