Kisah cinta gadis miskin (part 2)

"jadi gimana, Nur? Kamu sudah punya jawabannya?" tanya Yudhi, seminggu kemudian. Aku terdiam beberapa saat. Selama seminggu, aku memang telah memikirkan tentang keinginan Yudhi yang ingin menjalin hubungan yang serius denganku.
Meski ada sedikit keraguan, namun aku mencoba meyakinkan hatiku, jika Yudhi memang benar-benar serius denganku. Selama ini Yudhi selalu baik padaku dan juga kepada kedua adikku. Dia selalu punya cara untuk membuat aku tersenyum dan melupakan semua persoalan hidup yang harus aku hadapi setiap harinya.


"kamu yakin, Yud?" tanyaku akhirnya.
Yudhi mengangguk pelan, "ya. Saya sangat yakin..." ucapnya.
"saya hanya seorang cewek miskin dan tak punya apa-apa. Saya takut kamu akan menyesal pada akhirnya, Yud..." aku berkata sambil melirik kearah Yudhi yang berjalan tegap disampingku.
"saya justru menyukai segala kesederhanaanmu, Nur. Bagiku kamu spesial. Beda dengan cewek-cewek jaman sekarang, yang suka manja dan masih mengandalkan harta orangtua. Kamu cewek yang kuat..." Yudhi menghentikan langkah, aku turut berhenti disampingnya. Untuk sesaat kamu saling tatap.
"asal kamu mau berjanji untuk tidak akan membuat saya kecewa, saya mau, Yud.." aku berujar dengan suara bergetar.
Yudhi tersenyum, wajahnya memperlihatkan keceriaan.
"saya janji, saya gak bakal bikin kamu kecewa, Nur. Saya sangat mencintai kamu, dan saya akan berusaha untuk membuatmu selalu tersenyum..." ucapnya lembut.
Sejak saat itu, aku dan Yudhi semakin dekat. Kami saling menyayangi dan saling mencintai. Hubungan kami sungguh indah. Kehadiran Yudhi telah memberi warna tersendiri dalam hidupku. Aku merasa bahagia, hari-hariku terasa lebih indah. Yudhi semakin sering membantuku, terutama soal keuangan. Meski aku lebih sering menolaknya. Aku tak ingin terlalu melibatkan Yudhi dalam persoalan hidupku. Dengan hanya bisa menghibur dan memberikan aku motivasi, semua itu sudah lebih dari cukup bagiku. Aku mencintai Yudhi dan aku juga percaya kalau Yudhi juga benar-benar mencintaiku. Namun itu bukan alasan bagiku untuk membiarkannya mengorbankan apa saja untukku.

"kamu gak harus selalu membantuku, Yud..." ucapku suatu hari, saat kami makan disebuah warung dipinggir jalan. "aku gak ingin terlalu membebani kamu. Insya Allah aku masih mampu untuk sekedar memenuhi kebutuhan hidup kami.." lanjutku pelan.
"ya, aku tahu. Kamu wanita yang mandiri dan kuat. Tapi sebagai pacar, tidak ada salahnya aku mencoba membantu kamu, Nur. Aku hanya ingin melihat kamu selalu tersenyum. Aku tak ingin kamu terlalu larut dalam persoalan kehidupan ini..." balas Yudhi penuh perasaan.
"tapi aku merasa gak enak, Yud. Sebagian besar uang hasil kerja kamu, justru kamu habiskan untuk membantuku. Kamu kan juga punya kebutuhan, kamu juga punya keluarga.."
"selagi aku mampu, aku pasti bantu kamu, Nur. Bukankah itu salah satu makna dari sebuah hubungan, untuk saling menguatkan dan saling membantu.."
"tapi selama ini, justru aku gak pernah bantu kamu apa-apa. Kamu yang selalu berkorban untukku.."
"dengan hanya melihat kamu tersenyum, kamu sudah membantuku untuk menikmati hari-hari yang indah.." ucap Yudhi terdengar meyakinkan.
Aku hanya tersenyum tersipu.

************
Berbulan-bulan hubungan kami berjalan dengan indah. Hingga suatu hari...
Saat itu, aku sedang berjalan sendirian, untuk pergi berbelanja beberapa kebutuhan dapur, ke pasar yang berada tidak terlalu jauh dari rumah tempat kami tinggal.
Tiba-tiba dari arah yang berlawanan, seorang gadis dengan pakaian yang seksi menghampiriku.
"kamu Nur, kan?" tanya gadis itu, terdengar sedikit kasar.
Aku mengangguk pelan, menatap gadis itu dengan penuh tanya.
"kamu siapa?" tanyaku.
"siapa aku itu tidak terlalu penting. Yang harus kamu tahu, siapa Yudhi sebenarnya..." gadis itu menatapku tajam.
"maksud kamu apa?"
"kamu harus tahu siapa Yudhi sebenarnya. Yudhi gak seperti yang kamu lihat. Dia bukan tukang parkir, sepeti yang kamu tahu.." ucap gadis yang memang berparas cantik itu.
Aku semakin penasaran. Namun aku hanya terdiam.

"sebenarnya Yudhi adalah seorang anak pengusaha kaya. Dia hanya berpura-pura miskin. Saya gak tahu pasti, kenapa ia harus melakukan itu. Tapi yang pasti ia sudah membohongi kamu selama ini, dengan berpura-pura menjadi tukang parkir. Padahal ia sebenarnya anak orang kaya. Anak tunggal dari seorang pengusaha yang sangat sukses." ucapan gadis itu, benar-benar membuatku kaget dan tak percaya.
"kamu boleh tidak percaya dengan ucapanku. Tapi aku bisa membuktikannya.." gadis itu berucap lagi. Ia mengambil handphone dari dalam tas yang terselempang di bahunya. Membuka handphone itu, lalu memperlihatkan beberapa buah gambar padaku.

Di dalam handphone gadis itu, terdapat beberapa buah gambar Yudhi yang sedang berada di rumah yang sangat mewah, juga ada gambar Yudhi yang sedang berada di dalam mobil mewah. Gambar-gambar Yudhi yang sedang berada di tempat liburan, bahkan ada yang di luar negeri.
Semula aku mencoba untuk tidak percaya, namun gadis itu juga memperlihatkan sebuah video singkat, dimana Yudhi sedang bersama keluarga dan teman-temannya di sebuah pesta ulang tahun.
Aku terkesima melihat itu semua. Setengah tak percaya, aku membekap mulutku sendiri, menahan rasa sakit yang tiba-tiba mengoyak hatiku.
Kenapa Yudhi membohongiku? Untuk apa ia melakukan semua itu? Berbagai pertanyaan bermunculan di benakku. Tapi aku berusaha untuk terlihat tidak terlalu kaget, terutama karena gadis yang tidak aku kenal itu masih berdiri menatapku dengan senyum sinis.

"lalu apa maksud kamu memperlihatkan ini semua padaku..?" tanyaku kemudian dengan suara serak, setelah dengan susah payah menahan air mataku agar jangan tumpah saat itu juga.
"yah, seperti yang saya katakan, saya merasa kasihan sama kamu. Kamu gadis miskin yang dengan begitu mudahnya dibohongi. Walau sebenarnya, itu semua sudah tidak penting lagi bagi kamu. Karena yang terpenting sekarang, kamu harus sadar diri. Yudhi sangat tidak pantas untuk gadis miskin seperti kamu..." jawab gadis itu dengan nada mengejek.

Aku terdiam menahan hatiku yang terhiris. Bukan karena ucapan gadis itu yang telah dengan sengaja menghinaku. Jelas bukan karena itu, aku sudah terlalu terbiasa mendengar penghinaan seperti itu. Namun aku merasa sangat sakit, karena merasa sudah dibohongi selama ini oleh Yudhi. Padahal aku sudah terlanjur percaya padanya. Dan yang paling menyakitkan dari itu semua, aku sudah terlanjur mencintainya. Aku sudah terlanjur memberikan seluruh hatiku padanya.
Tiba-tiba saja semua perasaan cinta itu berubah menjadi sebuah kebencian. Aku akhirnya meneteskan air mataku. Aku tak sanggup lagi menahannya. Setelah tentu saja, gadis itu pergi berlalu meninggalkanku sendiri.
Langkahku gontai menuju rumah. Air mataku mengalir begitu saja tanpa bisa aku bendung. Rasanya sangat sakit. Aku yang sudah terlanjur berharap banyak pada Yudhi. Tapi akhirnya harus menelan kekecewaan. Dan hal ini yang aku takutkan dari awal. Meski tentu saja, aku tak pernah menduga, justru aku kecewa oleh hal yang terasa sangat rumit.

Yudhi membohongiku! Tapi untuk apa? tanyaku membathin. Setelah aku berada di dalam kamar sendirian. Adik-adikku sudah berangkat sekolah. Untunglah hari ini aku masuk kerja siang, hingga aku masih punya waktu untuk meratapi kepedihanku.
Memikirkan alasan apa yang paling mungkin, untuk membuat Yudhi berbohong padaku.
Selama ini ia sangat baik dan terlihat sangat jujur. Bagaimana mungkin seorang Yudhi, yang sudah aku kenal lebih dari setahun itu, bisa menutupi semua tentang dirinya yang sebenarnya.
Dia selalu bekerja jadi tukang parkir, hampir setiap harinya. Tidak ada sedikit kemungkinan pun yang bisa memperlihatkan kalau ternyata Yudhi adalah anak orang kaya.

Lalu untuk apa Yudhi berbohong dan harus berpura-pura menjadi seorang tukang parkir? Pertanyaan itu muncul lagi di benakku. Aku benar-benar dibuat tidak mengerti.
Namun apa pun alasannya, perbuatan Yudhi padaku benar-benar tidak bisa diterima. Aku merasa dipermainkan. Hatiku tergores sangat sakit. Aku benci laki-laki itu!

*********

Bersambung ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Layanan

Translate