Namanya mas Tejo. Dia adalah seorang penjual gorengan di persimpangan jalan di perumahan tempat aku tinggal. Kebetulan rumah ku berada tepat di persimpangan tersebut. Dan mas Tejo berjualan gorengan tepatnya di jalan samping rumahku.
Yang artinya, aku bisa melihat mas Tejo dari jendela rumahku setiap harinya.
Awalnya aku menganggap itu hanyalah hal biasa, aku tidak terlalu memperhatikan mas Tejo. Namun lama kelamaan, aku jadi terkesan dengan mas Tejo.
Aku sudah menikah. Aku menikah sekitar tiga tahun yang lalu. Tahun pertama dan kedua, aku masih tinggal bersama mertua ku. Namun pada tahun ketiga, aku dan suami ku sepakat untuk mencari rumah kontrakan.
Kami pun akhirnya pindah ke rumah kontrakan itu sekitar setahun yang lalu. Kami pindah, karena kami ingin mencoba hidup mandiri, selain itu, rumah mertua ku sebenarnya tidak terlalu besar. Di tambah pula, suami ku masih punya dua orang adik laki-laki, yang masih tinggal bersama orangtuanya.
Sejak kami pindah ke sini, mas Tejo sudah berjualan di situ. Aku juga gak tahu, entah sejak kapan ia berjualan gorengan di situ.
Suami ku adalah seorang perawat di sebuah rumah sakit swasta. Jadwal kerjanya yang tak menentu membuat ia jadi jarang di rumah.
Kadang ia kerja lembur sampai larut malam, kadang ia kerja siang. Dan bahkan kadang ia juga masuk kerja malam hingga pagi.
Hal itu sebenarnya cukup membuat aku merasa kesepian, apa lagi pernikahan kami sampai saat ini masih belum di karuniai anak.
Aku tidak bekerja. Aku hanya seorang ibu rumah tangga biasa. Dan hal itu juga membuat aku semakin sering merasa kesepian, karena tidak punya banyak kesibukan di rumah.
Namun aku berusaha untuk tetap menjalankan kehidupan ku sebagai seorang istri.
Untuk mengisi kekosongan ku, aku jadi sering berada di dekat mas Tejo yang berjualan gorengan tersebut. Setidaknya hampir setiap sore aku berada di sana, sekedar makan gorengan atau sekedar ngobrol dengan mas Tejo.
Karena sudah sering ngobrol bersama mas Tejo, kami pun menjadi akrab.
Mas Tejo ternyata masih lajang, meski pun usianya sudah 28 tahun, dua tahun lebih tua dari ku.
Mas Tejo memiliki wajah yang tampan. Hidungnya sedikit mencung, pipinya tirus dengan rahangnya yang kokoh. Postur tubuhnya juga cukup atletis.
"kenapa belum nikah?" tanya ku suatu sore pada mas Tejo.
"hmm... gak tahu. Mungkin belum ketemu jodoh kali ya. Dan lagi pula, sulit menemukan wanita yang bisa menerima aku apa adanya. Aku kan hanya penjual gorengan." balas mas Tejo.
"gak ada yang salah dengan jual gorengan mas Tejo. Ini kan pekerjaan halal. Dan lagi pula mas Tejo juga tampan dan cukup menarik secara fisik. Kalau saja aku belum nikah, aku pasti mau sama mas Tejo." ucapku dengan nada bercanda, dan memang berniat hanya sekedar bercanda.
Tapi hal itu, justru membuat mas Tejo semakin berani mendekati ku. Ia juga jadi sering memuji ku. Dan bahkan mas Tejo jadi sering menumpang buang air di rumahku, terutama saat suami ku tidak sedang di rumah.
Hingga pada suatu malam. Saat itu suami ku sudah berangkat kerja, karena dia dapat giliran kerja malam, dan kemungkinannya ia akan pulang pagi. Hal itu sebenarnya sudah biasa bagiku.
Malam itu, itu tiba-tiba mas Tejo datang ke rumahku, seperti biasa ia beralasan untuk buang air besar.
"gorengannya sudah habis, mas?" tanyaku berbasa-basi, ketika mas Tejo sudah keluar dari kamar mandi.
"udah." jawab mas Tejo singkat.
"kamu sendirian lagi malam ini?" tanya mas Tejo melanjutkan.
Aku hanya mengangguk ringan. Mas Tejo memang sudah tahu, kalau aku sering tidur sendirian di rumah.
"apa kamu gak merasa kesepian? Hampir setiap malam tidur sendirian, apa lagi kalian belum punya anak." mas Tejo bertanya lagi.
"kesepian juga sih mas. Tapi aku memang harus menjalani ini." jawabku apa adanya.
Saat itu, tiba-tiba saja, mas Tejo melangkah mendekati ku.
"mas Tejo mau apa?" tanya ku sedikit kaget.
"kamu cantik sekali, Lisa. Kamu juga sangat seksi. Aku suka sama kamu." ucap mas Tejo lugas.
"tapi aku ini istri orang loh mas." balasku bergetar.
"aku tahu Lisa. Tapi aku tak bisa membohongi perasaanku sendiri, kalau aku memang menyukai kamu." ucap mas Tejo lagi.
