Nama ku Joshua. Biasa orang-orang memanggilku Josh. Saat ini aku sedang kuliah semester enam.
Aku seorang laki-laki hetero. Aku punya pacar seorang perempuan bernama Tyas. Kami pacaran sudah bertahun-tahun.
Namun karena suatu kejadian, tiba-tiba saja aku menjadi seseorang yang berbeda.
Seseorang yang aku sendiri bahkan tidak kenal. Tapi, mungkin itulah jati diri ku yang sebenarnya.
Bagaimanakah kisah ku ini terjadi?
Dan siapa kah aku sebenarnya?
Simak kisah ini dari awal sampai selesai ya...
Namun sebelumnya.. bla..bla..
****
Aku duduk sendiri di sebuah bangku taman, sambil menatapi kendaraan yang ramai berlalu lalang di jalan raya. Taman itu memang berada di pinggiran sebuah jalan raya di tengah-tengah kota.
Pikiran ku menerawang, mengingat kembali kisah cinta ku yang harus kandas. Kisah cinta ku yang harus berakhir dengan cukup menyakitkan bagiku.
Bagaimana tidak, aku dan pacarku, Tyas, sudah menjalin hubungan lebih dari tiga tahun. Hubungan kami sangat serius, terutama bagiku.
Bahkan hubungan kami juga sudah diketahui oleh kedua keluarga besar kami. Semua keluarga sangat mendukung hubungan kami.
Aku juga sangat merasa bahagia, menjalin hubungan bersama Tyas. Aku bangga memilikinya. Aku sangat mencintai Tyas.
Tapi ternyata hubungan indah itu harus berakhir. Bukan karena aku tidak lagi mencintainya. Tapi sebaliknya, ternyata perasaan Tyas padaku telah berubah.
Tyas berubah semenjak ia mengenal salah seorang sahabatku, Dony.
Dony adalah sahabat kecil ku dulu. Dari SD hingga SMP, aku dan Dony memang sangat dekat.
Namun saat SMA, Dony terpaksa pindah untuk ikut bersama keluarganya ke kota lain. Sejak saat itu, aku tidak pernah bertemu Dony lagi.
Namun beberapa tahun kemudian, kami bertemu kembali. Kebetulan kami kuliah di kampus yang sama.
Aku pacaran dengan Tyas, sejak kami sama-sama di kelas 3 SMA, hingga kami juga sama-sama kuliah di kampus yang sama. Hanya saja jurusan kami berbeda. Tyas di informatika sedangkan aku mengambil jurusan teknik.
Dan ternyata Dony juga kuliah di kampus yang sama dengan kami, dan kebetulan juga ia satu jurusan dengan Tyas.
Pertemuanku kembali bersama Dony, membuat kami kembali menjadi dekat dan akrab. Dony juga tahu, kalau Tyas adalah pacarku.
Namun entah bagaimana caranya, aku akhirnya mengetahui kalau Dony dan Tyas menjalin hubungan secara diam-diam di belakang ku.
Aku sakit mengetahui itu semua. Aku kecewa. Patah.
Meski pun Tyas bukan cinta pertama ku, namun dia adalah pacar pertama ku yang aku benar-benar serius dengannya.
Sebelumnya aku memang pernah pacaran, namun hanya sekedar cinta monyet. Tapi dengan Tyas,aku benar-benar merasakan telah jatuh cinta.
Namun apa yang bisa aku lakukan, jika Tyas sendiri tidak bisa merasakan hal tersebut. Dia lebih memilih untuk mengkhianatiku. Dan yang paling menyakitkan dari itu semua, dia selingkuh dengan sahabatku sendiri.
Aku sudah memutuskan hubungan ku dengan Tyas dan juga sudah memutuskan persahabatan ku dengan Dony. Aku benci mereka berdua saat ini.
Aku sakit. Marah. Kecewa. Dan hampir putus asa.
"ngelamun aja dari tadi, mas?!" sebuah suara mengagetkan ku. Suara laki-laki. Parau.
Aku menoleh ke arah samping kiri ku. Seorang laki-laki sudah duduk di sampingku. Laki-laki itu berwajah putih dan mulus. Bersih.
"kamu siapa?" tanyaku spontan. Aku memang belum pernah melihat laki-laki tersebut.
"apa itu penting?" suara parau itu berucap lagi.
"penting. Karena kamu sudah mengajak aku ngobrol dari awal." timpal ku.
"saya hanya tidak suka melihat orang yang buang-buang waktu hanya untuk melamun.." pungkas laki-laki yang ku perkirakan sudah berusia sekitar 30 tahun itu.
"lalu kamu sendiri apa yang kamu lakukan disini?" tanya ku.
"menikmati hidup.." balas laki-laki itu terlihat santai.
"saya juga sedang menikmati hidup dengan cara saya, dan tiba-tiba saja kamu mengusik semua itu." ujar ku sedikit protes.
"kamu tidak sedang menikmati hidup, kamu sedang menikmati luka mu.." balasnya.
"kenapa kamu menyimpulkan seperti itu?" tanyaku.
"sangat kelihatan sekali, kalau kamu sedang marah, kecewa dan dari tadi juga kamu mengumpat gak jelas sendirian. Saya tebak, kamu pasti baru saja putus cinta.." ucap pemuda itu.
"itu bukan urusan mu!" suara ku sedikit meninggi.
"itu berarti tebakan ku benar, dong.." balas laki-laki itu, sambil tersenyum menang.
"oke, kamu benar. Lalu apa urusan mu?" ucapku sengit.
"saya hanya mencoba untuk menghibur." timpal laki-laki itu, masih terdengar sangat santai.
"kita tak saling kenal. Untuk apa kamu menghibur ku?" tanyaku lagi.
"karena aku tahu persis, bagaimana rasa sakitnya putus cinta. Dan aku juga tahu, bagaimana caranya agar rasa sakit itu bisa sembuh dengan cepat.." jawab laki-laki itu lagi.
Kami terdiam beberapa saat, sepertinya aku kehabisan kata-kata untuk membalas ucapan laki-laki tersebut.
"kamu siapa sih sebenarnya?" tanya ku akhirnya,
"nama ku Rudy. Panggil aja mas Rudy, karena saat ini aku sudah berusia hampir kepala tiga." jawab laki-laki itu, sambil mengulurkan tangan.
Aku dengan sedikit ragu, pun menjabat tangan laki-laki yang mengaku bernama mas Rudy itu.
"Joshua, panggil aja Josh." ucapku menyebutkan nama ku.
Mas Rudy menjabat tangan ku lama, saat aku hendak melepaskan tangan ku dia masih menahannya, sambil ia menatap ku dengan senyum yang sedikit aneh.
"maaf.." ucapnya, setelah akhirnya ia melepaskan tangan ku.
Entah mengapa tiba-tiba saja perasaan ku menjadi tak karuan. Aku gelisah.
"kalau boleh saya tahu, apa yang membuat wajah tampan mu itu menjadi begitu murung?" ucap mas Rudy tiba-tiba.
Aku semakin merasa tak karuan, untuk pertama kalinya dalam hidupku, seorang laki-laki yang baru aku kenal memuji ku.
"kita baru saja saling kenal, tak etis rasanya kalau aku bercerita tentang sesuatu yang sedikit pribadi.. " balas ku berusaha bersikap tenang.
"kata orang, salah satu cara untuk mengurangi beban di hati adalah dengan bercerita." ucap mas Rudy lagi.
Aku menarik napas dalam, luka itu masih terasa sangat sakit di hatiku. Aku memang butuh tempat untuk bercerita.
Selain Dony, aku tidak punya teman dekat lagi. Biasanya kalau aku lagi ada masalah, pasti Tyas atau Dony lah tempat aku bercerita.
Tapi sekarang mereka berdua telah mengkhianatiku. Aku jadi kehilangan segalanya. Bukan saja cinta, tapi juga sahabat.
Setelah mempertimbangkan beberapa hal, aku pun memutuskan untuk bercerita kepada mas Rudy. Selain karena aku memang butuh tempat untuk mencurahkan segala rasa sakit ku, aku juga berpikir, tak ada salahnya menceritakan hal tersebut kepada mas Rudy.
Meski pun kami baru saja saling kenal, tapi mas Rudy kelihatannya adalah orang baik, dan juga sudah sangat dewasa.
Dan aku pun menceritakan semua kisah ku bersama Tyas dan Dony, kepada mas Rudy, orang yang baru saja kenal beberapa jam yang lalu.
Dan aku merasa ada sedikit kelegaan setelah menceritakan itu semua.
*****
"perempuan memang begitu.." ucap mas Rudy, saat aku selesai menceritakan kisah ku padanya.
"maksud mas Rudy?" tanyaku mulai terasa akrab.
"iya. Perempuan itu egois, mereka tak pernah benar-benar memikirkan perasaan laki-laki yang mencintainya." jawab mas Rudy menjelaskan.
"apa mas Rudy pernah juga disakiti oleh perempuan?" tanya ku lagi, sekedar ingin tahu.
"sering.." balas mas Rudy. "tapi itu dulu, sebelum akhirnya aku memutuskan untuk tidak pernah pacaran dengan perempuan lagi." lanjutnya.
"maksudnya, mas?" tanyaku penasaran.
"aku sudah terlalu teramat sering dikhianati perempuan. Aku jera. Aku menutup hati ku untuk kehadiran seorang perempuan pun dalam hidupku. Aku tidak ingin dikhianati lagi. Karena itu aku akhirnya memutuskan untuk berpacaran dengan sesama laki-laki.." cerita mas Rudy menjawab pertanyaan ku barusan.
"jadi mas Rudy ini seorang homo?" tanyaku meyakinkan.
"boleh di bilang begitu. Tapi itu terjadi, karena aku sudah jera menjalin hubungan dengan perempuan." jawab mas Rudy lugas.
Pantas! Pikirku. Dia dengan begitu berani mendekati ku.
"biasanya kalau kita sudah di khianati oleh perempuan satu kali, maka untuk selanjutnya kita akan selalu di khianati.." ucap mas Rudy tiba-tiba, melihat keterdiamanku.
"mas jangan menakut-nakuti ku..." balas ku spontan.
"saya tidak menakut-nakuti kamu. Saya hanya berbicara realita. Seperti yang pernah saya alami." timpal mas Rudy cepat.
Aku terdiam kembali. Tidak tahu harus berbicara apa lagi. Saat ini pikiranku memang sedang kacau. Dan pernyataan mas Rudy barusan cukup membuatku semakin kacau.
"kamu gak usah khawatir. Kalau kamu butuh teman untuk bercerita, saya siap kok mendengarkan semua cerita kamu. Dan saya juga siap menemani kamu, dalam masa penyembuhan luka mu itu." ucap mas Rudy lagi.
"tapi aku masih normal, mas." ucapku tegas.
"kamu tenang aja. aku gak bakal ngapain-ngapain kamu, kok. Aku hanya ingin menghibur kamu. Kita bisa jadi teman kan?" balas mas Rudy ringan.
Dan begitulah awal pertemuan ku dengan mas Rudy, laki-laki homo yang datang pada saat yang tepat.
Dia datang pada saat aku sedang patah hati. Dia datang pada saat kepercayaan ku pada perempuan memudar.
Lalu bagaimana kah hubungan ku dengan mas Rudy selanjutnya?
Apakah mas Rudy mampu mengobati luka di hatiku?
Mungkinkah ia mampu mengubah sesuatu dalam diriku?
Sesuatu yang sebenarnya sudah ada sejak lama di dalam diriku.
Simak kisah selanjutnya di channel ini ya, atau bisa langsung klik link nya di deskripsi video ini.
Terima kasih sudah menonton video ini sampai selesai, semoga terhibur.
Sampai jumpa lagi pada video-video berikutnya, salam sayang untuk kalian semua.. Muach..
****
Part 2
Mas Rudy semakin rajin menghubungi ku. Aku memang sengaja memberikan nomor handphone ku padanya. Entah mengapa, aku jadi sedikit tertarik untuk mengenal mas Rudy.
Mungkin karena mas Rudy juga sangat baik padaku. Ia juga mampu sedikit menghiburku.
Seperti yang aku katakan ia datang di saat yang tepat.
Ia datang di saat hatiku benar-benar rapuh. Dan mas Rudy juga terlihat sangat berpengalaman dalam mendekati seorang laki-laki seperti ku.
Bagaimanakah kisah ku bersama mas Rudy selanjutnya?
Mungkinkah ia berhasil menarik perhatianku?
Mungkinkah akan terjadi sesuatu di antara kami berdua?
Dan bagaimana pula kisah mas Rudy di masa lalunya?
Simak kisah ini sampai selesai ya..
Namun sebelumnya bla..bla..
*****
"masih galau?" tanya mas Rudy suatu hari padaku.
Saat itu kami bertemu kembali di taman tempat pertama kali kami bertemu.
"gak juga sih, mas. Saya sedang berusaha untuk melupakan masa lalu.." jawab ku pilu.
"gitu dong. Move on.." balas mas Rudy dengan gaya enerjik nya.
"itu kan berkat mas Rudy juga..." balasku datar.
"kamu gak nyesal kan mengenal aku?" ucap mas Rudy.
"ya, gak lah, mas. Mas Rudy orangnya baik dan cukup menghibur." balasku jujur.
Untuk kesekian kalinya mas Rudy menatapku dengan tatapan anehnya. Aku mengerti maksud tatapan itu. Aku merasa sedikit geli sebenarnya, tapi entah mengapa aku justru menyukainya.
"mas Rudy cerita dong, tentang masa lalunya.." ucapku memecah keheningan.
"tak ada yang menarik tentang kisahku, Josh. Kisah hidupku terlalu biasa. Aku lahir dan tumbuh sebagai laki-laki biasa." ucap mas Rudy.
"aku anak kedua dari empat bersaudara. Kecuali adik bungsu ku yang perempuan, kami bertiga semuanya laki-laki. Ayahku seorang karyawan swasta dan ibu ku hanya ibu rumah tangga biasa. Kehidupan kami secara ekonomi boleh di bilang cukup baik."
"saat ini, aku satu-satunya yang belum menikah dari kami empat bersaudara. Jadi aku masih tinggal bersama kedua orangtua ku. Aku bekerja di sebuah bank swasta, sudah bertahun-tahun. Setidaknya sejak aku lulus kuliah."
"saat SMA, aku pernah pacaran dengan adik kelasku, namanya Neni. Dia gadis yang cantik. Namun hubungan kami hanya bertahan dalam hitungan bulan, karena ternyata Neni sudah mengkhianatiku."
"ketika kuliah aku juga pernah pacaran dengan seorang gadis manis teman kampus ku, namanya Julia. Kami pacaran hingga dua tahun. Namun kemudian aku mengetahui kalau Julia sedang selingkuh dengan seorang teman dekat ku."
"aku kecewa dan merasa sakit hati. Tapi aku segera melupakan semuanya dan lebih berfokus pada kuliahku. Aku tidak ingin memikirkan perempua lagi saat itu."
"sampai akhirnya aku lulus kuliah, dan bekerja di bank. Aku kemudian bertemu Tina. Seorang gadis cantik, yang saat itu masih kuliah. Kami dekat dan akhirnya pacaran. Kami pacaran hanya selama setahun, karena akhirya untuk kesekian kalinya aku dikhianati oleh seorang perempuan."
"aku terluka. Marah. Kecewa dan putus asa. Aku tidak percaya lagi pada yang namanya perempuan. Mereka semuanya egois. Padahal aku selalu berusaha untuk setia kepada mereka. Tapi mengapa aku selalu di khianati?"
"sejak saat itulah aku memutuskan untuk tidak lagi pacaran dengan perempuan. Aku mulai mengenal dunia gay, awalnya aku hanya ingin coba-coba. Tapi ternyata lama kelamaan aku justru merasa nyaman."
"aku memang tidak pernah pacaran serius dengan laki-laki. Aku hanya berhubungan atas dasar suka sama suka, dan hanya sekedar cinta satu malam. Tapi aku sangat menikmati semua itu. Aku tak lagi merasakan sakit. Aku tak pernah dikhianati. Semua berjalan dengan indah. Tidak ada lagi kekecewaan dan tidak lagi keterikatan. Aku menikmati hidupku saat ini." cerita mas Rudy panjang lebar padaku.
"lalu apa mas Rudy gak kepikiran untuk menikah?" tanyaku akhirnya, setelah kami terdiam beberapa saat.
"untuk saat ini belum, Josh. Aku masih sangat menikmati kebebasan ku." jawab mas Rudy mantap.
*****
Aku dan mas Rudy semakin dekat dan akrab. Perlahan aku pun semakin bisa melupakan tentang Tyas, mantan pacarku yang telah mengkhianati ku itu.
Entah mengapa, tiba-tiba saja aku merasa nyaman saat bersama mas Rudy. Aku jadi sering memikirkannya sekarang, setidaknya sebagai pengalihan atas ingatan ku akan pengkhianatan Tyas dan Dony.
Karena semakin sering memikirkannya, aku juga jadi sering rindu padanya. Kami pun jadi semakin sering bertemu.
"berbulan-bulan kita saling kenal dan dekat, tapi aku belum pernah mendengar cerita kehidupan kamu, Josh. Kecuali cerita cinta kamu yang gak penting itu." ucap mas Rudy, saat untuk kesekian kalinya kamu bertemu. Kali ini kami bertemu di sebuah kafe.
"apa lagi yang aku ceritakan, mas?" tanya ku datar.
"apa saja, terutama tentang keluarga kamu misalnya.." balas mas Rudy.
Aku pun kemudian menceritakan cerita ini.
Namaku Joshua, biasa di panggil Josh. Aku kuliah. Aku anak ketiga dari tiga bersaudara. Kakak pertama ku perempuan, sudah menikah dan sudah punya dua orang anak. Kakak kedua ku laki-laki, sudah bekerja dan baru setahun menikah.
Papa ku seorang pengusaha yang sukses, sedangkan ibu ku hanya seorang ibu rumah tangga biasa. Secara ekonomi kehidupan kami cukup mapan. Apa lagi saat ini, hanya aku satu-satunya yang belum bekerja.
