Kenangan indah di pasar malam

Namaku Davin. Aku seorang pemuda kampung. Aku lahir, tumbuh dan besar di kampung.

Orangtua ku hanyalah seorang petani biasa, yang hanya punya penghasilan yang pas-pasan. Karena itu aku hanya bisa sekolah sampai lulus SMP.

Setelah lulus SMP, aku mulai bekerja serabutan di kampung. Mulai dari bekerja sebagai nelayan di sungai, menjadi kuli bangunan, dan juga bekerja sebagai tukang panen sawit di kebun-kebun sawit masyarakat yang membutuhkan tenaga ku.

Aku punya dua orang adik perempuan dan juga seorang kakak laki-laki.

Kehidupan keluarga ku secara ekonomi memang sangat kekurangan. Tapi itu merupakan hal biasa bagi kami yang tinggal di perkampungan.

Hidup susah, kerja kerasa merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan kami.

"kalau mau makan ya harus kerja keras.." begitu ungkapan salah seorang tetua kami di kampung.

Kalimat itu juga sering dilontarkan oleh kedua orangtua ku. Saat aku atau kakak ku terlihat malas-malasan bekerja.

Kalimat itu seperti cambuk tersendiri bagi kami untuk tetap semangat bekerja, meski pun hasil yang kami dapatkan kadang jauh dari kata cukup.

Tapi begitulah kehidupan kami di kampung pada umumnya. Kami sudah terbiasa dengan semua itu. Namun kami sangat menikmati hidup kami.

Sikap gotong royong, kerja sama dan nuansa kekeluargaan membuat kami bisa saling menguatkan.

Satu-satunya hal yang jarang kami nikmati ialah hiburan.

Yah, karena kampung kami yang sangat jauh dari kota, hiburan merupakan hal yang paling sulit kami temukan.

Sampai pada suatu saat, serembongan orang mendatangi kampung kami. Serombongan orang yang membawa berbagai macam permainan yang masih cukup aneh bagi kami.

Berbagai jenis permainan itu mereka buka di lapangan bola kaki kampung kami. Aku tidak tahu persis bagaimana proses semua itu terjadi. Yang pasti itu semua sudah melalui izin dari kepala desa.

Dan orang-orang menyebutnya pasar malam, karena memang hanya dibuka saat malam hari.

Kami yang memang haus akan hiburan, dan juga merasa sangat baru dengan yang namanya pasar malam, tentu saja merasa antusias menyambut hal tersebut.

Malam pertama pasar itu dibuka, hampir seluruh masyarakat berbondong untuk datang.

Pasar malam itu terlihat ramai, apa lagi warga dari desa tetangga juga banyak yang berdatangan.

Intinya kami akan disuguhkan sebuah hiburan yang menarik selama lebih kurang sepuluh hari, sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan untuk pelaksanaan pasar malam tersebut.

Ada banyak permainan di pasar malam tersebut, mulai dari lempar gelang, lembar bola, lembar kaleng dengan hadiah-hadiah yang menarik. Ada juga permainan anak-anak, seperti bianglala, kereta mini, odong-odong dan berbagai jenis permainan menarik lainnya.

Namun dari semua permainan itu, ada satu permainan yang sangat menarik perhatianku.

Yakni permainan roda maut atau ada juga yang menyebutnya tong setan.

Sebuah permainan uji nyali yang sangat menantang. Seorang pengendara motor mengendarai motornya di dalam sebuah tong besar dengan kecepatan tinggi. Dia memulainya dari bawah dan terus menanjak naik keatas. Terus berputar mengelilingi tong tersebut berulang-ulang yang membuat para penontonnya histeris.

Sebuah permainan yang berbahaya, meski pun pengendara tersebut memakai alat keamanan yang lengkap, seperti helm dan juga jaket tebal, tapi tetap saja permainan itu membuat kita yang menyaksikan akan merasa berdebar-debar.

Pokoknya seperti itulah salah satu keseruan yang bisa kami nikmati di pasar malam tersebut.

******

Pasar malam ditutup pada jam sebelas malam. Semua pengunjung sudah kembali ke rumah masing-masing. Tinggallah mereka para pekerja yang berkemas menyimpan perlengkapan mereka sekedarnya, karena malam besok akan di buka kembali.

Saat itu, aku masih berada di sana. Aku memang sengaja belum pulang.

Aku masih penasaran dengan orang yang mengendarai motor pada tong setan tadi. Aku belum melihat wajahnya dengan jelas karena dia memakai helm.

Aku beranikan diri memasuki tong yang besar itu, sekedar ingin melihat pengendara yang nekat itu.

Sesampai di dalam seorang pemuda sedang berbincang bersama seorang rekannya.

Aku akhirnya bisa melihat dengan jelas wajah laki-laki itu dengan sorotan lampu di dalam tong besar tersebut.

Tak lama kemudian, rekan lelaki itu pun keluar. Laki-laki itu melangkah mendekatiku.

"kamu cari siapa?" tanyanya dengan suara berat.

"aku hanya ingin tahu orang yang punya nyali nekat untuk melakukan atraksi tadi.." balasku dengan suara bergetar.

"saya orangnya, kenapa?" tanya laki-laki itu lagi, suaranya memang aslinya berat dan terdengar maskulin.

"mas hebat bisa melakukan hal itu. Saya kagum sama mas.." jawabku sangat jujur.

"kamu asli orang sini?" tanya laki-laki itu lagi, seakan mengabaikan pujianku barusan. Sepertinya dia sudah biasa di puji seperti itu.

"iya, mas." Jawabku akhirnya sambil mengangguk.

"kalau begitu kamu pasti tahu kan dimana tempat jual oli motor disini?" laki-laki itu bertanya lagi.

"iya, tahu, mas. Tapi biasanya jam segini udah tutup.." balasku ringan.

"ya udah, kalau begitu besok siang aja..." ucap laki-laki itu lagi, sambil mulai melangkah menjauh.

"tunggu dulu, mas.." cegahku nekat.

"ada apa lagi?" tanya laki-laki itu, sambil memutar tubuhnya kembali menatapku.

"saya boleh tahu nama mas siapa?" tanyaku nekat lagi.

Entah mengapa aku jadi begitu penasaran dengan pria itu. Melihat ia melakukan atraksi berbahaya tadi, aku merasa ingin tahu tentang dirinya.

"panggil saya mas Danu.." tegas laki-laki gagah itu menjawab.

Mas Danu memang memiliki postur tubuh yang gagah dan kekar. Perawakannya tinggi sekitar 180 cm. Wajahnya sedikit gelap, namun terlihat manis. Hidungnya mencuat mancung, dengan dagunya yang lancip. Rahangnya kokoh.

"saya Davin, mas.." ucapku, meski mas Danu tidak bertanya sama sekali.

"kita bisa ngobrol-ngobrol, mas?" tanyaku ragu.

"saya capek. Saya mau istirahat. Jadi kalau mau ngobrol besok aja.." balas mas Danu. Lalu kemudian dia pun melangkah meninggalkanku.

****

Malam itu, mataku enggan terpejam.

Bayangan wajah mas Danu terus melintas di pikiranku.

Hatiku merasa berdebar-debar bila mengingatnya.

Akh, apa yang aku sebenarnya?

Belum pernah aku merasakan perasaan ini sebelumnya, apa lagi dengan seorang laki-laki.

Mungkinkah aku telah jatuh cinta?

Tapi bukankah mas Danu berjenis kelamin sama denganku? Masa iya aku bisa tertarik pada seorang laki-laki? Bathinku merintih.

Aku memang sudah berusia delapan belas tahun saat ini. Namun selama ini aku belum pernah pacaran.

Aku pernah dekat dengan beberapa orang perempuan teman sekampungku. Tapi aku tidak pernah merasakan getar-getar indah saat bersama mereka. Perasaan ku biasa saja, karena itu aku tidak pernah berpacaran sama sekali.

Tapi saat pertama kali aku melihat mas Danu tadi, tubuhku bergetar. Hatiku merasa berbunga. Indah sekali rasanya.

Aku semakin ingin mengenal mas Danu lebih dekat. Aku ingin bersamanya...

*****

Sore itu, aku coba mendatangi tempat pasar malam itu. Aku ingin bertemu mas Danu.

"kamu datang juga akhirnya.." ucap mas Danu menyambut kedatanganku.

"saya menunggu kamu sejak tadi..." lanjutnya.

"ada apa?" tanyaku setengah melayang.

Setengah hatiku berharap, mas Danu menungguku karena dia juga merasakan hal yang sama denganku. Setengah hatiku lagi pasrah.

"bukankah tadi malam kamu berjanji akan menemaniku ke tempat penjualan oli?" jelas mas Danu, yang membuatku sedikit menghempaskan napas.

Harapan hatiku yang setengah tadi hilang.

Tapi setidaknya, jika aku menemani mas Danu untuk membeli oli, aku punya banyak kesempatan untuk bisa dekat dengannya.

"apakah jauh?" tanya mas Danu mengagetkan ku.

"apanya?" tanyaku terlihat bodoh.