"aku tahu, kalau kamu sering memperhatikanku dari jendela rumah ini. Aku tahu, kalau kamu juga punya perasaan padaku. Jadi kenapa kamu tidak membuka saja hatimu untukku." lanjutnya.
Aku terdiam. Aku memang sering memperhatikan mas Tejo dari jendelan rumahku. Selain karena aku tidak punya banyak kesibukan, aku juga suka melihat mas Tejo yang begitu ramah melayani pembeli.
Aku tak menyangka kalau mas Tejo juga menyadari hal itu, dan itu membuatku jadi sedikit tersipu.
Selanjutnya mas Tejo masih terus berusaha untuk mendekati ku. Ia terus berusaha mengeluarkan kalimat-kalimat pujian dan rayuannya.
Semakin lama aku semakin terlena dengan segala rayuan mas Tejo. Apa lagi aku memang sering merasa kesepian. Suami ku jarang berada di rumah, dan jika pun ia berada di rumah, ia lebih banyak tidur dan beristirahat, karena kecapean pulang kerja.
Usaha mas Tejo untuk membujukku cukup gigih. Aku semakin terbuai dengan kalimat-kalimat manis yang ia ucapkan padaku.
"kamu sangat cantik, Lisa. Setiap malam aku selalu memikirkanmu. Aku tak bisa melupakanmu.." bisik mas Tejo di sela-sela usahanya untuk mendapatkan ku.
"aku... aku... takut mas.." suara ku terbata.
"kamu tidak usah takut Lisa. Aku benar-benar mencintaimu. Jika kamu mau, aku tak akan pernah meninggalkanmu Lisa." ucap mas Tejo lagi.
Dan kalimat demi kalimat itu, telah membuat aku lupa. Aku lupa akan diri ku yang adalah seorang istri. Aku lupa akan hal itu. Aku benar-benar jadi lupa diri.
Mas Tejo terlalu menarik untuk di hindari. Mas Tejo sangat mempesona. Dan aku yang kesepian selama ini, tiba-tiba saja seakan mendapatkan tempat untuk mencurahkan semua itu.
Hingga akhirnya aku hanya bsa psrah. Aku biarkan mas Tejo terus mendekti ku.
Pelan namun pasti, hal itu akhirnya terjadi. Aku tak kuasa menolaknya. Aku tak bisa menolak pesona indah mas Tejo.
Dia begitu tampan dan gagah. Dia terlihat sempurna di mata ku malam itu.
Dan semuanya pun terjadi. Yang membuat aku mersakan suatu keindhan yg luar bias mlam itu.
Keindhan yg elum prnah aku rsakan saat bersma suami ku.
Mas Tejo mmang luar biasa. Dia begitu hbat. Aku jdi kewlahan dibuatny.
Tapi aku sngguh mnikamti semua itu. Aku blum prnah mersakan hal itu dgn suamiku.
Selama ini, suamiku hnya mlakukan tugasnya, ia tidak benar-benar ingin mmbuatku pwuass.
Namun mas Tejo, mampu melakukan hal itu dengan baik.
Dan aku terkesan dengan semua itu.
Hingga tak sadar, aku pun memintanya lagi, lagi dan lagi.
****
Hari-hari selanjutnya, mas Tejo semakin sering mendatangi rumahku. Dia sudah hafal, kapan suami ku tidak sedang berada di rumah.
Dan aku menyukai hal tersebut. Itu bagai sebuah petualangan bagiku.
Hubungan trlarang itu meang terasa indah. Kami selalu memanfaatkan setiap kesempatan yang ada.
Kami benar-benar terbuai dengan cinta rterlrang kami.
Namun itu semua tidak berlangsung lama.
Pada akhirnya, suami ku pun mengetahui hubngan kami. Suami ku memrgoki kami sdang brdua di dlmkmar, pada suatu malam.
Keributan pun terjadi. Suami ku bahkan hampir membnuh mas Tejo, kalau saja tidak ada warga yang datang untuk melerainya.
Kejadian tragis malam itu, telah mengakhiri segalanya.
Kejadian itu telah mengakhiri pernikahan ku dengan suami ku. Kejadian itu telah mengakhiri hubungan trlarangku bersma mas Tejo.
Sejak kejadian malam itu, mas Tejo pun menghilang. Suami ku pun kembali ke rumah orangtuanya. Sedangkan aku dengan sangat terpaksa harus kembali ke kampung halamanku.
Aku tidak tahu apa yang aku rasakan sebenarnya.
Entah menyesal, marah, kecewa dan entah perasaan apa yang aku rasakan saat ini. Namun yang pasti semua kejadian itu, telah memberi banyak pengajaran berharga bagiku.
Aku akan tetap melanjutkan hidupku. Dan aku berjanji untuk tidak lagi melakukan kesalahan yang sama di kemudian hari.
Setiap orang punya masa lalu, setiap orang pasti pernah berbuat salah. Namun yang terpenting dari semua itu adalah bahwa kita menyadari kesalahan tersebut dan berjanji untuk tidak lagi mengulanginya.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar