Nama Ku Fazal. Dan aku seorang mahasiswa saat ini.
Perjalanan hidupku tidaklah terlalu baik.
Di mulai dari kematian ayahku pada saat aku masih remaja. Sejak saat itu kehidupanku selalu mengalami kepedihan dan kepahitan.
Ibuku yang hanya seorang buruh cuci, harus berjuang sendiri untuk membesarkan aku dan adik perempuanku.
Karena itu juga, aku dan adikku harus sering menelan ludah pahit, saat kami punya keinginan. Kami harus bisa memendam beberapa keinginan kami, karena Ibu selalu tidak punya cukup uang untuk membelikan kami sesuatu.
Kami memang butuh biaya banyak, selain untuk biaya makan, biaya sekolah kami, juga untuk membayar kotrakan rumah.
Saat SMA, aku pernah bekerja sambilan menjadi seorang buruh bangunan, menjadi pengamen di jalanan dan aku juga pernah menjadi kernet angkutan kota.
Berbagai pekerjaan kasar telah pernah aku jalani, hanya untuk membantu ibu mendapatkan uang.
Hingga akhirnya aku pun lulus dari SMA dengan hasil yang memuaskan. Sejak SD aku memang selalu juara kelas, karena itu juga aku sering mendapatkan beasiswa.
Dan bahkan aku bisa kuliah sampai saat ini, juga karena bantuan beasiswa dari pemerintah.
Namun untuk tetap membantu ibu membiayai hidup kami dan juga biaya sekolah adik perempuanku, aku juga harus tetap mencari pekerjaan.
"gak apa-apa kamu kerja, Zal. Tapi jangan sampai mengganggu kuliah kamu.." begitu pesan Ibu selalu padaku.
Ibu juga semakin menua, beliau juga sudah mulai sering sakit-sakitan.
Sampai pada akhirnya penyakit Ibu semakin parah. Beliau ternyata menderita leukimia.
"jalan satu-satunya adalah operasi sumsum tulang belakang yang biayanya bisa mencapai ratusan juta bahkan hingga miliaran rupiah.." begitu jelas dokter padaku, yang membuatku merasa terhenyak.
Uang satu miliar bukanlah uang yang sedikit, aku bahkan belum pernah memegang uang walau hanya jutaan rupiah.
"untuk sementara ibu mu harus di rawat secara intensif, beliau juga tidak boleh bekerja terlalu berat.." lanjut dokter itu lagi.
Dan itu artinya, sejak saat itu aku secara otomatis menjadi tulang punggung keluarga kami.
Aku mulai memutar otak, untuk mencari pekerjaan. Jika hanya mengandalkan pekerjaan serabutan, tentu saja hasilnya tidak seberapa. Jangankan untuk biaya operasi Ibu, untuk makan aja masih sering kurang.
Saat aku sedang memikirkan hal tersebut di taman kampus, Andi,salah seorang teman kuliahku menghampiriku. Andi sebenarnya adalah kakak senior ku di kampus. Namun entah bagaimana ceritanya, kami tiba-tiba saja menjadi akrab.
Mungkin karena kami punya taraf ekonomi kehidupan yang sama. Andi juga hanya anak seorang satpam, dan punya banyak adik. Meski kedua orangtua Andi masih hidup, namun kehidupan mereka secara ekonomi jauh dari pada cukup.
Aku dan Andi sudah kenal sejak lama, dan bahkan aku juga sering main ke rumahnya.
"gimana keadaan Ibu mu, Zal?" tanya Andi.
Aku memang sudah cerita tentang ibu ku yang sakit pada Andi. Aku dan Andi memang selalu terbuka tentang beberapa hal.
Aku pun menceritakan tentang keadaan ibu yang menderita leukimia dan harus menjalani operasi dengan biaya yang sangat besar, kepada Andi.
"aku tidak tahu, harus bagaimana mencari uang sebanyak itu, Ndi. Aku benar-benar bingung.." keluhku.
****
Keesokan harinya, Andi pun mengajakku untuk menemui seorang kenalannnya.
"namanya om Danang." begitu kelas Andi memulai, "aku mengenalnya melalui media sosial. Dulu dia pernah memintaku untuk mencari orang yang bisa bekerja bersamanya." lanjut Andi.
"saya sempat menawarkan diri untuk bekerja bersamanya, tapi om Danang langsung menolakku. Katanya aku tidak memenuhi syarat dan kriteria yang ia cari." cerita Andi lagi.
"emang kriteria dan syaratnya seperti apa?" tanyaku penasaran.
"saya juga kurang tahu, namun yang pasti saat aku mengirimkan photo kamu padanya, om Danang langsung meminta saya untuk membawa mu ke tempatnya." jelas Andi.
"jadi kamu udah mengirimkan photo saya tanpa seizin saya?" tanyaku sedikit protes.
"maaf ya, Zal. Tapi saat kamu cerita kemarin, bahwa kamu butuh uang yang banyak, saya langsung kepikiran tentang tawaran om Danang, lalu tanpa meminta izin dari kamu saya pun menghubungi om Danang, dan ia meminta saya untuk mengirimkan photo kamu.." Andi menjelaskan lagi.
Kami menaiki sebuah angkot untuk menuju alamat rumah om Danang yang Andi sebutkan tadi.
Aku tidak tahu pekerjaan apa yang akan di tawarkan om Danang padaku, namun kata Andi aku bisa menghasilkan uang yang banyak, jika aku bisa bekerja nanti.
Setengah jam kemudian, kami pun sampai di depan sebuah rumah mewah yang di kelilingi pagar yang tinggi.
Dengan perasaan berat dan ragu-ragu kami pun mengikuti langkah kaki seorang penjaga rumah, untuk menuju pintu depan rumah besar tersebut.
"selamat datang di rumah saya, kawan.." sambut seorang pria paroh baya, saat pintu rumah besar itu akhirnya terbuka.
Pria itu pun menjabat tangan kami berdua, kemudian ia mempersilahkan kami masuk dan duduk di kursi ruang tamu rumahnya yang megah itu.
"saya om Danang, dan kamu pasti Fazal kan?" ucapnya setengah bertanya yang jelas ia tujukan padaku. Karena aku yakin, kalau ia pasti sudah mengenal Andi.
Terus terang aku merasa sedikit geli melihat tingkah dan juga cara berbicara pria yang aku perkirakan sudah berumur 40 tahun itu.
Ia bertingkah dan berbicara layaknya bak seorang perempuan.
Tapi aku mencoba untuk tetap tersenyum ramah padanya. Apa lagi mengingat aku sangat membutuhkan pekerjaan saat ini.
"iya, om.." Andi yang menjawab, "jadi gimana, om? Apa Fazal bisa bekerja bersama om?" tanya Andi melanjutkan.
Pria kemayu itu pun menatapku tajam, kemudian ia tersenyum aneh. Aku merasa bergidik tiba-tiba.
"tentu saja bisa. Secara keseluruhan ia sudah memenuhi kriteria yang saya cari.." ucapnya kemudian.
"maaf, om. Kalau boleh tahu, pekerjaan apa yang akan saya lakukan nantinya?" tanyaku dengan suara ragu.
"ah, pekerjaannya gampang, kok. Tapi yang penting, uangnya, say.." balas om Danang dengan nada manja, yang membuatku semakin merasa geli.
"Andi udah cerita, kalau kamu butuh uang yang sangat banyak. Dan di sini adalah cara tepat menghasilkan uang yang banyak dalam waktu yang singkat. Bahkan kamu bisa menghasilkan uang puluhan juta hanya dalam satu malam." jelas om Danang lagi, kali ini suaranya sedikit serius.
"saya jamin kamu tidak akan menyesal.." lanjutnya.
Setelah berkata demikian, om Danang pun mengajak kami berdua untuk masuk lebih dalam ke rumahnya.
Ternyata di ruang bagian tengah rumah tersebut, ada beberapa orang laki-laki muda dengan wajah yang tampan dan juga bertubuh sangat kekar.
"ini adalah rekan-rekan kerja kamu nantinya." ucap om Danang, mulai memperkenalkan kami satu per satu.
Setidaknya ada sekitar enam orang pria macho yang om Danang perkenalkan pada kami waktu itu.
"di luar masih ada beberapa orang lagi," ucapnya lagi, "nanti kamu pasti akan ketemu sama mereka.." lanjutnya.
Selanjutnya om Danang kembali mengajak kami ke ruang tamu tadi. Setelah berbincang sebentar, aku dan Andi dan pamit.
"jangan lupa besok pagi kamu datang, ya.." ucap om Danang padaku, mengantar kepulangan kami.
****
Keesokan harinya, aku pun berangkat menuju rumah om Danang sendirian.
Sesampai di sana, om Danang menyambutku dengan senyum khas nya.
Setelah perbincangan basa-basi, om Danang pun menjelaskan pekerjaan yang harus aku lakukan.
Ternyata aku di minta untuk melayani laki-laki homo kaya, yang bersedia mengeluarkan uang yang banyak untuk kepuasan mereka di ranjang.
Tiba-tiba saja aku merasa geli dan jijik membayangkan hal tersebut. Aku ingin menolak awalnya, tapi kembali aku teringat akan kondisi ibu ku yang sedang terbaring sakit di rumah saat ini.
Jika aku menolak tawaran pekerjaan ini, maka aku akan kehilangan kesempatan untuk bisa mengumpulkan uang untuk biaya operasi ibu.
Akhirnya dengan perasaan yang tak karuan, aku pun menerima tawaran tersebut.
"kamu sudah bisa memulainya nanti malam. Kebetulan om sudah mencarikan seorang pelanggan untuk kamu malam nanti." jelas om Danang, ketika aku sudah menyetujui semua persyaratan darinya.
Om Danang mendapatkan sepuluh persen dari hasil bayaranku. Sedangkan untuk tip yang diberikan pelanggan, itu sepenuhnya adalah milikku.
"jika servis kamu bagus dan memuaskan, biasanya para pelanggan akan memberi tip yang banyak, bahkan bisa puluhan juta.." jelas om Danang lagi.
Sejujurnya aku berat menerima pekerjaan ini, tapi ini semua aku lakukan hanya untuk membiayai operasi ibu ku nantinya.
Semoga saja, aku bisa mengumpulkan uang dengan cepat, sehingga aku tidak perlu terlalu lama harus bekerja seperti ini.
****
Malam pun tiba, aku di minta oleh om Danang untuk datang ke sebuah hotel, sesuai permintaan pelanggan.
Sesampai di hotel tersebut, aku pun langsung menuju kamar hotel yang di maksud.
Di sana aku di sambut oleh seorang pria yang sudah berumur. Mungkin sudah berusia 50 tahun lebih.
Oh, aku merasa bergidik memperhatikan pria tua tersebut. Ingin rasanya aku berlari dari sana, namun kembali aku teringat akan kondisi ibu ku.
Pria tua itu mengaku bernama om Danu, meski aku tidak begitu yakin bahwa itu adalah namanya yang sebenarnya.
"kata Danang, kamu masih perjaka?" ucap pria tua itu.
Aku tidak menjawab, hanya ikut duduk di tepian ranjang.
"saya rela membayar mahal-mahal hanya untuk itu.." lanjut om Danu lagi.
Om Danu memang membayarku mahal. Menurut om Danang, ia menjualku pada pria tua ini, sebesar dua puluh juta rupiah.
"kalau masih perjaka memang akan di bayar mahal.." begitu jelas om Danang tadi.
Separoh uang tersebut sudah di transfer ke rekeningku, sebagai tanda jadi. Separohnya lagi akan di transfer setelah aku selesai menjalankan tugas pertamaku.
"kalau servis kamu bagus dan bisa memuaskan saya, saya akan memberi kamu tip yang besar.." om Danu berucap lagi, sambil ia mulai mendekatiku.
Masalahnya bagiku saat ini ialah, aku tidak benar-benar tahu, bagaimana cara membuat laki-laki tua ini merasa puas.
Namun berdasarkan video yang di perlihatkan om Danang pagi tadi, aku pun berinisiatif untuk memulainya. Setidaknya dengan begitu, aku bisa memberi kesan pertama yang baik pada om Danu.
Seperti dugaanku, om Danu pun mulai terlena dengan apa yang aku lakukan padanya.
Dan malam itu, aku pun berhasil mendapatkan tip sepuluh juta rupiah dari om Danu, tentu saja itu di luar bayaranku.
Ternyata pengorbananku tidak sia-sia. Meski aku harus berusaha keras menahan rasa geli dan jijikku, tapi setidaknya semua itu bisa terbayarkan.
*****
Begitulah semuanya di mulai. Begitulah awalnya, kenapa aku bisa menjadi seorang laki-laki bayaran.
Untuk selanjutnya aku pun terus mendapatkan pelanggan setiap malamnya.
Dan cerita-cerita ku bersama setiap pelanggan ku, akan terus aku ceritakan di sini.
Jangan lupa untuk bergabung dan berlangganan dengan channel ini, untuk mendapatkan video eksklusif khusus untuk pelanggan dan juga nomor whatsapp admin untuk dapat berkomunikasi secara langsung.
Silahkan klik tombol gabung atau bisa klik link di deskripsi video ini, untuk berlangganan.
Terima kasih..
Dan sampai jumpa lagi pada episode berikutnya, yang tentunya jauh lebih hot.
Salam sayang untuk kalian semua,,,, muaaachhh..
****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar