Awal mula menjadi tukang pijat

Namaku Hadi. Dan aku adalah seorang tukang pijat atau biasa disebut terapis.

Aku menjalani profesi seorang tukang pijat sudah hampir dua tahun. Berawal dari ketika aku harus berhenti bekerja di sebuah supermarket, karena saat itu pandemi sedang melanda, sehingga supermarket tempat aku bekerja harus gulung tikar alias bangkrut.

Karena hidup sendiri di rantau orang, aku harus tetap bekerja agar aku bisa bertahan hidup. Dan satu-satunya keahlian yang aku punya ya hanya memijat orang. Keahlian itu aku dapat dari ayah ku yang memang telah menjadi tukang pijat di kampung sejak lama.

Saat sudah berhenti bekerja, aku pun mulai membuka praktek pijat. Aku mulai mempromosikannya di media sosial. Meski pun awalnya tidak mudah bagiku untuk mendapatkan pelanggan. Namun aku tidak pernah patah semangat. Aku terus mempromosikannya, hingga akhirnya satu persatu aku pun mendapatkan pelanggan pijat.

Aku tinggal di sebuah kamar kost. Dan di sana lah aku membuka praktek pijat ku. Selain itu, aku juga siap sedia untuk di panggil ke rumah-rumah pelanggan, atau pun ke tempat kost mau pun hotel.

Dengan tarif yang relatif murah, aku terus menjalani profesi tersebut, agar aku tetap punya penghasilan.

Meski pun upah yang aku dapat dari memijat, tidaklah selalu cukup. Namun setidaknya aku tidak harus menjadi pengemis, hanya untuk sekedar bisa makan.

Sebagai tukang pijat, tentu saja aku sudah punya pelanggan.

Pelanggan-pelanggan ku tersebut berasal dari berbagai golongan dan juga berbagai karakter. Ada perempuan ada laki-laki, ada yang tua ada yang muda. Ada dari golongan orang kaya dan ada juga yang dari golongan orang menengah ke bawah.

Awalnya aku menjalani profesi itu, benar-benar hanya sebatas memijat. Namun pada suatu kesempatan, aku mendapat seorang pelanggan wanita paroh baya. Usianya mungkin sudah mencapai 40 tahun. Namun wanita itu masih kelihatan cantik dan seksi.

Namanya Wanda. Aku memanggilnya mbak Wanda. Dari pengakuannya ia adalah istri salah seorang pejabat. Waktu itu mbak Wanda meminta aku untuk datang ke sebuah hotel yang cukup mewah.

Mbak Wanda awalnya meminta aku untuk memijatnya seperti para pelanggan-pelanggan ku sebelumnya. Hanya pijat.

Namun setelah hampir separoh aku memijatnya, tiba-tiba mbak Wanda menawarkan aku sesuatu.

Sesuatu yang tidak pernah terpikirkan oleh ku sebelumnya. Sesuatu yang di luar dugaan ku.

"kamu mau aku bayar lebih banyak gak?" tanya mbak Wanda waktu itu.

"bayar sesuai tarif aja, mbak." jawab ku polos.

"tapi aku bersedia membayar kamu mahal. Asal kamu bisa memenuhi keinginan ku malam ini." ucap mbak Wanda lagi.

"keinginan apa, mbak?" tanya ku masih terdengar polos.

"emangnya selama ini, kamu hanya sekedar memijat? Tidak ada lay4nan plus nya?" tanya mbak Wanda kemudian.

"oh, gak, mbak. Saya hanya menerima jasa pijat, tidak lebih dari itu." balas ku apa adanya.

"ya rugilah kamu. Padahal kamu punya tampang yang sangat tampan, kamu juga terlihat kekar dan gagah. Kenapa gak sekalian aja memberi pelay4nan plus kepada pelanggan kamu? Kan lumayan hasilnya, jauh lebih banyak dari pada kamu hanya sekedar memijat." ucap mbak Wanda lagi.

"tapi itu kan artinya sama saja saya ju4l diri, mbak. Saya gak mau." balas ku pelan.

"kamu gak usah sok jual mahal. Kamu jadi tukang pijat kan karena memang kamu butuh uang. Jadi kalau ada cara yang lebih gampang, kenapa kamu harus capek-capek mijat orang tapi hasilnya hanya sedikit. Lagi pula dengan memberi pelay4nan plus, kamu dapat dua keuntungan sekaligus. Kamu dapat uangnya, juga dapat en4knya kan?" ucap mbak Wanda terdengar lugas.

"iya, sih, mbak. Tapi bagi saya resikonya terlalu besar. Dan lagi pula tidak semua pelanggan saya mau menerima hal tersebut. Kebanyakan dari mereka, memang hanya sekedar pijat biasa." balasku.

"ya, kamu gak harus menawarkannya kepada semua pelanggan kamu. Kamu bisa memberikan pelay4nan plus nya kepada siapa yang mau aja. Tapi aku yakin, kalau kamu memberi kesempatan tersebut, pasti banyak pelanggan kamu yang mau. Soalnya kamu memang menarik secara fisik. Dan aku bisa jadi pelanggan pertama kamu. Bahkan mungkin aku akan menjadi pelanggan tetap kamu." ucap mbak Wanda selanjutnya.

"dan sebagai pelanggan pertama kamu yang mendapatkan pelay4nan plus nya, aku akan memberi kamu bonus yang banyak." lanjut mbak Wanda lagi, melihat aku yang hanya terdiam.

Dan aku masih terus terdiam. Berpikir.

Jika aku ingat-ingat, hasil yang aku dapat dari memijat orang memang tidak seberapa. Apa lagi aku juga tidak setiap hari mendapatkan pelanggan. Padahal saat itu, hanya memijat orang lah satu-satunya sumber pendapatan ku.

Aku mulai berpikir untuk menerima tawaran mbak Wanda. Jika hal itu bisa menghasilkan uang yang lebih banyak, kenapa tidak? Pikirku.

Lagi pula aku juga bukan laki-laki baik-baik. Aku bukan laki-laki suci. Meski pun selama ini, aku selalu berusaha mencari uang dengan cara yang baik. Tapi mendengar penjelasan dan penawaran mbak Wanda tadi, aku jadi ingin mencobanya. Lagi pula, bukan aku yang menginginkan hal tersebut, tapi justru mbak Wanda sendiri yang menginginkannya.

Setelah berpikir tidak terlalu matang, dan juga tidak terlalu panjang. Aku pun menerima tawaran dari mbak Wanda.

Mbak Wanda tentu saja merasa senang mendengar hal tersebut. Dan dia pun akhirnya menjadi pelanggan pertama ku yang aku beri kesempatan untuk mendapatkan pelay4nan plus dari ku.

Aku yang belum punya pengalaman apa-apa dalam hal tersebut, tentu saja merasa sedikit kesulitan menghadapi tingkah liy4r mbak Wanda.

Mbak Wanda memberi aku pelajaran dan pengalaman yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Dia berhasil menaklukan ku dengan baik. Dan aku merasa semua itu terlalu indah untuk tidak aku nikm4ti.

Aku pun mulai terbiasa. Aku pun mulai terh4nyut dengan perm4inan indah mbak Wanda. Perlahan namun pasti, aku semakin m4hir melakukannya.

Hingga aku benar-benar terlen4 dan terbu4i dalam perm4inan mbak Wanda yang memang sudah sangat berpengalaman dalam hal tersebut.

Dan setelah aku selesai menjalankan tugas ku tersebut, seperti janjinya, mbak Wanda pun memberi aku sejumlah uang. Uang yang di berikan mbak Wanda lebih banyak dari yang aku harapkan.

"kenapa sebanyak ini, mbak?" tanya ku heran.

"udah kamu terima aja. Uang bukan masalah bagi ku. Dan hal yang kamu lakukan tadi, sungguh luar biasa bagi ku. Meski pun kamu baru pertama kali melakukannya, tapi kamu cukup hebat dalam mengimbangi ku. Jadi wajar kalau aku memberi bayaran yang lebih." balas mbak Wanda.

"kalau begitu terima kasih banyak, mbak. Semoga ini bukan yang terakhir." ucapku berharap.

"kamu tenang aja. Nanti aku pasti akan menghubungi kamu lagi." balas mbak Wanda yakin.

Setelah mandi dan membersihkan diri, aku pun segera pamit untuk pulang.

Mbak Wanda melepaskan ku dengan senyum penuh kelegaan. Sepertinya ia benar-benar terkesan dengan ku. Dan begitu juga sebaliknya, aku juga merasa terkesan dengan mbak Wanda. Biar bagaimana pun itu adalah pengalaman pertama ku.

Dan seperti yang mbak katakan, aku memang mendapatkan dua keuntungan sekaligus. Uang dan keindahan.

*****

Sejak saat itulah, aku jadi punya dua profesi pada satu kesempatan. Meski pun tidak semua pelanggan pijat ku yang mau menerima tawaran pelay4nan plus dari ku. Namun kebanyakan dari mereka, justru merasa senang dengan tawaran ku tersebut.

Hasil yang aku dapatkan pun jauh lebih banyak dari biasanya. Bahkan jumlah pelanggan ku semakin meningkat. Terkadang ada beberapa orang dari mereka, tidak ingin aku pijat, tapi justru hanya sekedar meminta pelay4nan plus dari ku.

Dan hal itu terus terjadi, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Aku mulai terlena dengan semua itu. Aku mulai lupa diri. Yang aku pikirkan hanyalah uang dan uang. Semakin besar bayaran yang aku terima, semakin aku memberikan pelay4nan yang terbaik.

Namun ternyata semua itu tidak selamanya berjalan lancar. Praktek pijat ku tersebut, mulai di curigai. Hingga akhirnya ada yang melaporkannya ke pihak berwajib.

Dan pada suatu kesempatan, aku dan salah seorang pelanggan ku di grebek di sebuah kamar hotel. Aku tak bisa menghindari hal tersebut. Karena aku memang bersalah.

Akhirnya pihak berwajib membawa aku ke kantornya, untuk di proses secara hukum.

Setelah melalui berbagai pemeriksaan dan penyelidikan, aku pun harus mendekam di penjara selama lebih kurang empat tahun.

Aku mencoba menerima hukuman tersebut dengan lapang dada. Karena aku merasa pantas untuk menerimanya.

Selama di penjara, aku berusaha bersikap baik dan mulai memperbaiki diri. Hal itu membuat hukuman ku pun di kurangi. Aku tak harus menjalani hukuman selama empat tahun tersebut. Aku hanya berada di penjara selama dua tahun lebih. Lalu selama setahun, aku harus menjalani wajib lapor atau tahanan luar.

Setelah masa hukuman ku itu pun berakhir, aku pun memutuskan untuk kembali ke kampung halaman ku. Aku ingin memulai hidupku yang baru, dan melupakan semua kejadian di masa lalu ku.

Kesalahan-kesalahan yang aku lakukan di masa lalu, akan aku jadikan pelajaran untuk melangkah ke depannya. Aku tak ingin melakukan kesalahan yang sama di masa yang akan datang.

Semoga saja, aku benar-benar bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Setiap orang pernah berbuat salah, setiap orang pernah melakukan kesalahan. Dan setiap orang juga berhak untuk mendapatkan kesempatan kedua.

Semoga saja aku bisa memanfaatkan kesempatan kedua ku ini dengan sebaik-baiknya.

Ya, semoga saja.

****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Layanan

Translate