"ya, tempat jual oli itu, Davin..." jawab mas Danu, yang membuat jantungku berdetak hebat.

Tak kusangka mas Danu bisa mengingat namaku dengan baik.

Mendengar namaku disebut mas Danu, aku benar-benar menjadi salah tingkah.

Ah, mengapa cinta membuat orang menjadi sangat bodoh?

"ya.. lumayan jauh mas, kalau jalan kaki." jawabku setelah merasa sedikit tenang.

"kamu gak punya motor?" tanya mas Danu.

"gak punya, mas." jawabku jujur, "tapi aku coba pinjam motor temanku ya mas. Mas Danu tunggu disini sebentar.." lanjutku cepat, sambil memutar tubuh dan berlari meninggalkan mas Danu.

Aku tidak ingin kehilangan kesempatan untuk bisa dekat-dekat dengan mas Danu. Aku pun mendatangi salah seorang temanku dan meminjam motornya.

Beberapa saat kemudian, aku pun kembali menemui mas Danu dengan membawa sebuah motor.

Kami pun segera menuju tempat jual oli, yang aku tahu berada di ujung kampung.

Tubuhku bergetar, dadaku berdebar hebat, keringatku bercucuran.

Bagaimana tidak, aku sangat dekat dengan mas Danu. Dia tepat berada di depanku. Tak berjarak.

Aku memang meminta mas Danu yang menyetir, dan aku menjadi pemandu jalannya di belakang.

Aroma khas tubuh seorang laki-laki menyeruak ke dalam hidungku. Aroma itu benar-benar jantan. Aku melayang. Indah.

"mas Danu sudah menikah?" tanyaku cukup berani, sekedar memecah keheningan. Sekedar membuang rasa grogiku. Sekedar ingin tahu status mas Danu saat ini. Eh.. tidak. Aku benar-benar ingin tahu.

"aku sudah menikah satu kali, dan sudah punya dua anak.." jawab mas Danu dengan suara khasnya yang berat.

"emangnya mas Danu mau menikah berapa kali?" tanyaku lagi menanggapi ucapannya.

"berapa kali pun saya siap, asal ada yang mau sih.." jawab mas Danu sedikit berkelakar.

"ya gak boleh gitu lah mas Danu. Nikah itu sebaiknya satu kali aja seumur hidup.." ucapku sok bijak.

"nikahnya sih satu kali, tapi kawinnya berkali-kali boleh dong?" ucap mas Danu masih dengan nada berkelakarnya.

"maksudnya?" tanyaku pura-pura tidak paham.

"ah sudahlah. Kamu gak bakal ngerti, Davin. Usia kamu berapa sih?" balas mas Danu sedikit mendengus.

"18 tahun mas. Mas Danu sendiri?" balasku sambil bertanya.

"saya sudah 33 tahun. Sudah tua kan?" balas mas Danu.

"gak kelihatan tua kok, mas. Masih terlihat muda dan gagah. Lagi pula usia segitu kan belum bisa dikatakan kategori tua, mas.." ucapku jujur.

Mas Danu tidak berucap lagi. Karena kami sudah sampai ditujuan.

Mas Danu segera membeli keperluannya.

*****

Malam itu, aku menjadi penonton setia mas Danu, karena aku dapat tiket gratis dari mas Danu. Katanya sebagai ucapan terima kasih, karena telah menemaninya sore tadi.

Aku merasa beruntung. Aku merasa bangga dan aku merasa bahagia.

Seumur-umur, baru kali ini aku merasakan perasaan yang begitu indah.

Aku selalu memperhatikan mas Danu tanpa henti. Saat dia beraksi, saat dia beristirahat. Semuanya terasa indah bagiku.

"terima kasih ya mas Danu. Sudah memberikan saya kesempatan untuk menyaksikan pertunjukkan mas Danu dari awal sampai akhir secara gratis.." ucapku, saat pertunjukkan itu akhirnya berakhir.

"saya yang terima kasih sama kamu, Davin. Kamu udah temani saya dari tadi.." balas mas Danu.

Kami ngobrol di dalam tong besar itu.

Mas Danu memang punya ruangan sendiri disitu. Ruangan itu ia jadikan tempat untuk ia beristirahat dan tidur.

Malam itu, kami hanya ngobrol berdua. Sementara para pekerja lain nya sudah kembali ke stan mereka masing-masing.

"enak ya jadi mas Danu. Punya banyak penggemar.." ucapku akhirnya, setelah kami terdiam beberapa saat.

"yah, yang namanya hidup, memang selalu ada enak dan tidak enaknya Davin. Dan tidak enaknya pekerjaan saya adalah harus terpisah dengan keluarga..." ucap mas Danu, untuk pertama kalinya dia terdengar sangat serius.

"saya sering merasa kangen dengan anak-anak saya. Tapi mau gimana lagi, ini pekerjaan saya.." lanjutnya terdengar pilu.

"berarti mas Danu sering merasa kesepian dong, karena bermalam-malam tidak tidur bareng istri.." ucapku datar.

"yah... mau gimana lagi. Saya harus bisa memendam semua kesepian itu.. " suara mas Danu lirih.

"mas Danu gak pengen menghilangkan kesepiannya dengan saya?" tanyaku nekat.

"emangnya kamu bisa menghilangkan kesepian saya?" tanya mas Danu balik.

"ya.. bisa aja. Kalau mas Danu mau sih..." balasku sedikit manja.

"emangnya kamu mau?" tanya mas Danu lagi.

"ya pasti mau lah mas Danu. Mas Danu kan tampan, gagah, kekar. Dan pasti sangat perkasa.." ucapku semakin berani.

Aku memang tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Mas Danu hanya tinggal beberapa malam lagi disini. Aku harus bisa memanfaatkan setiap kesempatan yang ada.

Aku yakin mas Danu tidak akan menolak. Karena dia pasti merasa kesepian.

"kamu juga cukup menarik, Davin. Tapi kamu tahu kan, kita tidak bisa terikat. Jika kita melakukan hal itu, kita harus melakukannya hanya atas dasar suka sama suka. Tidak ada ikatan apa pun diantara kita.." ucap mas Danu akhirnya.

"mas Danu tenang aja. Saya gak bakal nuntut apa pun dari mas Danu. Yang penting selama mas Danu disini, kita bisa bersama-sama. Menikmati indahnya malam berdua.." balasku lugas.

Dan untuk pertama kalinya malam itu, aku pun merasakan sesuatu yang belum pernah aku rasakan seumur hidupku.

Aku merasa bahagia. Sangat bahagia.

Semuanya terasa indah bagiku. Mas Danu benar-benar membuatku terlena.

Mas Danu adalah cinta pertamaku, dan orang pertama yang memberikan aku sesuatu yang indah.

Dan aku sangat terkesan. Sungguh sebuah pengalaman yang indah.

Sebuah pengalaman pertama bagiku. Aku tidak akan pernah melupakan kejadian malam itu seumur hidupku.

****

Malam-malam selanjutnya, aku dan mas Danu masih terus melakukan hal tersebut.

Aku benar-benar terlena oleh mas Danu. Mas Danu yang tampan dan gagah.

Aku bak seorang musafir yang menemukan setetes air di tengah gurun gersang.

Segala dahaga ku terlepas sudah bersama mas Danu.

Setiap malam kami selalu bersama. Menikmati indahnya malam.Menikmati setiap detik kebersamaan kami.

Aku ingin memanfaatkan setiap kesempatan yang ada. Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu.

Malam-malam ku jadi terasa sangat indah. Dan aku semakin mencintai mas Danu.

"terima kasih, Davin. Kamu benar-benar mampu menghilangkan segala kesepianku.." bisik mas Danu, pada malam terakhir dia berada di desaku.

"aku yang harus nya berterima kasih kepada mas Danu. Mas Danu mampu menghilangkang segala dahaga ku selama ini. Mas Danu mampu memberikan kesan yang indah untukku. Berat rasanya harus berpisah dengan mas Danu.." balasku pilu.

"aku juga merasa berat harus berpisah dengan, Davin. Kesna yang kamu berikan juga sangat indah. Tapi aku tidak mungkin terus berada disini. Aku harus melanjutkan perjalanan hidupku. Dan aku harap kamu juga bisa terus berjalan ke depan. Biarlah semua yang terjadi diantara kita selama beberapa malam ini, akan menjadi kenangan tersendiri bagi kita berdua.." balas mas Danu dengan nada lirih.

Aku tidak berkata apa-apa lagi. Aku tidak ingin berkata apa-apa lagi. Aku memang harus menerima kenyataan. Kenyataan bahwa hubunganku dengan mas Danu hanya untuk sesaat.

Hubunganku dengan mas Danu hanya terjadi selama pasar malam. Namun hal itu mampu memberikan kenangan terindah bagiku.

Sebuah kenangan yang akan ku simpan di relung hatiku yang terdalam.

Dan begitulah kisah singkatku bersama mas Danu. Sebuah kisah yang memberi kesan yang sangat dalam bagiku.

Terima kasih sudah menyimak kisah ini sampai selesai.

*****

Sekian...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Layanan

Translate