Kisah cowok kampung part 5 (pisang crispy bang Salman)

"maaf pak Alim, aku gak bisa.." jawabku akhirnya, berusaha menolak tawaran pak Alim untuk menjadi lelaki simpanannya.

Ya, pak Alim, suami ibu pemilik kost tempat aku tinggal, yang sudah sangat baik padaku.

Aku memutuskan untuk menolak tawaran pak Alim, karena beberapa alasan. Yang pertama karena aku tidak ingin kejadian tragis di masa lalu ku akan kembali terulang dan yang kedua karena aku sebenarnya tidak tertarik pada pak Alim, dia bukan tipe ku.

Namun terlepas dari itu semua, aku sebenarnya memang sudah bertekad untuk berubah.

Setelah mendengar jawabanku barusan, pak Alim terlihat sangat kecewa. Bukan. Ia bukan saja kecewa, tapi juga sangat marah padaku.

"belum ada seorang pun anak kost di sini yang berani menolak saya.." lantang suara pak Alim, "dan kamu juga sudah aku bantu begitu banyak, tapi kamu sangat berani menolak tawaranku." lanjutnya masih dengan suara lantang.

"saya minta maaf pak Alim, tapi saya benar-benar tidak bisa.." suara bergetar.

"kalau kamu tidak mau, silahkan kamu pergi dari sini!" pak Alim membalas terdengar semakin lantang.

Setelah berkata demikian, ia pun segera keluar dari kamar kost-ku.

Tiba-tiba saja aku merasakan sakit kepala yang begitu dahsyat. Pikiranku menjadi sangat kacau.

Jika aku harus pergi dari sini, itu artinya aku harus memulainya lagi dari awal.

Tapi aku memang harus pergi. Aku tidak mungkin terus berada di sini. Karena pak Alim tidak akan membiarkan ku untuk terus berada di sini.

Tapi kemana aku akan pergi?

Apa yang harus aku lakukan selanjutnya? Terutama untuk aku tetap bertahan hidup.

Akh.. Aku merasa sangat tidak berdaya, menghadapi kenyataan ini.

Masa depan benar-benar seperti hantu. Menakutkan!

Simak kisah ku selanjutnya ya...

Namun sebelumnya, bagi yang baru mampir jangan lupa untuk subscribe channel ini dan klik tanda lonceng untuk menyaksikan video-video menarik lainnya di channel ini.

Terima kasih sudah mampir, terima kasih udah subscribe, udah like and udah komen.

Buat seluruh subscriber setia saya, terima kasih atas kesetiaannya, terima kasih atas segala masukan, saran, dukungan dan motivasinya.

Jangan lupa juga untuk berlangganan atau bergabung dengan channel saya ya, agar kita bisa semakin dekat dan akrab.

Banyak keuntungan yang akan anda peroleh jika berlangganan channel ini, diantaranya anda bisa mendapatkan video eksklusif dari saya dan juga bisa mendapatkan nomor whatsapp saya.

Jadi silahkan bergabung ya.. Terima kasih

Klik DISINI untuk bergabung.

*****

Langkah kaki ku goyah, pikiranku tak menentu. Bingung.

Aku memutuskan untuk pergi dari kost yang sebenarnya sudah membuatku nyaman. Apa lagi aku sudah mendapatkan pekerjaan menjadi sopir angkot.

Tapi sekarang aku harus kehilangan semuanya, hanya karena aku menolak keinginan dari suami pemilik kost tersebut.

Aku tidak menyesali keputusanku, namun aku juga tidak tahu harus kemana saat ini.

Saat merasa lelah, aku mencoba untuk beristirahat di sebuah bangku taman.

Selang beberapa menit kemudian, tiba-tiba seorang laki-laki datang menghampiriku.

"mau kemana?" tanya laki-laki itu menyapaku.

Aku hanya terdiam, karena aku tidak tahu harus menjawab apa. Aku memang tidak tahu harus kemana.

Tapi sepertinya laki-laki itu tidak menyerah, ia malah ikut duduk di dekat ku.

"kamu mau kemana?" laki-laki itu mengulangi pertanyaannya.

"saya lagi mau cari tempat kost, bang.." jawabku akhirnya, karena merasa tidak enak hati harus mendiamkan laki-laki tersebut, meski aku belum mengenalnya.

"kamu baru di kota ini?" tanya laki-laki itu lagi.

"gak juga sih, bang. Tapi saat ini aku memang butuh tempat kost baru. Dan kalau bisa aku juga mau cari pekerjaan paroh waktu.." ucapku berterus terang.

Sesaat lelaki itu terdiam. Ia menatapku cukup tajam.

"kenapa harus bekerja separoh waktu?" tanya laki-laki berwajah manis itu.

"karena aku saat ini juga sedang kuliah, bang.." jawabku jujur.

Ku lihat laki-laki itu manggut-manggut ringan.

"hebat kamu.." ucapnya lirih. "jarang loh ada anak muda yang bisa kuliah sambil kerja.." lanjutnya dengan senyum yang mengembang.

"gak juga, bang. Justru saat ini saya lagi bingung, karena belum dapat pekerjaan. Dan bahkan saya juga sudah tidak punya tempat tinggal.." balasku dengan nada sedikit sedih.

Laki-laki itu terdiam kembali, ia terlihat sedang memikirkan sesuatu.

"abang sendiri mau kemana?' tanyaku berbasa-basi.

"saya lagi jalan-jalan aja. Suntuk sendirian di rumah. Kebetulan hari ini warung saya juga tutup.." jawab laki-laki itu.

"emang abang punya warung apa?" tanyaku ingin tahu.

"saya punya usaha warung pisang crispy, yang saya buka di ruko kecil tempat saya tinggal. Biasanya saya buka dari sore sampai malam, setiap hari. Tapi hari ini saya merasa kurang enak badan, jadi sengaja saya tutup. Untuk menghilangkan kejenuhan, saya sengaja berjalan-jalan di sekitar sini..." jelas lelaki bertubuh atletis itu.

"ruko saya gak jauh kok dari sini.." lanjutnya.

Kali ini aku yang manggut-manggut kecil. Aku merasa cukup kagum pada laki-laki tersebut. Meski masih kelihatan muda, ia sudah punya usaha sendiri.

"oh, ya. Nama saya Salman, panggil saja bang Salman. Kalau kamu mau kita bisa ngobrol di ruko saya sambil minum-minum.." ucap laki-laki itu kemudian.

"tapi, bang. Saya jadi gak enak. Kita kan belum saling kenal..." balasku cepat.

"udah.. santai aja. Saya tinggal sendirian, kok. Lagi pula saya memang lagi butuh teman untuk ngobrol." lelaki itu membalas, sambil sekali lagi memasang senyum manis.

Senyum laki-laki itu memang manis. Senyum itu terlihat indah pada wajah tampannya. Apa lagi ia memiliki postur tubuh yang cukup atletis.

****

"nama kamu siapa?' tanya bang Salman, saat akhirnya kami berjalan beriring menuju rukonya.

Aku memang akhirnya memutuskan untuk menerima ajakan bang Salman, karena aku juga tidak tahu harus kemana saat ini.

"saya Sabri, bang.." balasku ringan.

Selang beberapa saat kemudian, kami pun sampai di ruko bang Salman. Ruko itu memang tidak terlalu besar, hanya berbentuk sebuah warung kecil.

Bang Salman mengajakku masuk ke dalam, setelah ia membuka pintu ruko tersebut.

Ruko itu hanya memiliki satu kamar di bagian tengahnya, sementara ruangan depan, bang Salman jadikan untuk tempat ia berjualan pisang crispy.

"kalau kamu mau mandi, di belakang ada kamar mandi, kok." ucap bang Salman, saat kami sudah berada di dalam ruko tersebut.

"ruko ini milik abang?" tanyaku mengabaikan ucapan bang Salman barusan.

"ya bukanlah. Ruko ini aku sewa, untuk tempat tinggal sekaligus tempat aku berjualan." jelasnya.

"hebat ya bang Salman, masih muda udah punya usaha sendiri.." ucapku tanpa sadar.

"ah, biasa aja. Hanya usaha kecil-kecilan kok, Sab." balas bang Salman terdengar akrab.

"ya udah, kamu mandi aja dulu, biar lebih fresh. Nanti sehabis mandi kita makan siang, aku udah pesan makanan secara online.." lanjut bang Salman lagi.

Sebenarnya aku merasa sungkan untuk mandi di rumah orang yang baru saja aku kenal, namun karena merasa gerah, aku pun akhirnya melangkah ke belakang untuk mandi.

Sehabis mandi, bang Salman sudah menunggu ku di ruang tengah untuk makan.

"wah.. makasih banyak ya bang Salman. Udah di kasih tumpangan mandi, sekarang di kasih makan pula. Saya jadi tidak enak nih.." ucapku berusaha terdengar akrab.

"saya tidak tahu, seperti apa kisah dan perjalanan hidup kamu, Sab. Tapi yang pasti, saya pernah merasakan bagaimana rasanya terlunta-lunta di jalan sendirian." bang Salman berucap, sambil mulai menyantap makanannya.

"dulu waktu pertama kali datang ke kota ini, sekitar sepuluh tahun yang lalu, saya juga sempat jadi gelandangan di jalan. Sampai akhirnya saya bertemu seseorang yang mengajak saya bekerja dengannya, membantu ia berjualan goreng pisang. Orang itu juga mengajak saya tinggal bersamanya."

"setelah bertahun-tahun saya bekerja, saya akhirnya bisa mengumpulkan uang untuk modal membuka usaha saya sendiri. Setelah merasa cukup, saya pun meminta izin kepada orang yang menolong saya tersebut, untuk membuka usaha sendiri. Orang itu juga sangat mendukung. Dan di sini lah saya sekarang..." cerita bang Salman panjang lebar.

"lalu bagaimana hubungan bang Salman dengan orang tersebut sampai sekarang?" tanyaku sekedar ingin tahu.

"kami masih berhubungan baik, kok. Saya sering datang mengunjunginya, untuk sekedar bersilahturrahmi.." jawab bang Salman.

Kali ini saya manggut-manggut lagi, mencoba memahami setiap cerita yang di ungkapkan bang Salman.

Diam-diam aku mulai mengagumi sosok bang Salman, selain tampan dan gagah, ia juga seorang laki-laki yang baik.

Dari bang Salman aku pun akhirnya tahu, kalau ia juga berasal dari kampung. Ia merantau ke kota saat masih berusia 18 tahun, sekarang ia sudah berusia sekitar 28 tahun.

"di kampung aku juga sudah tidak punya siapa-siapa lagi. Kedua orangtua ku sudah meninggal, dan kakak serta adik-adikku sudah tidak tinggal di kampung kami lagi. Jadi sejak merantau ke kota, saya tidak pernah lagi pulang ke kampung.." lanjut bang Salman bercerita.

****

"kamu mau gak kerja sama saya?" bang Salman bertanya ketika kami selesai makan siang itu. Kami masih duduk di ruang tengah ruko nya.

"tapi saya gak punya pengalaman dalam bidang kuliner, bang." jawabku ringan.

"kamu gak harus punya pengalaman untuk kerja sama saya, Sab. Kamu bisa bantu-bantu saya di sini, nanti juga kamu bakal ngerti, kok." balas bang Salman.

"tapi.. apa bang Salman yakin, mau ngajak saya kerja sama abang?" tanyaku lagi.

"saya sih yakin, tapi kamu sendiri yakin gak?" balas bang Salman balik bertanya.

"saya memang lagi butuh pekerjaan, bang. Jadi saya pasti mau lah kerja sama abang.." jawabku.

"tapi saya gak bisa memberi gaji yang besar untuk kamu, Sab. Namun kalau kamu mau, kamu bisa sekalian tinggal di sini dan juga makan di sini.." ucap bang Salman lagi.

"tapi apa itu tidak merepotkan bang Salman?" tanyaku lagi.

"ya gak lah. Saya malah senang, kalau ada yang bantu saya kerja, dan juga saya jadi punya teman tinggal di ruko ini.." balas bang Salman terdengar santai.

"aduh.. makasih banget ya, bang. Abang sudah mau membantu saya.." ucapku penuh perasaan.

"udah.. santai aja. Yang penting kamu bisa terus kuliah, dan juga bisa tetap bekerja." ujar bang Salman sambil sedikit menepuk-nepuk bahu ku.

*****

Akhirnya aku tinggal dan bekerja bersama bang Salman. Aku merasa sangat bersyukur akan hal tersebut. Bang Salman datang pada saat yang tepat.

Karena sudah tinggal se rumah dan tidur satu kamar, aku mulai menceritakan beberapa bagian dari perjalanan hidupku, meski masih ada beberapa hal yang aku tutupi dari bang Salman.

Aku dan bang Salman pun akhirnya menjadi dekat dan akrab. Aku bekerja membantunya mempersiapkan dagangannya saat aku sudah pulang kuliah. Aku juga membantu bang Salman melayani pembeli.

Ternyata pisang crispy bang Salman memang sudah cukup terkenal. Pelanggannya juga sudah banyak. Apa lagi bang Salman juga menjual pisang crispy nya secara online.

Banyak dari para pelanggan bang Salman adalah cewek-cewek ABG, yang sepertinya mereka sangat menyukai ketampanan dan kegagahan bang Salman.

Kadang aku merasa cemburu melihat kemesraan para pelanggan cewek kepada bang Salman, meski aku juga kadang tidak terlepas dari kata-kata gombal para cewek ABG tersebut.

Dan sejak kehadiranku membantu bang Salman, dagangannya juga semakin laris. Aku pun mendapatkan upah yang cukup banyak dari bang Salman.

Aku mulai merasa nyaman tinggal dan bekerja bersama bang Salman. Semakin lama aku pun semakin mengagumi bang Salman. Apa lagi setiap malam kami selalu tidur berdua di kamarnya.

Sementara sikap bang Salman padaku juga sangat baik. Ia memperlakukan aku sudah seperti adiknya sendiri. Dan aku merasa bahagia dengan semua itu.

Hingga pada suatu pagi, saat itu aku baru saja selesai mandi dan hendak berganti pakaian di dalam kamar. Tiba-tiba aku mendengar suara dua orang laki-laki sedang berdebat di ruang depan.

"oh, jadi sekarang kamu punya simpanan berondong?!" suara seorang laki-laki terdengar ketus.

"maksud kamu apa?" itu suara bang Salman, tak kalah ketus nya.

"kamu pacaran, kan? Sama pembantu lelaki mu itu?!" suara laki-laki itu terdengar semakin ketus penuh kemarahan.

"kamu jangan sembarangan ya, Jhon! Sabri bukan pembantu, dan kami tidak punya hubungan apa-apa.." bang Salman membalas lagi.

"lalu kalau kalian tidak punya hubungan apa-apa, kenapa kamu gak mau kita balikan lagi?!" suara laki-laki yang di panggil itu terdengar kembali.

"saya capek, Jhon. Setiap kali kita bertemu kita selalu bertengkar. Kita sudah teramat sering, putus nyambung putus nyambung. Saya sudah gak sanggup lagi.." lirih suara bang Salman.

"alah.. omong kosong! Bilang aja kalau kamu sekarang lebih sayang sama berondong peliharaan mu itu kan?!" suara Jhon terdengar semakin ketus.

"terserah kamu, Jhon. Yang pasti saya gak ingin kembali sama kamu. Dan sekarang kamu boleh pergi dari rumah saya.." suara bang Salman tegas.

"awas kamu ya, Salman! Kamu lihat aja nanti, kamu pasti akan mengemis meminta aku kembali.." setelah berkata demikian, aku mendengar langkah kaki menjauh, keluar rumah.

Sesaat kemudian aku melihat bang Salman masuk ke kamar dengan wajah sedikit murung.

"siapa orang itu, bang?" tanyaku spontan.

Bang Salman menatapku sekilas, kemudian berujar, "bukan siapa-siapa.." suaranya sedikit ketus.

Aku jadi tidak berani bertanya lebih lanjut, melihat reaksi bang Salman tersebut.

Meski aku tidak tahu pasti, namun aku sudah bisa mengira siapa laki-laki yang bernama Jhon tersebut.

Namun aku belum berani untuk menyimpulkan.

Hanya saja, jika dugaan ku benar, berarti bang Salman juga sama seperti ku. Ia juga seorang gay.

Ah, tiba-tiba hatiku merasa sedikit senang. Jika benar bang Salman juga seorang gay, itu berarti aku punya sedikit harapan untuk bisa memiliki laki-laki tampan nan kekar tersebut.

Tapi aku tidak berani terlalu berharap. Sekali pun bang Salman adalah seorang gay, ia belum tentu tertarik padaku.

Namun setidaknya sekarang, aku punya banyak kesempatan untuk mendekati bang Salman. Apa lagi saat ini, ia pasti sedang patah hati.

*****

Berbulan-bulan berlalu, bang Salman pun semakin terbuka padaku.

Apa lagi semenjak aku memergokinya sedang bertengkar dengan lelaki bernama Jhon tersebut.

Bang Salman akhirnya dengan jujur bercerita tentang siapa dia sebenarnya.

"kamu ingat, kalau aku pernah cerita, bahwa aku pernah di bantu seseorang ketika berada di jalanan?" bang Salman memulai ceritanya.

"orang yang aku maksud adalah orang yang sama yang sempat kamu dengar bertengkar dengan ku beberapa waktu yang lalu itu. Namanya Jhon. Ia yang telah membantu aku dan membawa aku bekerja dengannya."

"awalnya aku mengira ia tulus membantuku. Tapi setelah beberapa bulan aku tinggal dan bekerja bersamanya, aku akhirnya tahu, kalau ia membantuku hanya untuk bisa mendapatkanku."

"aku mencoba menolak awalnya, namun ia terus memaksaku. Aku pun akhirnya hanya bisa pasrah, ketika Jhon untuk pertama kalinya memaksaku merasakan 'pisang'nya. Selain itu, aku juga merasa berhutang budi padanya.."

"hari-hari selanjutnya Jhon semakin sering memintaku melayaninya. Meski pun awalnya aku tidak suka, tapi lama kelamaan, aku pun mulai terbiasa dengan hal tersebut. Pelan-pelan aku pun mulai menyukai Jhon."

"Jhon tiga tahun lebih tua dariku. Ia mewarisi usaha pisang gorengnya dari orangtua nya. Sejak kedua orangtua nya meninggal, ia yang mengambil usaha tersebut. Dan sejak ia memungutku di jalanan, kami pun menjalankan usaha itu bersama."

"semakin hari hubungan kami semakin parah dan tak terkendali. Karena takut dicurigai orang-orang, aku pun memutuskan untuk pindah dan membuka usahaku sendiri. Namun meski pun kami tak lagi tinggal serumah, kami masih terus berhubungan."

"aku sebenarnya sangat menyayangi Jhon. Namun Jhon terlalu posesif dan pencemburu. Aku merasa mulai tidak nyaman. Ia sering memarahiku tanpa sebab, dan selalu mengungkit-ungkit semua kebaikannya padaku."

"aku sebenarnya sudah sering meminta putus darinya. Meski awalnya ia setuju, tapi tetap saja beberapa hari kemudian, ia akan datang lagi dan meminta aku untuk kembali. Setiap kali ia datang meminta maaf dan berjanji akan berubah, aku selalu memberinya kesempatan."

"namun Jhon akan selalu mengulangi sifat buruknya tersebut, bahkan semakin lama semakin parah. Aku tak sanggup lagi menghadapi sikapnya yang egois. Karena itu, aku pun memutuskan meski hatiku masih menyayanginya."

"dan saat kamu mendengar kami bertengkar itu, Jhon juga awalnya datang untuk meminta maaf dan mengajak aku balikan. Tapi aku untuk pertama kalinya dengan tegas menolak permintaan maafnya. Karena itulah hari itu, ia jadi berkata kasar padaku."

"meski hatiku sakit, namun aku merasa cukup lega, bisa terlepas dari Jhon. Aku berharap dia bisa menyadari kesalahan dan benar-benar berubah. Tapi aku tidak berharap untuk kembali lagi padanya, sekali pun ia telah berubah nantinya."

begitu cerita bang Salman tentang kisah cintanya bersama Jhon.

****

Hari-hari selanjutnya, aku dan bang Salman jadi kian akrab. Meski aku belum berani bercerita tentang siapa aku sebenarnya pada bang Salman. Tapi aku selalu berusaha menghibur bang Salman agar bisa melupakan sosok Jhon.

"kamu gak geli, Sab? Tidur dekat-dekat saya?" tanya bang Salman suatu malam.

"geli? kenapa saya harus geli, bang?" balasku balik bertanya.

"kamu kan tahu, Sab. Kalau aku ini bukan laki-laki normal. Kamu gak takut kalau aku jamah?" suara bang Salman serak.

"ngapain aku takut, bang. Justru aku senang bisa tidur dekat-dekat bang Salman." ucapku tanpa sadar.

"lagi pula, saya sepertinya suka sama pisang crispy nya bang Salman.." lanjutku akhirnya lebih terbuka, karena sudah terlanjur keceplosan.

Bang Salman tiba-tiba menatapku tajam. Pandangannya tidak bisa aku defenisikan.

"kamu mau gak nyobain pisang crispy abang?" tanya nya kemudian.

"kan setiap hari aku memang makan pisang crispy nya bang Salman.." selaku pura-pura tidak paham.

"ah kamu, Sab. tadi kamu yang memancing, sekarang kok malah pura-pura gak paham." balas bang Salman dengan nada lesuh.

Untuk sesaat kami kembali terdiam, tenggelam dalam pikiran kami masing-masing.

Aku sebenarnya tahu maksud bang Salman. Tapi aku masih takut untuk jujur padanya.

Bukankah aku pergi dari kost ku yang lama untuk menghindari hal tersebut, tapi mengapa sekarang aku malah tergoda oleh bang Salman.

Niatku untuk berubah ternyata tidak mudah. Meski pun dari awal aku sangat menyukai bang Salman, namun aku tidak pernah berharap untuk bisa menjalin hubungan asmara dengannya.

Tapi... aku juga tidak bisa menghindar dari pesona pria tampan nan gagah si pemilik usaha pisang crispy enak tersebut.

Ah, aku jadi bingung.

Haruskah aku melewatkan kesempatan indah untuk bisa bersama bang Salman dan menikmati pisang crispy nya setiap hari?

Agar aku bisa meluruskan niatku untuk berubah.

Atau aku biarkan saja bang Salman masuk lebih dalam ke hatiku, dengan menerima kehadiran cintanya?

Yang berarti aku akan kembali terjerumus, dalam dunia yang selama ini selalu berusaha aku hindari.

Apa selanjutnya yang akan terjadi antara aku dan bang Salman?

Mungkinkah kami akan bisa menyatu? Sementara masih ada sisa-sisa pisang Jhon di hati bang Salman?

Atau mampukah aku menolak pesona dari cowok penjual pisang crispy itu?

Atau mungkinkah aku akan tenggelam di dalam cinta yang tak berujung tersebut?

Tunggu jawabannya di part berikutnya ya..

*****

Bersambung ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Layanan

Translate