Aku pikir dengan menikah, petualanganku di dunia gay akan berakhir.
Aku pikir, aku akan bisa menjalani kehidupan sebagaimana layaknya seorang laki-laki.
Menjadi seorang suami dan juga menjadi seorang ayah.
Tapi ternyata aku salah.
Meski pun telah menikah, aku masih sering memikirkan sosok seorang laki-laki dalam hidupku.
Aku masih sering merasakan keinginan itu muncul dalam pikiranku.
Hingga akhirnya aku bertemu Lukas. Seorang laki-laki muda, yang memiliki wajah yang sangat tampan di mataku.
Aku jatuh cinta pada Lukas, sejak pertama kali melihatnya.
Aku bertemu dan kenal dengan Lukas, karena dia adalah salah seorang mahasiswa ku di kampus.
Bagaimanakah kisahku dengan Lukas terjalin?
Mungkinkah aku mampu menolak pesonanya?
Atau aku akan kembali terjerumus dalam dunia gay?
Simak kisah ini sampai selesai ya..
Namun sebelumnya bla..bla..
*****
Namaku Bastian, dan aku adalah seorang dosen di sebuah kampus yang cukup besar di kotaku.
Sebagai seorang dosen, aku memang punya banyak kenalan mahasiswa-mahasiswa muda.
Selama ini, aku menganggap mereka semua hanyalah sebagai muridku.
Aku memang punya masa lalu yang suram.
Dulu aku sering berpacaran dengan banyak pria, dan aku juga sering mengalami kisah cinta satu malam bersama beberapa pria.
Kesukaan ku terhadap pria, tumbuh sejak aku remaja.
Dan ha itu terus berlanjut hingga aku dewasa dan menjadi seorang dosen.
Demi menjaga nama baik dan juga untuk mempertahankan status ku sebagai seorang laki-laki, aku pun memutuskan untuk menikah, pada saat usiaku sudah mencapai 33 tahun.
Harapanku dengan menikah aku bisa terlepas dari semua perasaan suka ku terhadap kaum yang sejenis denganku.
Aku memang merasakan perubahan itu awalnya. Aku mulai belajar mencintai istriku, hingga kami sudah memiliki dua orang anak.
Pernikahanku yang sudah berjalan hampir lima tahun, cukup bahagia.
Istriku yang hanya ibu rumah tangga biasa, juga sangat menyayangiku dan anak-anak kami.
Kebutuhan bathinnya juga terpenuhi dengan baik olehku selama pernikahan kami.
Meski jujur saja, aku masih sering memikirkan seorang pria dalam hatiku.
Terutama saat aku melihat sosok pria yang tampan dan gagah. Jiwaku gay ku selalu meronta, meminta untuk di lepaskan.
Namun selama ini, aku selalu berusaha melawan semua rasa itu.
Aku berhasil awalnya, tapi sejak aku pertama kali melihat sosok Lukas, yang merupakan mahasiswa baru di kampus tempat aku mengajar.
Lukas adalah seorang mahasiswa pindahan, dia sudah semester empat sekarang.
Harus aku akui, kalau Lukas memang memiliki wajah yang sangat tampan, dengan postur tubuh yang terlihat sangat gagah.
Sekilas Lukas terlihat seperti seorang aktor tampan Indonesia, yang merupakan aktor favoritku.
Intinya, aku memang telah jatuh cinta kepada Lukas. Dan itu cukup menyiksa bathinku.
Sudah sangat lama aku tidak merasakan perasaan tersebut, setidaknya sejak aku memutuskan untuk menikah.
Dan sekarang, aku kembali merasakan indahnya jatuh cinta kepada seorang pria. Namun sayangnya, pria itu adalah salah seorang mahasiswaku.
****
Sejak aku jatuh cinta kepada Lukas, kehidupanku secara pribadi juga ikut berubah.
Aku jadi lebih memperhatikan penampilanku, aku semakin menjaga penampilanku.
Aku yang sudah lama tidak berolahraga, sekarang jadi kembali rajin berolahraga.
Aku bahkan mengikuti sebuah kelas fitnes di dekat rumahku.
Meski pun saat ini aku sudah berusia 38 tahun.
Jiwa mudaku kembali bergejolak. Aku selalu ingin tampil prima, terutama saat aku mengajar di kelas Lukas.
Aku ingin menarik perhatian Lukas.
Meski tentu saja, hingga saat ini, Lukas hanya menganggapku sebagai salah seorang dosennya.
Tapi aku tidak ingin menyerah. Dulu aku pernah berhasil merebut hati seorang pria, dengan perjuangan yang berat.
Dan aku berharap, kali ini aku juga akan berhasil mendapatkan hati seorang Lukas.
Aku sebenarnya tidak begitu mengenal Lukas. Aku hanya mengetahui namanya, dan juga umurnya, yang masih 20 tahun.
Namun demi mendapatkan cinta Lukas, aku pun mulai mencari-cari tentang kehidupan Lukas sehari-hari.
Mulai dari mencari tahu di mana dia tinggal, siapa keluarganya dan apa hobinya.
Dari informasi yang saya dapat, ternyata Lukas adalah anak seorang narapidana.
Ayahnya di penjara karena kasus korupsi, dan ibunya memilih untuk mengakhiri hidupnya karena malu.
Lukas sekarang hanya tinggal bersama salah seorang pamannya.
Karena itu juga ternyata Lukas pindah kuliah.
Lukas tidak berasal dari kota ini, dia berasal dari kota tetangga.
Sejak ayahnya ditahan, karena kasus korupsi dan ibunya yang akhirnya bunuh diri, Lukas diajak pamannya untuk pindah ke kota ini. Apa lagi ternyata Lukas adalah anak tunggal.
Paman Lukas sendiri, yang bernama Paman Deden, hanyalah seorang guru di sebuah sekolah swasta. Kehidupannya juga tidak terlalu baik, di tambah pula dia punya tiga orang anak yang harus dibiayainya.
Rumah paman Deden juga masih rumah kontrakan, yang cukup kecil.
Dan untuk biaya kuliahnya sendiri, serta untuk membantu keuangan pamannya, Lukas nyambi kerja sebagai seorang guru les.
Begitulah kehidupan Lukas yang aku ketahui dari sumber yang terpercaya.
****
Jarum jam terus berputar, hari-hari terus berjalan. Perasaanku kepada Lukas masih tetap sama.
Hingga hampir enam bulan, aku memendam perasaanku terhadap Lukas.
Sekarang aku sudah mulai dekat dengan Lukas. Aku yang berinisiatif untuk mendekatinya.
Berawal dari aku yang berpura-pura meminta bantuannya, untuk menjadi asistenku.
"tapi saya kan masih semester lima pak Bas. Masih banyak mahasiswa senior lainnya yang lebih baik dari saya.." begitu ucap Lukas, ketika aku menawarkan hal tersebut.
"saya tahu kamu anak yang pintar Lukas, dan saya juga tahu, kalau kamu juga seorang guru les. Jadi saya memilih kamu untuk jadi asisten saya, itu murni keinginan saya sendiri..." jelasku.
"kamu boleh memilih kok, mau tetap jadi guru les atau jadi asisten saya?" lanjutku lagi.
"saya bukannya mau menolak pak Bas. Tapi saya takut kalau saya tidak mampu, dan pak Bas pasti kecewa. Saya juga masih baru disini, pak." ucap Lukas lagi.
"saya sudah memilih kamu, itu artinya saya sudah yakin dengan kemampuan kamu.." balasku ringan.
Dan sejak itulah Lukas pun menjadi asisten ku.
Sejak itu pulalah aku dan Lukas jadi sering bertemu. Berbagai alasan yang aku buat, untuk bisa terus dekat dan bertemu dengan Lukas.
"terima kasih banyak, pak. Telah memberi saya kesempatan ini. Hal ini sangat membantu keuangan saya pak.." ucap Lukas suatu hari.
"kamu memang pantas mendapatkan ini, Lukas. Kamu anak yang pintar dan juga rajin. Saya suka cara kerja kamu.." balasku jujur.
Kian hari aku dan Lukas pun kian dekat. Kami tidak hanya berbicara soal pekerjaan, tapi juga berbicara tentang kehidupan pribadi kami.
"kamu masih sering mengunjungi ayah kamu di penjara?" tanyaku suatu saat.
Lukas menggeleng ringan.
"sampai saat ini, saya belum bisa memaafkan ayah saya pak Bas. Perbuatan ayah saya sudah mengubah segalanya. Dan saya merasa sakit bila mengingat itu semua.." ucap Lukas terdengar lirih.
Lukas memang sudah menceritakan semuanya padaku. Kami benar-benar sudah akrab.
****
"makasih ya pak Bas, untuk semuanya.." ucap Lukas pada suatu malam.
Malam itu aku memang meminta Lukas untuk datang ke rumahku. Aku memintanya untuk datang, untuk membantuku menyelesaikan perencanaan sebuah proyek.
Kami kerja dan ngobrol di ruang kerjaku. Ruang kerja itu memang sengaja aku buat di lantai dasar rumahku. Sementara kamar tidur utama kami ada di lantai atas.
"kamu gak perlu berterima kasih seperti itu, Lukas. Kamu juga sangat banyak membantu pekerjaanku.." ucapku akhirnya.
"tapi pak Bas sudah sangat baik padaku selama ini. Aku yang baru saja kehilangan sosok seorang ayah, sekarang seakan menemukan penggantinya. Selain keluarga pamanku, aku sudah tidak siapa-siapa lagi.." ucap Lukas selanjutnya.
"kamu anak yang hebat, Lukas. Kamu bisa kuat menghadapi itu semua." timpalku jujur.
"sebenarnya aku tidak sekuat itu, pak. Aku lemah. Aku lelah sebenarnya dengan hidup ini. Disaat yang hampir bersamaan, aku harus kehilangan kedua orangtuaku. Dan yang paling menyakitkan dari semua itu, aku kehilangan kedua orangtuaku dengan cara yang sangat memalukan."
"mungkin aku bisa kuat menerima semua kenyataan pahit itu, tapi aku tidak bisa kuat menanggung rasa malu ku. Aku malu punya ayah seorang koruptor, aku malu punya ibu yang berpikiran pendek. Aku malu, pak..." suara Lukas terdengar serak.
Terus terang aku memang sangat merasa perihatin mendengar semua keluhan Lukas, akan semua hal yang telah menimpa hidupnya.
"setiap orang pernah berbuat salah, Lukas. Tidak ada seorang pun yang suci di dunia ini. Aku mengerti bagaimana perasaan kamu. Tapi tidak seharusnya kamu menyimpan dendam terhadap ayahmu. Beliau berhak mendapatkan kesempatan untuk memperbaiki diri. Aku yakin, saat ini, beliau pasti sangat menyesali perbuatannya. Dan aku juga yakin, saat ini dia pasti ingin kamu datang mengunjunginya. Dia butuh dukungan kamu, Lukas.." ucapku panjang lebar.
"aku mungkin bisa memaafkan perbuatan ayahku yang memanipulasi uang perusahaan. Yang tidak bisa aku terima, akibat perbuatannya itu, aku juga harus kehilangan seorang ibu. Dan aku juga tidak bisa menerima tindakan bodoh ibuku yang memilih untuk mengakhiri hidupnya. Mereka berdua tak pernah benar-benar memikirkan perasaanku.." keluh Lukas lagi.
"aku butuh waktu, pak. Aku butuh waktu untuk bisa memaafkan semuanya. Semua itu terlalu berat bagiku.." lanjut Lukas terdengar semakin lirih.
Aku melangkah mendekat, aku duduk di samping Lukas, kemudian merangkul bahunya.
Lukas menyandarkan kepalanya di dadaku. Air matanya pun tumpah.
"selama ini aku selalu berusaha kuat, pak. Aku ingin tetap terlihat baik-baik saja. Meski aku merasa sangat rapuh.." Lukas berujar lagi di tengah isak tangisnya.
"kamu harus tetap kuat Lukas. Masa depan mu masih panjang. Kamu boleh membenci semua yang terjadi dalam hidupmu. Tapi kamu jangan membenci dirimu sendiri. Kamu manusia pilihan Lukas. Hanya manusia pilihanlah yang akan sanggup menghadapi itu semua.." ucapku mencoba meghibur.
Lukas semakin membenamkan wajahnya di dadaku. Tangannya pun turut melingkar di tubuhku.
Aku tergugah. Aku tahu, Lukas melakukan itu, karena dia menganggapku sebagai seorang ayah. Dia ingin menumpahkan segala kesedihannya yang dia pendam selama ini.
Aku pun membelai rambut Lukas dengan lembut. Aku ingin Lukas merasa nyaman bersamaku.
"aku akan selalu ada buat kamu, Lukas. Kamu tak perlu merasa bersedih lagi. Hidupmu harus tetap berjalan...." ucapku menghibur.
"terima kasih untuk semuanya, pak Bas. Aku tak tahu bagaimana membalas semua kebaikan bapak padaku selama ini.." ujar Lukas sambil melepaskan dekapannya. suaranya sudah mulai tenang kembali.
"kamu tidak perlu melakukan apapun untuk membalasnya, Lukas. Aku tulus membantu kamu..." balasku ringan.
Lukas mengusap air matanya sendiri, menarik napas beberapa kali, kemudian berusaha untuk tersenyum.
"maafkan aku, pak Bas. Tidak seharusnya aku seperti ini. Tapi selama ini aku hanya memendam semua kesedihanku sendiri. Sejak peristiwa tragis yang menimpa hidupku, semua orang menjauhiku. Aku kehilangan pegangan, aku tidak punya tempat mengadu. Dan sekarang pak Bas hadir dalam hidupku, yang membuatku jadi punya tempat untuk mencurahkan semuanya.." ucapnya kemudian.
"kamu tidak perlu merasa sungkan, Lukas. Sekarang tidak ada lagi jarak diantara kita. Jika kamu membutuhkan apapun, kamu tidak perlu merasa sungkan untuk menyampaikannya padaku.." balasku.
"aku ingin menyampaikan sesuatu pada pak Bas. Tapi aku takut pak Bas marah dan akan membenciku.." ucap Lukas tiba-tiba, setelah dia terdiam beberapa saat.
"kamu sampaikan saja, Lukas. Aku pasti tidak akan marah.." balasku cepat.
"aku... aku.. sayang sama pak Bas." ucap Lukas terbata.
"sejak peristiwa tragis yang menimpaku, aku merasa rapuh. Namun kehadiran pak Bas dalam hidupku, mampu membuatku merasa pulih kembali. Aku merasa nyaman. Aku seperti menemukan sosok yang aku butuhkan dalam diri pak Bas."
"kerapuhanku selama ini telah membuatku kehilangan semangat dan tidak punya tujuan. Tapi semenjak mengenal pak Bas, aku jadi punya semangat lagi, aku jadi merasa tujuan baru dalam hidupku. Aku sayang sama pak Bas. Aku... aku.. aku mungkin telah jatuh cinta pada pak Bas.." Lukas berkata sambil tertunduk.
"maafkan aku pak Bas. Tapi itulah yang aku rasakan saat ini. Aku membutuhkan pak Bas dalam hidupku, lebih dari seorang teman, lebih dari seorang ayah. Aku ingin menjadi bagian dari hidup pak Bas. Aku ingin dicintai. Aku butuh kasih sayang dari pak Bas. Bukan sekedar kasih sayang seorang ayah kepada anaknya. Tapi lebih kepada kasih sayang seorang kekasih..." Lukas melanjutkan kalimatnya, yang membuatku tertegun.
Sungguh tidak pernah aku sangka sama sekali, kalau Lukas akan berkata seperti itu.
"sekali lagi maafkan aku pak Bas. Dan tolong jangan membenci ku karena itu.." lanjut Lukas lagi.
Aku menarik napas sejenak, kemudian kutarik lagi tubuh Lukas ke dalam pelukanku.
"kamu tidak perlu minta maaf, Lukas. Kalau memang kamu ingin aku menjadi kekasihmu, aku siap. Aku siap menjalin apapun denganmu, Lukas. Aku juga sangat menyangi kamu. Aku... aku juga mencintai kamu, Lukas.." bisikku pelan.
Lukas tiba-tiba tengadah. Ia menatapku tajam.
"pak Bas serius?" tanyanya.
Aku hanya mengangguk ringan, sambil tersenyum.
Perlahan aku kecuk kening Lukas dengan lembut.
"aku sangat mencintai kamu, Lukas.." ucapku lagi.
Lukas semakin memelukku erat.
"aku juga sangat mencintai pak Bas..." ucapnya penuh perasaan.
****
Sejak malam itu, aku dan Lukas pun resmi menjalin hubungan asmara. Kami selalu bertemu secara diam-diam.
Cintaku kepada Lukas sangat besar. Aku tidak ingin melepaskannya.
Berbulan-bulan aku memendam perasaan cinta padanya. Dan saat ini dia sudah menjadi kekasihku.
Hubungan kami terjalin dengan indah. Lukas sangat penuh pengertian.
Dia tidak pernah menuntut apa pun padaku. Dia hanya ingin aku selalu ada untuknya, kapanpun dia membutuhkanku.
Agar pertemuan kami lebih leluasa, aku sengaja menyewakan sebuah apartemen untuk tempat Lukas tinggal, sekaligus untuk tempat kami memadu kasih.
Aku juga selalu berusaha membujuk Lukas, agar mau menjenguk ayahnya di penjara.
Namun Lukas masih bersikeras untuk tidak menjenguknya. Sepertinya Lukas masih membenci ayahnya.
"pak Bas adalah segalanya bagiku saat ini. Sebagai ayah, sahabat dan juga kekasih hatiku. Aku tidak butuh siapa-siapa lagi. Biarlah ayahku menanggung penderitaannya sendiri. Jika dia memang menyayangiku, dia pasti akan menemukanku nanti, jika dia masih punya kesempatan untuk keluar dari penjara." ucap Lukas, setiap kali aku berbicara tentang ayahnya.
"aku hanya berharap, pak Bas tidak akan pernah meninggalkanku, walau apapun yang akan terjadi.." ucap Lukas kemudian.
"aku tidak akan pernah meninggalkan kamu, Lukas. Aku sangat mencintai kamu. Tapi kamu sendiri juga tahu kalau status ku saat ini adalah seorang suami dan juga seorang ayah.." balasku pelan.
"aku tak peduli dengan status pak Bas. Selama pak Bas masih punya waktu untukku, aku sudah merasa bahagia.." ucap Lukas lagi.
Dan begitulah kisah cintaku bersama mahasiswaku yang tampan.
Semoga kisah sederhana ini, bisa memberi hiburan tersendiri bagi kalian semua.
Terima kasih..
****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar