Tergoda brondong tampan dan gagah

Aku menatap laki-laki itu. Wajahnya tampan rupawan. Di lengkapi dengan hidungnya yang mancung dan sorot matanya yang tajam. Tubuhnya tegap dan gagah.

Cerpen sang motivator jalanan

"mau kemana?" laki-laki itu mengulangi pertanyaannya.

"pulang.." jawabku akhirnya, setelah untuk sesaat aku terlena dengan pesona pria muda yang berdiri tepat di hadapanku.

"boleh aku antar?" tawar pemuda yang ku perkirakan masih berumur 20 tahun itu.

"apa kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya ku ragu.

"kita hampir setiap hari bertemu disini. Di tempat parkir ini. Aku selalu memperhatikan mu." jawab pemuda itu santai.

"siapa kamu sebenarnya?" tanya ku penasaran.

"aku hanya seorang pengagum." jawab pemuda itu terdengar yakin.

"apa yang membuatmu mengagumi ku?" tanya ku lagi.

"semuanya. Kecantikan wajahmu dan juga keanggunanmu.. Senyum, tubuhmu. Semuanya.." jelas pemuda itu lugas.

Aku sedikit tersipu mendengar kalimat itu. Meski ini bukan pertama kalinya orang-orang memujiku, tapi tetap saja di puji oleh laki-laki setampan pemuda di depan ku ini, membuatku jadi sedikit salah tingkah.

Tiba-tiba pemuda itu mengulurkan tangannya.

"aku Renol." ucapnya maskulin.

Aku dengan sedikit ragupun menjabat tangan pemuda itu.

"Larasati. Panggil aja Lara." ucapku ringan.

Tangan kami berjabatan. Ada rasa hangat yang mengalir di sekujur tubuh ku. Rasanya begitu nyaman.

"jadi gimana? Apa aku boleh mengantarmu pulang?" ucap Renol, setelah ia melepaskan tanganku.

"maaf, aku membawa mobil ku sendiri.." pungkas ku.

"oh." Renol membulatkan bibir.

"kalau begitu aku yang nebeng sama kamu." lanjutnya.

"mau mu apa sih sebenarnya?" tanya ku benar-benar ingin tahu.

"aku hanya ingin mengenal kamu lebih dekat lagi Lara." timpalnya.

"untuk apa?" tanya ku.

"untuk membuktikan bahwa perasaan ku salah." jawab Renol.

"maksud kamu?" aku bertanya kembali, Renol membuatku benar-benar penasaran.

"aku mungkin telah jatuh cinta padamu." jawabnya terdengar sungguh-sungguh.

"secepat itu?" tanya ku lagi.

"aku sudah memperhatikan mu sejak lama." ucap Renol.

"menurutku aku jauh lebih tua dari mu, dan kamu tidak seharusnya mendekati wanita yang lebih tua dari mu." ucapku.

"apa itu salah?" tanya Renol.

"tidak." jawabku, "itu jika aku masih singel. Tapi sekarang aku masih berstatus istri orang." lanjutku.

"istri orang yang sebentar lagi akan bercerai." ucap Renol, yang membuatku menatapnya tajam.

"dari mana kamu tahu semua itu?" tanyaku akhirnya.

"sudah aku katakan, aku sudah memperhatikanmu sejak lama." jawab Renol.

"sampai sedetail itu kamu mengetahui ku?" tanya ku lagi.

"iya. Bahkan lebih dari itu." balas Renol lagi.

"maksud kamu?" tanya ku.

"aku tahu, kamu sudah berbulan-bulan pisah ranjang dari suami mu yang tukang selingkuh itu. Aku tahu, kamu sudah punya seorang putra yang berusia tiga tahun, yang sekarang bersama pengasuh anakmu di rumah." jelas Renol, yang membuatku semakin penasaran dengannya.

Mengapa Renol bisa tahu tentang semua itu? Padahal aku bahkan baru pertama kali bertemu dengannya.

Kantor ku memang berada dalam sebuah gedung yang memang memiliki banyak kantor di dalamnya. Sangat banyak orang yang berlalu lalang di dalam gedung tersebut.

Tapi aku belum pernah bertemu Renol sebelumnya.

Saat ini aku memang sedang dalam masa proses cerai dengan suami ku. Aku memang sudah berbulan-bulan tidur sendirian. Aku memang selalu merasa kesepian. Namun kesibukan ku sebagai wanita karir, cukup membuatk jadi tidak punya banyak waktu untuk memikirkan hal tersebut.

Renol begitu gigih untuk mendekati ku, yang membuatku akhirnya menyerah. Aku menerima tawarannya untuk ia pulang bersama ku.

Kami akhirnya ngobrol banyak hal. Di perjalanan pulang Renol berhasil mengajak ku untuk singgah di sebuah kafe.

Renol memang sangat menarik secara fisik. Aku tak bisa memungkiri hal itu.

Sebagai seorang wanita yang sudah lama tidak mendapat perhatian dari seorang laki-laki, aku mulai tergugah dengan kehadiran Renol.

Sikapnya yang terbuka dan terkesan nekat itu, membuatku jadi tak berdaya untuk menolak, ketika akhirnya Renol berhasil mengajak ku mampir di apartemennya.

Renol tinggal sendirian di apartemen itu, ia seorang perantau. Saat ini ia bekerja di bagian resepsionis di gedung tempat kantor ku tersebut. Jadi wajar kalau ia sudah memperhatikan ku sejak lama.

Meski pun masih muda, Renol cukup berpengalaman dalam mendekati seorang wanita.

Aku pun terbuai dengan segala bujuk rayunya. Bukan saja karena Renol memang sangat mempesona, tapi juga karena aku memang sudah lama tidak merasakan hal tersebut.

Sore itu Renol berhasil membwa ku berlyar dalam keindhan sebuah rasa. Aku terbu4i.

Renol memang pemuda yang luar biasa. Aku di buatnya melay4ng.

Aku yang sudah lama tidak meraskan hal tersebut, jadi begitu terlna dengan segla permainn indh Renol.

Aku tak ingin melewati saat-saat indh itu.

Aku ingin merguk semuanya. Segala kesepian ku selama ini, aku tmpahkan kepada renol sore itu.

Aku seperti mendapatkan setetes air ditengah gurun gersang. Kehadiran Renol benar-benar membuat aku lupa akan semua kejadian pahit yang aku alami akhir-akhir ini.

Kejadian yang ingin aku hapus dari ingatanku.

Kejadian dimana aku akhirnya mengetahui kalau suami ku ternyata selama ini telah berselingkh dengan sekeretarisnya.

Karena itulah aku pun menuntut cerai darinya. Hanya saja proses cerai itu terlalu lama bagiku.

Hingga aku harus menelan kesepian setiap malamnya.

Dan Renol hadir di saat yang tepat. Dia hadir dengan segala pesonanya, yang membuat ku tidak bisa menolaknya. Aku tak ingin menolak brondong tampan dan gagah itu.

Aku serahkan seglanya pada brondong itu. Aku biarkan Renol mendpatkan semuanya. Tak tersisa.

Kami terhenyut dlam gelombang keindhan itu. Menyatu dlam sebuah rsa yg indh.

Sampai akhirnya aku mersakan sebuah pencapaian yang sempurna. Sebuah pencapaian yang sudah lama tidak aku rasakan.

****

Dan sejak saat itu, aku dan Renol pun menjalin hubungan asmara. Aku jatuh hati padanya. Renol berhasil membuat aku jatuh cinta.

Hingga proses perceraian ku dengan suami ku pun selesai. Kami resmi bercerai.

Hubungan ku dengan Renol pun semakin erat. Dan beberapa bulan kemudian, kami pun menikah.

Kami mulai membina rumah tangga kami yang baru. Ternyata Renol benar-benar serius dengan perasaannya padaku.

Dan aku semakin mencintainya.

****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Layanan

Translate