Istri tetangga ku

Istilah rumput tetangga terlihat jauh lebih hijau, itu benar-benar berlaku padaku.

Berawal dari kepindahan kami sekeluarga, istri dan dua orang anakku, ke sebuah kompleks perumahan.

Kami pindah karena kebetulan rumah tersebut di jual murah oleh pemiliknya. Selama ini, kami masih tinggal di rumah kontrakan kecil.

Aku dan istriku menguras semua tabungan kami, untuk bisa membeli rumah tersebut.

Aku hanya seorang karyawan biasa di sebuah perusahaan kecil. Gajiku tidak seberapa, meski sebenarnya masih cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga kecil ku. Apa lagi istriku juga bekerja. Ia bekerja di sebuah rumah sakit, bukan sebagai perawat atau pun dokter, tapi ia bekerja di kantin rumah sakit tersebut.

Istriku bekerja hanya pada sore hingga malam hari, dari jam dua sore sampai jam sepuluh malam. Istri ku sengaja mengambil jam kerja sore, agar ia punya waktu pada pagi dan siang hari untuk mengurus rumah dan juga mengurus anak-anak kami.

Jadi kalau sore sampai malam, giliran aku yang menjaga anak-anak.

Sejak kami pindah, kami harus mulai membiasakan diri dengan lingkungan baru kami. Mulai berkenalan dengan para tetangga.

Beruntunglah rumah baru kami itu, tidak jauh dari tempat kerja ku dan juga tempat kerja istri ku. Sekolah anak-anak kami juga, berada di dalam kompleks perumahan tersebut. Sebenarnya itu juga yang menjadi alasan utama kami, untuk membeli rumah tersebut.

Anak ku yang pertama, perempuan, sudah kelas lima SD, sedangkan anak kami yang kedua, laki-laki, sudah kelas dua SD. Aku sendiri sudah berusia 40 tahun, sedangkan istri ku sudah berusia 37 tahun.

Pernikahan kami pun sebenarnya baik-baik saja, bahkan boleh di bilang cukup bahagia, meski kami hidup pas-pasan.

****

Di tempat tinggal baru ku itu, ada sebuah keluarga yang rumahnya berdampingan dengan rumah kami. Dari yang aku ketahui, keluarga itu baru memiliki seorang anak, sekitar delapan tahun usianya.

Sang suami bernama Yopi, adalah seorang satpam di sebuah bank. Sementara sang istri hanya seorang ibu rumah tangga biasa, namanya Rani. Namun begitu Rani punya usaha jualan online, untuk membantu pendapatan suaminya.

Yopi kalau aku perkirakan mungkin baru berusia, sekitar 31 tahun. Sedangkan Rani, masih kelihatan muda, mungkin baru 28 tahun usianya.

"kami memang nikah muda, mas." jelas Rani pada suatu sore, ketika kami ngobrol di depan rumahnya. kebetulan anakku bungsu sedang bermain bersama anaknya.

Karena sering ngobrol, aku dan Rani pun menjadi dekat. Apa lagi setiap sore, aku selalu menemani anak-anak ku bermain di depan rumah. Sementara Rani juga sering duduk-duduk di teras rumahnya saat sore hari, sambil melihat anaknya bermain.

Sebagai seorang satpam, Yopi memang bekerja secara bergantian. Kadang ia masuk kerja pagi dan pulang malam, kadang ia masuk kerja malam dan pulang di pagi harinya.

Sementara aku, berangkat kerja pagi hari dan pulang sore harinya, saat istriku sudah berangkat kerja. Biasanya sebelum aku pulang kerja, anak-anak bermain di rumah Rani. Setidaknya sejak kami pindah ke perumahan tersebut.

Saat aku sudah pulang kerja, aku langsung menjemput anak-anak ku di rumah Rani, hal itu juga yang membuat aku dan Rani jadi cepat dekat dan akrab.

Kedekatan dan keakraban kami, ternyata dia,-diam mampu menumbuhkan rasa nyaman dalam hatiku.

Aku mulai mengagumi sosok Rani. Karena jujur saja, jika di bandingkan dengan istriku, Rani memang lebih cantik, dan juga masih seksi, apa lagi Rani masuh cukup muda.

Selain itu, Rani juga baik, lembut dan penuh perhatian. Dia juga memperlakukan anak-anak ku dengan baik. Hal itu membuat aku semakin menyukainya.

Aku jadi sering mengkhayalkan Rani. Aku semakin sering memikirkannya. Senyumnya yang ramah, matanya yang teduh, dan tubunya yang ramping dan indah. Semua itu benar-benar membuat aku menggilainya.

Aku tahu, apa yang aku rasakan terhadap Rani adalah sebuah kesalahan. Namun aku tidak mampu untuk menolak, hadirnya rasa tersebut.

Karena itu pada suatu malam, saat istriku belum pulang kerja, dan saat suami Rani juga masih kerja, serta saat anak-anak sudah tertidur. Aku beranikan diri untuk mendatangi rumah Rani.

"ada apa, mas?" tanya Rani heran, saat ia membukakan pintu untukku.

"anak-anak sakit?" tanya Rani lagi, melihat aku yang terbengong sesaat.

Tadinya aku memang merasa berani untuk mengatakannya, namun saat sudah berhadapan langsung dengan Rani, tiba-tiba nyali ku ciut.

Tapi aku sudah terlanjur datang ke sini. Aku juga sudah tidak bisa menahan perasaan ku lagi.

"aku... aku boleh masuk?" tanyaku akhirnya, meski dengan suara bergetar.

"maaf, mas. Tapi suami ku tidak sedang di rumah. Sebenarnya ada apa, mas?" balas Rani.

"aku... aku ... suka sama kamu, Rani. Aku ingin memiliki kamu." suaraku benar-benar bergetar mengatakannya.

Ku lihat mata Rani sedikit terbelalak mendengar kalimat ku barusan. Ia seperti tak percaya dengan apa yang barusan aku ucapkan.

"kamu jangan gila, mas. Kita sudah sama-sama punya pasangan." balas Rani akhirnya, suaranya berat.

"iya, aku tahu, Rani. Tapi aku benar-benar telah jatuh cinta sama kamu. Aku tak bisa lagi membendung semua rasa ini. Izinkan aku masuk, Ran. Dan biarkan aku bersama mu malam ini." ucapku semakin berani.

"tapi... tapi... aku... " suara Rani terbata.

Karena sudah tidak bisa menahan keinginan ku untuk bisa merasakan Rani malam itu, aku pun repleks mendorong tubuh Rani ke dalam, dan segera menutup dan mengunci pintu rumah itu dari dalam.

"mas mau apa?" suara Rani bergetar.

"aku mau kamu, Rani." balasku tegas.

"tapi aku gak bisa, mas. Aku takut suami ku tahu, dan aku juga takut, kalau istri mas juga tahu." suara Rani mulai melemah.

"kamu tenang aja, Rani. Tidak bakal ada yang tahu, kok." balasku yakin.

"mas yakin, kalau mas benar-benar menginginkan aku?" tanya Rani akhirnya, setelah ia terlihat berpikir beberapa saat.

"aku yakin, Rani. Kamu sangat cantik dan seksi sekali. Aku sudah tidak tahan lagi melihat kamu. Aku ingin memiliki kamu." suaraku bergetar, bukan karena takut, tapi karena aku benar-benar telah di kuasai oleh hasrat ku untuk bisa memiliki Rani malam itu.

"baiklah, mas. Kalau begitu mari kita ke kamar ku aja." ajak Rani akhirnya, dan aku pun tersenyum senang.

"tapi mas harus janji, kalau ini hanya akan menjadi rahasia kita berdua." ucap Rani lagi, sambil membukakan pintu kamarnya.

"aku janji, Ran." balasku lugas.

Dan begitulah, malam itu untuk pertama kalinya, aku dan Rani melakukan hal tersebut.

Rani benar-benar penuh pesona, aku dibuatnya terbuai dalam lautan keindahan penuh warna.

*****

Sejak malam itulah, aku dan Rani pun jadi punya hubungan khusus. Hubungan rahasia, yang hanya kami berdua yang tahu.

Kami selalu mencari-cari kesempatan untuk bisa menghabiskan waktu berdua. Apa lagi, istriku dan juga suami Rani, memang hampir setiap malam tidak berada di rumah. Jadi kesempatan kami untuk bersama sangat besar.

Hubungan ku dengan Rani telah mampu menumbuhkan semangat baru dalam hatiku. Aku jadi punya tujuan baru dalam hidup. Aku sangat bahagia dengan semua itu. Demikian juga Rani.

Namun kami harus mampu bersikap biasa saja, saat di depan pasangan kami masing-masing.

Dan begitulah hubungan ku dengan Rani terjalin. Hingga saat ini, kami masih terus bersama.

Aku tidak tahu, sampai kapan hubungan terlarang kami ini akan bertahan, namun selama kami masih bisa bersama, kami akan tetap bersama. Menikmati indahnya cinta kami.

****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Layanan

Translate