Sebenarnya kehidupan ku berjalan dengan normal, sama seperti kebanyakan manusia lainnya. Aku jatuh cinta, aku juga pacaran dengan perempuan. Sampai pengkhianatan itu terjadi, yang membuat aku jadi patah semangat.
"lalu kemudian aku bertemu mas Rudy, orang yang telah mampu menghiburku saat ini.." ucapku mengakhiri cerita ku.
"jadi aku hanya penghibur nih?" ucap mas Rudy dengan nada bercanda nya.
"kalau bukan penghibur, lalu apa lagi, mas?" tanya ku.
"jadi pacar, kek.." balas mas Rudy masih terdengar bercanda.
"ya gak mungkin lah, mas. Aku kan masih normal." timpalku cepat.
"kan gak ada salahnya di coba, Josh. Siapa tahu kamu nyaman." balas mas Rudy, mulai terdengar serius.
Aku menarik napas sejenak. Sekedar menenangkan hatiku yang tiba-tiba saja berdebar hebat.
"aku gak tahu ya, mas ke depannya seperti apa. Tapi jujur saja, aku memang mulai merasa nyaman saat bersama mas Rudy." ucapku mencoba untuk jujur dengan apa yang aku rasakan saat ini.
"itu baru jadi teman loh, Josh. Kamu udah nyaman. Apa lagi kalau sampai kamu merasakan sesuatu yang belum pernah kamu rasakan sebelumnya..." ujar mas Rudy terdengar sangat serius.
"maksudnya, mas?" tanyaku penasaran.
"susah untuk dijelaskan, Josh. Akan lebih baik kalau kita mencobanya langsung." jawab mas Rudy.
"aku takut, mas." ucapku kemudian.
"apa yang kamu takutkan?" tanya mas Rudy.
"aku takut, mas Rudy sama aja seperti Tyas atau perempuan lain yang hanya memanfaatkanku. Aku takut, mas Rudy malah pergi, saat aku sudah terlanjur sayang.." ucapku lemah.
"kamu tak perlu takut akan hal itu, Josh. Aku jamin, aku akan selalu setia untukmu." balas mas Rudy terdengar sangat yakin.
****
"aku takut, mas." ucapku pelan.
Saat itu kami berada di sebuah kamar hotel. Aku memang sengaja menyetujui ajakak mas Rudy untuk bertemu kali ini di hotel.
"udah, kamu gak usah takut. Kamu ikuti saja semua naluri yang kamu rasakan saat ini." balas mas Rudy lembut.
"tapi aku belum pernah seperti ini sebelumnya loh, mas." suara ku masih pelan.
"iya, aku tahu. Makanya kamu harus mencobanya. Nanti kalau kamu memang gak suka, kamu bisa bilang, kok. Dan kita tidak perlu melanjutkannya lagi." ucap mas Rudy, sambil mulai mendekati ku.
"mas Rudy pasti sudah sering ya melakukan hal ini?" tanyaku sekedar menghilangkan debaran di dadaku, yang tiba-tiba saja bergetar hebat.
"sering sih gak. Tapi pernah sih beberapa kali.." jawab mas Rudy terdengar jujur.
"berarti mas Rudy sudah berpengalaman?" tanya ku lagi, melihat mas Rudy semakin mendekat.
"gak juga. Lagi pula bukankah hal itu tidak perlu pengalaman apa pun, untuk melakukannya. Kita ikuti saja naluri yang ada." balas mas Rudy, kian mendekat.
Kamar hotel itu tidak terlalu luas. Di dalamnya hanya ada satu tempat tidur untuk dua orang, sebuah meja kecil, kamar mandi, dan sebuah televisi di bagian atas meja.
Aku belum pernah masuk hotel, apa lagi sampai menginap di dalamnya. Dan hal itu cukup membuatku sedikit tidak nyaman. Apa lagi saat ini, aku berada di dalam kamar hotel, bersama seorang laki-laki.
Aku masih merasa cukup aneh dengan semua itu. Namun kalimat demi kalimat yang di lontarkan mas Rudy, seakan mampu membiusku untuk mengikuti semua keinginannya.
Selain karena aku saat ini memang sedang rapuh, karena baru saja di khianati oleh orang yang aku cintai, aku juga merasa nyaman saat bersama mas Rudy.
Dan sebenarnya aku juga penasaran dengan hal tersebut.
Karena itu lah aku akhirnya menerima tawaran mas Rudy tadi di handphone, untuk mengajak ku menginap di hotel.
Dan di sini lah kami sekarang. Di dalam sebuah kamar hotel. Hanya kami berdua. Aku dan mas Rudy.
Mas Rudy masih terus berusaha mendekati dan membujukku. Sementara hatiku sendiri masih ragu.
Berbagai perasaan terus berperang di benakku. Takut. Malu. Penasaran dan seakan menginginkannya.
Lalu apakah yang terjadi malam itu, antara aku dan mas Rudy?
Mampukah aku menolak rayuan dan bujukan dari mas Rudy?
Atau justru aku semakin terlarut di dalamnya, dan membiarkan diriku terjebak dalam dunia yang masih asing bagiku?
Simak kisah selanjutnya di channel ini ya, atau bisa langsung di deskripsi video ini.
Terima kasih sudah menonton video ini sampai selesai. semoag terhibur.
Sampai jumpa lagi pada video-video berikutnya, salam sayang untuk kalian semua.. muaaach..
*****
Part 3
Aku memejamkan mata, menarik napas beberapa kali. Berusaha menenangkan pikiranku.
Jantungku berdebar hebat. Tubuhku bergetar. Aku merasa linglung.
Sementara mas Rudy terus berusaha mendekati ku.
"ayolah, Josh. Kita coba.." suara mas Rudy berat, "kamu pasti gak nyesal, kok." lanjutnya sedikit mendesah.
"aku... aku... masih takut, mas. Aku gak nyaman.. " ucapku akhirnya.
Mas Rudy tiba-tiba saja menyentuh pundak ku dengan kedua tangannya. Ia berdiri di hadapan ku. Mata kami saling tatap. Kami hanya berjarak, beberapa jengkal lagi.
Aku semakin merasa tak karuan. Berbagai perasaan menghantui pikiranku.
Takut. Malu. Penasaran dan seakan menginginkannya.
Lalu apakah yang terjadi malam itu, antara aku dan mas Rudy?
Mampukah mas Rudy membujukku untuk mengikuti keinginannya malam itu?
Simak kisah lanjutan ini sampai selesai ya.
Namun sebelumnya .. bla... bla...
*****
"maaf, mas Rudy. Aku gak bisa.." pungkas ku sedikit kasar, sambil mendorong tubuh mas Rudy dengan repleks.
Mas Rudy sedikit terhuyung ke belakang. Dia tampak terkejut.
"maaf, mas. Tapi aku harus pergi. Aku gak bisa terus disini." ucapku lagi, tanpa pedulikan reaksi keterkejutan mas Rudy.
"kamu mau kemana, Josh." sergah mas Rudy.
"aku mau pulang, mas.." jawabku cepat.
"tapi ini sudah jam sebelas malam, Josh.." ucap mas Rudy lagi.
Aku tak mempedulikannya lagi.
Aku segera melangkah menuju pintu. Membukanya kemudian berjalan dengan cepat keluar.
Pikiran ku benar-benar kacau.
Apa yang telah aku lakukan? Bathin ku.
Dengan sedikit terburu, aku menuju keluar hotel, memesan taksi dan berniat untuk pulang.
Tapi aku justru meminta taksi itu untuk berhenti di depan sebuah bar. Pikiran ku kacau. Aku tak ingin pulang, tapi aku juga tidak tahu harus kemana.
Aku memasuki bar itu dengan ragu. Seumur hidup baru kali ini aku masuk kesini.
Tapi aku benar-benar butuh sesuatu yang bisa membuatku tenang.
Aku memesan minuman, dan duduk di sudut ruangan sendirian.
Aku menenggak minumanku beberapa kali dengan cepat.
Pikiranku kembali mengingat mas Rudy, yang aku tinggalkan sendirian di hotel.
Aku tak benar-benar tahu, apa yang aku rasakan saat ini. Aku memang merasa nyaman saat bersama mas Rudy. Tapi aku tak ingin mengakui itu. Aku malu. Akumalu pada diriku sendiri.
Aku yang dulunya menyukai perempuan, tiba-tiba saja merasa tertarik dengan mas Rudy. Dan bagiku itu semua masih terasa aneh.
Aku belum siap memasuki dunia itu, dunia yang berbeda dari yang aku jalani selama ini.
Tapi aku juga tidak bisa memungkuri perasaanku sendiri, kalau aku sebenarnya menginginkan mas Rudy. Aku menginginkan hal yang lebih darinya.
Aku meneguk minuman terakhir ku. Kepala ku rasanya mau pecah. Bayangan wajah mulus mas Rudy masih terus menghantui ku.
Aku melangkah keluar dari bar itu, memanggil taksi, dan meminta si sopir untuk menuju hotel tempat mas Rudy aku tinggalkan tadi.
****
Aku mengetuk pintu kamar hotel itu beberapa kali. Sebelumnya akhirnya pintu itu terbuka.
Seraut wajah manis mas Rudy menyambutku dengan senyum keheranan.
"kamu dari mana, Josh?" tanya mas Rudy, sambil membuka pintu lebih lebar.
Aku tidak menjawab pertanyaan itu, aku melangkah masuk.
Menatap mas Rudy yang menutup dan mengunci pintu kamar. Mas Rudy sudah tidak memakai baju, ia hanya memakai celana boxer hitam.
Dadanya terlihat bidang, otot lengannya menyembul. Sungguh sosok laki-laki yang atletis, di balik wajahnya yang begitu mulus dan manis.
"kamu dari mana?" mas Rudy mengulang pertanyaannya.
"apa itu penting?" tanyaku balik.
"penting bagiku, Josh. Kamu pergi begitu saja, kemudian tiba-tiba kamu kembali lagi, dengan keadaan sedikit mabuk." balas mas Rudy, sambil ia duduk di sampingku, di sisi ranjang.
"dari mana mas Rudy tahu, kalau aku sedikit mabuk?" tanyaku spontan.
"aku bisa menciumi aroma napas mu, Josh. Dan aku bukan anak kemarin sore, yang tidak bisa membedakan, mana kondisi orang normal dengan orang yang habis minum." jawab mas Rudy.
"aku memang habis minum, mas. Aku panik. Mungkin aku butuh sedikit bantuan, untuk bisa berkata jujur kepada mas Rudy." ucapku ringan.
"kamu tidak perlu mengatakan apa pun, Josh. Aku juga tidak akan memaksa mu." balas mas Rudy.
"tapi aku perlu mengatakan ini, mas. Aku harus mengatakan bahwa sebenarnya ... sebenarnya... aku juga mencintai mas Rudy.... Aku tidak tahu, entah kapan perasaan itu tumbuh. Hanya saja, aku selalu merasa nyaman saat bersama mas Rudy. Aku selalu ingin bertemu mas Rudy. Dan ... dan aku... juga menginginkan mas Rudy malam ini." ucapku akhirnya, meski dengan sedikit terbata.
Mas Rudy terlihat tersenyum menatapku. Dan senyum itu terlihat sangat indah di mataku.
"apa hanya malam ini?" tanya mas Rudy, dengan sedikit mengerlingkan mata.
"malam ini dan selama-lamanya, mas. Aku ingin kita menjadi sepasang kekasih, bukan hanya sekedar sahabat.." ucapku penuh keyakinan.
"aku juga sangat menginginkan hal itu, Josh. Bahkan sudah sejak lama." balas mas Rudy penuh perasaan.
Perlahan wajah kami pun kian mendekat. Kali ini hati ku kembali berdebar hebat. Bukan lagi karena malu, takut atau penasaran, tapi karena aku menginginkannya.
"aku belum pernah melakukan hal ini, mas.." suara ku pelan, sebelum baybir kami benar-benar bertemu.
"aku tahu.." bisik mas Rudy, "karena itu kita akan mencobanya.." lanjutnya masih berbisik.
"tapi aku tidak tahu, bagaimana melakukannya, mas." ucapku lagi.
"kamu ikuti saja naluri mu, Josh. Hal-hal semacam ini, tidak perlu pengalaman apa pun. Biarkan semuanya mengalir apa adanya." jelas mas Rudy.
Aku terdiam. Memejamkan mata. Menahan napas. Dan aku pun mersakan sebuah suntuhan lembut di baybir ku.
Sebuah suntuhan perasaan yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Dengan repleks aku membelas.
Dua hati kami pun menyatu malam itu. Terasa indah. Aku pun terbuai dalam lautan keindahan cinta yang mas Rudy persembahkan padaku.
Cinta mas Rudy terlalu indah. Terlalu sempurna. Sesempurna ukiran maha karya yang melekat di setiap jengkal kulitnya.
Mas Rudy terlihat indah. Dan aku tidak bisa menolak pesonanya.
Aku mengikuti naluri ku sebagai seorang laki-laki, di atas bimbingan mas Rudy yang terlihat sudah berpengalaman.
Aku tak berdaya menolaknya. Aku menginginkannya.
Dan untuk pertama kalinya dalam hidup, aku merasakan hal tersebut.
Merasakan sebuah sensasi keindahan dari ungkapan sebuah cinta yang mengalir indah di setiap denyut nadi ku.
Aku lepaskan semuanya. Semua rasa yang selama ini hanya aku pendam.
Dan aku merasakan kelegaan yang luar biasa, saat semuanya terungkap dengan sempurna.
Mas Rudy tersenyum. Aku tersenyum. Kami sama-sama tersenyum. Senyum yang penuh dengan kelegaan yang luar biasa.
"kamu hebat.." ucap mas Rudy.
"mas Rudy juga hebat.." balasku.
****
Kami terbangun ketika jam sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi.
"mas Rudy gak kerja?" tanya ku, sambil melirik mas Rudy yang masih terbaring di samping ku.
"sudah jam sepuluh, Josh. Aku sudah mengabari asiten ku, kalau aku tidak masuk hari ini." balas mas Rudy.
"lalu sekarang kita ngapain?" tanyaku, "apa kita menginap lagi malam ini?" tanya ku lebih lanjut.
"terserah kamu, Josh. Aku ikut aja." balas mas Rudy lagi.
Aku terdiam. Tidak tahu harus memutuskan apa. Aku bisa saja mengabari mama, kalau aku tidak pulang lagi malam ini. Tapi...
"bagaimana kalau kita mandi dulu, habis itu kita cari makan di bawah." suara mas Rudy sedikit mengagetkan ku.
"iya, mas. Aku setuju. Aku juga merasa sangat lapar.." timpalku cepat.
Kami sama-sama bangkit, dan kemudian secara bergantian masuk ke kamar mandi untuk mandi.
Setelah itu, kami pun turun ke bawah menuju restoran yang ada di lantai dasar hotel tersebut.
"kamu suka karaoke?" tanya mas Rudy di sela-sela makan siang kami.
"gak terlalu suka sih. Emang kenapa?' balasku bertanya.
"di hotel ini kan juga ada tempat karaoke nya. Jadi untuk menghabiskan waktu, bagaimana kalau kita karaoke-an aja." tawar mas Rudy.
"terserah mas Rudy aja. Kali ini aku yang ngikut." balasku ringan.
"kalau begitu aku ke lobby dulu ya.." ucap mas Rudy kemudian.
"ngapain?" tanyaku heran.
"mau menyampaikan kepada petugas hotel, kalau kamarnya masih mau di pakai satu malam lagi." balas mas Rudy, dengan sedikit mengerlingkan mata.
"tapi aku belum membuat keputusan untuk itu, mas." ucapku spontan.
"aku sudah bisa menebak keputusan kamu, Josh." balas mas Rudy, sambil mulai melangkah menuju lobi hotel.
****
Ruangan tempat karaoke itu cukup luas untuk kami berdua. Ruangan tertutup yang hanya kami berdua di dalamnya.
Kami jadi sedikit punya privasi, untuk sekedar bermesraan, sambil kami menyanyikan lagu-lagu romantis. Walau hanya sekedar berpegangan tangan, atau membiarkan mas Rudy mengecup kening ku lembut sehabis menyanyikan sebuah lagu.
Aku merasa bahagia dengan semua itu. Aku merasa utuh, ketika bersama mas Rudy.
"makasih mas Rudy.." ucapku, ketika akhirnya kami kembali lagi ke kamar.
"aku yang harusnya makasih sama kamu, Josh. Kamu sudah melengkapi hidupku.." balas mas Rudy lembut.
"mas Rudy sudah membuatku jadi lebih berani untuk menjadi diriku yang sebenarnya.." ucapku lagi.
"aku sangat menyayangi mas Rudy. Aku harap mas tidak akan pernah meninggalkan ku." lanjutku penuh harap.
"aku tak akan pernah meninggalkan kamu, Josh. Aku sangat mencintai kamu. Kamu adalah laki-laki sempurna yang pernah hadir dalam hidupku. Aku tak akan melepaskan kamu, walau dengan alasan apa pun." ucap mas Rudy penuh perasaan.
Kami kembali menghabiskan malam itu dengan kebersamaan kami. Cinta yang hadir di hati kami, terasa begitu indah.
Cinta yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Cinta yang tidak bisa aku ungkapkan dengan kata-kata. Cinta yang tidak bisa dituliskan dengan kalimat apa pun. Karena hanya kami berdua yang bisa merasakannya.
Melebihi indahnya pelangi, melebihi tingginya gunung dan melampaui batas keindahan sebuah rasa.
Begitulah cinta seharusnya. Tanpa logika, tanpa batas dan tanpa memandang jenis kelamin.
Dan begitulah kisah cintaku bersama mas Rudy, yang terjalin karena kami sama-sama pernah dikhianati.
Terima kasih sudah menyimak kisah ini dari awal sampai akhir.
Semoga terhibur dan sampai jumpa lagi di cerita-cerita selanjutnya.
Salam sayang untuk kalian semua.
Muuaaach...
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar