Aku seorang driver ojek online. Sudah lebih dari dua tahun aku menjalani profesi tersebut. Ada begitu banyak pengalaman yang aku dapatkan selama aku menjadi seorang driver ojek online. Suka duka telah aku alami dan aku tempuh dengan penuh kesabaran dan rasa syukur.
Pengalaman-pengalaman itu aku jadikan pelajaran dalm hidupku.
Menjadi seorang driver ojek online, sebenarnya adalah pilihan terakhir yang aku punya, sejak aku di PHK dari pekerjaan lama ku, sebagai karyawan di sebuah perusahaan.
Sebagai seseorang yang sudah menikah dan sudah punya dua orang anak, aku memang harus tetap bekerja. Dan pekerjaan apa pun akan aku jalani, demi membiayai keluarga kecil ku.
Kami sekeluarga masih hidup dan tinggal di rumah kontrakan kecil, demi untuk menghemat biaya. Anak ku yang pertama sudah kelas enam SD, sedangkan anak ku yang kedua sudah kelas dua SD. Jadi aku memang harus kerja keras, untuk bisa membiayai sekolah anak-anak ku dan juga untuk biaya hidup kami sehari-hari.
Penghasilan ku sebagai ojek online memang tidak seberapa, karena itu kami sekeluarga harus bisa hidup sehemat mungkin.
Terlepas dari seberapa berat beban kehidupan yang harus aku jalani, aku selalu berusaha untuk tidak mengecewakan para pelanggan ojek ku. Aku selalu berusaha untuk memberikan pelayanan terbaik, kepada siapa pun yang memakai jasa ojek ku.
Pernah pada suatu kesempatan, aku mendapatkan sebuah orderan dari salah seorang pelanggan. Dia memesan makanan secara online, dan kebetulan aku mendapatkan orderan untuk mengantar makanan tersebut ke rumahnya.
Melalui aplikasi ojek online tersebut, aku mengetahui kalau orang yang memesan makanan tersebut adalah seorang perempuan. Namanya Tina. Sebut saja begitu.
Perempuan yang aku ketahui bernama Tina itu, ternyata tinggal di sebuah apartemen mewah. Saat aku sampai ke sana, aku pun coba menghubunginya. Dan orang itu meminta aku mengantarnya langsung ke atas, tepatnya ke lantai tiga, di mana apartemennya berada.
Aku pun segera menuju lantai atas, saat sudah berapa tepat di depan pintu apartemennya tersebut, aku pun mengetuk pintu. Sesaat kemudian, seorang wanita paroh baya muncul dari ambang pintu.
Wanita itu sedikit berwajah masam. Ia kemudian berucap,
"kenapa lama kali, sih?" katanya cukup kasar.
"ini sudah sesuai jadwal loh, mbak." balas ku membela diri.
"tapi aku pesannya sudah satu jam yang lalu, masa' baru datang sekarang?" sela wanita itu lagi.
"berarti restorannya yang telat masaknya, mbak." ucap ku masih berusaha membela diri.
"kamu jangan banyak alasan ya. Pokoknya kalau telat ya telat. Aku gak mau bayar." suara wanita itu sedikit mengeras.
"tapi, mbak. Aku sudah capek-capek loh, mbak. Datang ke sini. Lagi pula ini kan bukan salah saya." suara ku sedikit memelas.
"ya udah, kalau kamu mau aku mengambil pesanan ini dan membayarnya. Kamu masuk dulu ke dalam." ucap wanita itu, sedikit melunak.
"baiklah, mbak. Jika itu yang mbak ingin kan, asalkan pesanannya tidak di batalkan." balasku pasrah.
Wanita itu pun membuka pintu apartemen lebih lebar, agar aku bisa masuk. Saat aku sudah berada di dalam, wanita itu pun mengunci pintu apartemennya dari dalam.
"kenapa pintunya di kunci, mbak?" tanya ku heran.
"kamu mau aku bayar kan?" wanita itu bertanya balik.
"iya." jawabku lemah.
"ya udah, kamu turuti aja semua keinginan ku, bahkan aku akan bayar kamu sepuluh kali lipat dari harga pesanan makanan yang kamu bawa itu, jika kamu bersedia memberi pelayanan lebih padaku." ucap wanita itu, suaranya mulai melunak.
"maksud mbak apa?" tanya ku polos.
"kamu pasti ngerti maksud saya apa. Jika kamu mau, kamu gak perlu capek-capek keliling cari pelanggan di luaran sana. Cukup kamu menemani saya t!dur sore ini, hanya satu jam kok paling lama. Kamu bisa dapat uang yang banyak dari saya. Bahkan melebihi penghasilan kamu selama satu hari ini." jelas wanita itu blak-blakan.
Aku pun terdiam. Aku memang sudah mengerti maksud dari wanita tersebut. Namun aku terus berpikir, jika aku menerima ajakan mbak Tina, itu artinya aku telah mengkhianati istri ku, dan juga itu artinya, aku telah kehilangan harga diri ku sebagai seorang laki-laki, karena rela menju4l dir! demi mendapatkan sejumlah uang.
"maaf, mbak. Aku gak bisa. Aku sudah punya istri dan anak." ucapku akhirnya.
"kalau kamu gak mau, aku akan cancel pesanan ini dan memberi penilaian buruk atas kinerja kamu sebagai seorang driver." balas mbak Tina tajam.
"dan lagi pula dalam hal ini, kamu gak di rugikan apa-apa loh. Kamu justru dapat dua keuntungan sekaligus. Kamu dapat uangnya dan juga enaknya. Kamu jangan suka menolak rejeki seperti itu, dong. Apa aku ini tidak menarik di mata kamu." lanjut mbak Tina lagi, dalam upayanya untuk membujuk ku.
Sebenarnya secara fisik, mbak Tina memang cukup menarik. Meski pun tidak terlalu cantik, namun postur tubuhnya cukup seksi. Apa lagi saat itu, mbak Tina hanya memakasi baju tidur tip!s yang sedkit tr4nspar4n.
Jujur, aku pun mulai tergod4 sebenarnya, apa lagi uang yang di tawarkan mbak Tina juga cukup banyak. Seperti yang ia katakan, aku dapat dua keuntungan sekaligus.
Dengan pertimbangan yang singkat, aku pun akhirnya menerima tawaran mbak Tina sore itu. Aku tak perlu berpikir panjang lagi untuk membuat keputusan. Kapan lagi coba? Dapat kesempatan istimewa seperti ini?
"oke. Aku mau. Tapi aku harap mbak Tina menepati janji mbak, untuk membayar saya mahal." ucapku akhirnya.
"uang bukan masalah bagi saya. Dan keputusan mu itu sangat tepat." balas mbak Tina dengan senyum mengembang.
Lalu kemudian terjadi lah hal tersebut. Hal yang tidak bisa aku hindari. Dan sebenarnya memang tidak ingin aku hindari.
Mbak Tina memang cukup agres!f. Terlihat sekali kalau ia memang sudah sangat berpengalaman dalam hal tersebut. Dan sepertinya aku bukanlah korban pertamanya dalam hal tersebut.
Aku pun mencoba mengimbanginya. Sebagai laki-laki aku memang tidak mau kalah. Aku juga ingin membuktikan diri, kalau aku pantas untuk di bayar mahal.
*****
Begitulah salah satu kisah yang pernah aku alami sebagai seorang driver ojek online. Sebuah kisah yang membuat aku menjadi seorang pengkhianat. Namun kisah itu hanya aku pendam sendiri.
Aku memang mendapatkan sejumlah uang dari mbak Tina, bahkan jumlah uang yang aku terima melebihi dari yang aku harapkan.
Namun rasa bersalah selalu menghantui ku sepanjang perjalanan hidupku. Aku merasa telah mengkhianati istri dan anak-anak ku.
Sebagai seorang kepala rumah tangga, aku memang punya tanggungjawab terhadap keluarga ku. Tapi bukan berarti aku harus menghalalkan segala cara untuk mendapatkan sejumlah uang.
Namun apa pun itu, semua telah terjadi. Dan penyesalan selalu datang belakangan.
Hanya saja kejadian tersebut, akan aku jadikan pelajaran untuk ku ke depannya. Agar aku lebih berhati-hati lagi dalam melangkah.
Aku tidak ingin terjebak lagi dalam godaan h4srat sesaat, yang membuat aku hanya akan terus di hantui rasa bersalah.
Semoga saja ke depannya aku bisa menjadi lebih baik lagi.
Ya, semoga saja.
****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar