Menikahi istri sahabat ku

Aku punya seorang sahabat, namanya Leonardo. Aku biasa memanggilnya Leo.

Leo memang seorang keturunan bule. Papanya asli dari Argentina, sedangkan Mamanya dari Indonesia.

Perpaduan dua orang dari negara yang berbeda itu, telah menghasilkan seorang Leonardo yang sempurna.

Dia tampan dan gagah, tubuhnya jangkung. Dada dan lengannya berotot. Sungguh sosok laki-laki yang sempurna. Tidak ada seorang wanita pun yang tidak tertarik padanya.

Aku mengenal Leo, sejak kami sama-sama kuliah. Kami kuliah di kampus, fakultas dan kelas yang sama.

Duduk bersebelahan dengannya, membuat kami tiba-tiba saja menjadi dekat dan akrab.

Selama masa kuliah, Leo memang selalu jadi idola kaum hawa. Semua orang memujanya, dan aku merasa bangga bisa menjadi sahabatnya.

Leo pun tidak menyia-nyiakan kelebihannya itu. Dia sering memacari cewek-cewek yang mengejarnya. Bahkan dia juga sering berpacaran dengan beberapa cewek sekaligus dalam waktu bersamaan. Leo memang terkenal cukup playboy ketika kuliah. Namun tetap saja para cewek-cewek itu selalu mengejarnya.

Lima tahun kami bersahabat, sampai akhirnya kami sama-sama lulus kuliah. Dan pada akhirnya kami pun bekerja di perusahaan yang sama. Hal itu membuat persahabatan kami semakin erat.

Di tempat kerja kami itu, ada seorang cewek cantik yang jadi primodana di kantor tempat kami bekerja. Namanya Luna. Cantik dan menawan.

Sejak pertama melihat Luna, aku memang sudah tertarik padanya. Aku bahkan telah jatuh cinta padanya, ketika akhirnya kami pun berkenalan. Namun sepertinya Luna hanya bersikap biasa saja padaku. Dia justru lebih sering memperhatikan Leo.

Aku coba memakluminya, karena Leo memang lebih segalanya dariku. Tapi aku sudah terlanjur jatuh cinta pada Luna. Karena itu aku pun memberanikan diri, untuk mengnungkapkan perasaan ku padanya.

Luna pun menolak ku. Dan aku merasa kecewa. Namun yang paling membuat aku semakin merasa kecewa, Luna justru akhirnya berpacaran dengan Leo.

Sebenarnya mereka pasangan yang cocok. Namun tetap saja aku merasa tidak rela. Karena aku tahu persis reputasi Leo dalam dunia percintaan. Dia sering mempermainkan perasaan cewek. Dan aku tidak rela, kalau Leo juga akan mempermainkan perasaan Luna.

Aku pun memberanikan diri menceritakan tentang siapa Leo sebenarnya kepada Luna. Namun tentu saja Luna tidak percaya.

Aku pun akhirnya menyerah dan membiarkan Luna dan Leo menari indah di atas luka ku. Meski pun Leo tidak tahu, kalau aku pernah menembak Luna, sebelum mereka jadian. Aku yakin Luna juga tidak akan menceritakannya. Karena Luna juga tahu, betapa dekatnya aku dan Leo.

Namun di luar dugaanku, Leo dan Luna akhirnya pun menikah. Selain merasa kecewa, aku juga tidak menyangka kalau Leo akan sebegitu seriusnya dengan Luna. Padahal selama ini, yang aku tahu, Leo belum pernah bertahan lebih dari setahun jika berpacaran.

Tapi kali ini, Leo justru menikahi Luna, walau pun mereka belum genap satu tahun pacaran.

Aku pernah berharap, kalau hubungan Leo dan Luna akan berakhir setelah satu tahun. Tapi nyatanya, mereka justru sepakat untuk menikah.

Sekali lagi, aku harus merelakan hal tersebut. Mungkin Luna memang bukan jodohku. Mungkin Luna dan Leo memang sudah di takdirkan untuk bersama.

Aku pun mulai belajar untuk melupakan Luna.

****

Setahun Luna dan Leo menikah. Aku masih dengan kesendirian ku. Meski pun aku sudah bisa melupakan Luna.

Apa lagi Luna, setelah menikah, ia pun berhenti kerja, atas permintaan Leo.

Aku dan Leo masih tetap bersahabat. Kami masih sering menghabiskan waktu bersama. Terutama saat di kantor.

Setahun menikah, aku belum mendengar kabar, kalau Luna hamil. Entah mereka memang sengaja menunda kehamilan Luna. Atau karena memang mereka belum di beri kesempatan untuk punya keturunan.

Aku tak tahu. Aku juga tidak berani bertanya hal itu pada Leo. Lagi pula itu bukan urusan ku lagi.

Hingga pada suatu saat, aku berkunjung ke rumah Leo. Karena Leo mengabarkan hari itu dia tidak masuk kerja. Aku pikir dia sakit, untuk itu aku datang menjenguknya.

Sesampai di rumah Leo, yang ada hanya Luna. Menurut keterangan Luna, Leo tidak masuk kerja, karena harus mengurus pasport nya, untuk pulang ke Argentina.

Ternyata papa Leo yang sudah kembali ke Argentina, setelah mamanya Leo meninggal dunia beberapa tahun yang lalu, mengalami kecelakaan parah, dan kabar terakhirnya ia pun meninggal.

Sebagai putra satu-satunya, Leo memang berniat untuk mengikuti pemakaman papanya. Karena itu ia segera mengurus pasport dan juga sekalian membeli tiket pesawat, untuk ia pulang ke Argentina.

Setelah segala urusan tetek bengek surat menyuratnya itu selesai, Leo pun terbang ke Argentina malam harinya. Dia pergi sendiri. Luna tidak bisa ikut, demi menghemat biaya.

"aku ingin kamu menjaga Luna, selama aku di Argentina." begitu pesan Leo, saat aku dan Luna mengantarnya di bandara.

"kamu tenang aja, Leo. Kamu hati-hati, ya." balasku.

Dan begitulah, selama Leo berada di Argentina, aku jadi sering datang ke rumah Luna. Meski pun sebenarnya Luna merasa keberatan akan hal itu.

Tapi Luna tidak bisa menolak kehadiran ku, karena itu merupakan amanah dari Leo, suaminya.

****

Seminggu Leo pergi, aku dan Luna jadi sering menghabiskan waktu bersama. Setiap pulang kerja, aku sempatkan untuk mampir ke rumahnya. Luna juga mulai bisa menerima kehadiran ku. Kami jadi sering ngobrol, meski pun pembicaraan kami hanya bersifat hal-hal yang umum.

Sampai akhirnya sebuah kabar pilu datang kepada kami. Pesawat yang di tumpangi Leo, ketika ia akan pulang ke Indonesia, mengalami kecelakaan.

Semua penumpang dalam pesawat tersebut, di kabarkan tidak ada yang selamat seorang pun. Termasuk Leo.

Kabar itu benar-benar membuat Luna terpukul, demikian juga aku. Biar bagaimana pun, Leo adalah sahabat terbaik ku.

Kehilangan Leo membuat Luna jadi kehilangan keseimbangan. Dia menjadi begitu rapuh.

"aku sedang hamil, Bas." ucap Luna. Dan hal itulah yang ternyata membuat ia semakin terluka akan kehilangan Leo.

"dan Leo belum tahu hal ini. Aku ingin menceritakannya ketika ia pulang ke Indonesia. Karena aku juga baru tahu, kalau aku hamil. Tapi ... sekarang Leo sudah tidak ada. Dan dia belum sempat tahu, kalau dia akan jadi seorang ayah." cerita Luna dengan terisak.

Tubuhku terasa lemas tiba-tiba mengetahui hal tersebut. Aku bisa membayangkan betapa terpukulnya Luna saat ini. Dia harus kehilangan orang yang ia cintai, di saat ia benar-benar membutuhkannya.

"kamu yang sabar ya, Lun." ucapku mencoba menghibur.

"tapi... anak ku akan lahir, tanpa seorang ayah, Bas." suara Luna masih serak.

"aku akan menjadi ayahnya, Lun." ucapku tanpa sadar.

"aku tidak ingin di kasihani, Bas. Kamu gak usah sok jadi pahlawan." balas Luna.

"aku tidak sedang mengasihi kamu, Lun. Aku juga tidak ingin jadi pahlawan dalam hidupmu. Aku hanya ingin membantu Leo dan juga calon anaknya. Biar bagaimana pun Leo adalah sahabat terbaik ku. Dan kamu masih ingat, kan? Pesan terakhir Leo padaku? Dia ingin aku menjaga kamu, Luna. Dan aku siap melakukan hal itu, untuk Leo." ucap ku yakin.

Luna pun tidak berkata apa-apa lagi. Aku yakin, dia tidak akan bisa menolak tawaran ku. Karena saat ini, hanya aku satu-satunya orang yang dekat dengannya. Dan lagi pula, dia juga sudah tahu bagaimana perasaan ku padanya.

Apa lagi, tanpa sengaja, Leo sudah berpesan agar aku menjaga Luna untuknya.

****

Beberapa bulan kemudian, aku dan Luna pun menikah. Meski pun Luna sudah dalam keadaaan hamil. Aku menikahinya, bukan lagi karena aku mencintainya. Tapi karena aku tidak ingin anaknya lahir tanpa seorang ayah. Dan lagi pula, sebagai sahabat Leo, aku merasa punya tanggungjawab akan hal itu.

Meski pun kami sudah menikah, aku tidak berusaha untuk menyentuh Luna. Aku tahu, Luna tidak mencintaiku. Aku juga tahu, kalau Luna masih butuh waktu untuk bisa menerima semua kenyataan yang terjadi.

Biar bagaimana pun, Luna baru saja kehilangan suaminya, orang yang paling ia cintai. Dan aku tidak ingin memaksanya untuk bisa melupakan Leo, atau pun untuk bisa mencintai ku.

Aku ingin semua mengalir apa adanya. Aku yakin, waktu dan keadaan akan bisa mengubah perasaan Luna padaku. Apa lagi saat ini, kami sudah berstatus suami istri yang sah.

Apa lagi mengingat saat ini, kami juga tinggal serumah. Kami setiap hari selalu bertemu. Pelan namun pasti, Luna pasti akan bisa menerima kehadiran ku dalam hidupnya.

Aku tahu, tidak mudah bagiku, menggantikan posisi Leo di hidup dan di hati Luna. Namun aku juga percaya, bahwa cinta akan tumbuh dengan seringnya kami bersama.

Dan semoga saja pernikahan kami akan bertahan selamanya.

Ya, semoga saja.

*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Layanan

Translate