Nico Ardiansyah. Siapa yang tidak kenal dengan cowok keren tersebut. Seluruh sekolah juga tahu siapa dia. Seorang pemain basket terbaik di SMA Hasanah. Seorang cowok tajir yang memiliki tampang dan bentuk tubuh bak aktor laga. Semua siswa di SMA Hasanah mengenalinya, terutama para cewek-cewek.
Sosok Nico yang atletis memang menjadi idaman para kaum hawa di sekolahnya. Selain pintar, ia juga terkenal dengan sosok yang ramah dan humoris.
"pokoknya, saya harus bisa mendapatkan Nico..." celetuk salah seorang cewek cantik, yang bernama lengkap Keyla Putri, kepada temannya Arini.
"semua cewek di sekolah ini juga pengen, Key..." balas Arini dengan suara datar.
"tapi saya yang lebih pantas buat dampingin cowok sekeren Nico..." balas Keyla lagi dengan nada sengitnya.
Arini hanya terdiam. Harus ia akui, kalau Keyla, temannya itu memang terkenal cantik. Keyla memang termasuk salah satu cewek favorit di sekolah. Namun selama ini, usaha Keyla untuk mendekati Nico selalu sia-sia. Nico tidak pernah menanggapi kehadiran Keyla. Padahal begitu banyak cowok-cowok yang mengejar Keyla, tapi bagi Nico, Keyla belum mampu membuatnya tertarik.
Arini juga tahu, jika selama ini Nico memang belum pernah punya pacar. Setidaknya itu yang Arini ketahui tentang Nico. Sejujurnya Arini juga sangat mengagumi sosok Nico, namun ia hanya bisa mengaguminya dalam diam.
Jika cewek secantik dan setenar Keyla saja, Nico abaikan, bagaimana mungkin Nico bisa tertarik pada cewek sederhana seperti diriku. Arini membathin lirih.
Karena itulah Arini tidak pernah sedikitpun menaruh harapan kepada Nico. Apalagi Arini sendiri tahu, betapa temannya, Keyla, tergila-gila pada Nico.
Sebenarnya Arini dan Nico sudah lama saling kenal. Kebetulan sekali Arini tinggal satu kompleks dengan Nico. Hanya bedanya, jika Nico tinggal di rumah gedung yang mewah milik orangtuanya. Sementara Arini tinggal di rumah seorang pengusaha kaya, yang merupakan tempat Ibunya bekerja sebagai seorang pembantu rumah tangga.
Arini memang tinggal di rumah mewah, namun disana ia hanyalah anak seorang pembantu. Sejak kecil Arini sudah tinggal disana bersama Ibunya. Arini tidak pernah tahu siapa ayahnya. Yang Arini tahu, Ibunya sudah menjadi pembantu sejak lama di rumah tersebut.
Rumah tersebut milik seorang pengusaha kaya, yang bernama Baskoro. Pak Baskoro mempunyai seorang istri dan dua orang anak yang masih kecil-kecil. Kehidupan rumah tangga beliau boleh dibilang cukup harmonis. Istrinya yang bernama Elena, memiliki paras yang cantik.
Ibu Arini bekerja disana, sejak pak Baskoro masih lajang. Rumah tersebut merupakan warisan dari kedua orangtua pak Baskoro yang sudah meninggal beberapa tahun lalu.
Karena tinggal di kompleks yang sama dan juga rumah mereka berdekatan, Arini dan Nico sudah sering bertemu, tentu saja tanpa sengaja. Bahkan Nico juga sering mengajak Arini nebeng dengan mobilnya untuk pulang atau berangkat sekolah bersama. Tapi Arini selalu menolak, ia lebih memilih untuk naik angkot atau ojek.
"kamu kenapa sih, selalu nolak setiap kali aku ajak pulang bareng?" tanya Nico suatu hari.
Arini terdiam sesaat. Ia bukannya enggan pulang atau berangkat sekolah bareng Nico. Hanya saja Arini merasa sangat tidak pantas untuk masuk ke dalam mobil mewah milik Nico. Dan lagi pula, seluruh sekolah juga tahu siapa Arini, hanya anak seorang pembantu. Apa tanggapan dari teman-temannya, jika mereka tahu ia dan Nico jalan bareng. Terutama sekali Arini sangat menghargai Keyla, temannya.
Selama ini Keyla cukup baik padanya. Keyla tidak pernah memandangnya rendah, meski ia tahu siapa Arini sebenarnya. Keyla dengan terbuka menerima Arini menjadi salah seorang temannya. Berteman dengan Keyla, justru membuat Arini tidak terlalu direndahkan oleh teman-temannya yang lain.
Meski Arini kadang merasa, kedekatan Keyla dengannya hanya karena Arini termasuk anak yang pintar di sekolah. Arini selalu menjadi juara kelas, hingga ia bahkan mendapatkan beasiswa.
Namun terlepas dari itu semua, Arini merasa kalau Keyla juga gadis yang baik. Keyla selalu mempercayai Arini untuk jadi tempat curhatnya, dan Keyla juga selalu mendengar pendapat Arini.
"kayaknya kamu dan Nico sudah kenal dekat, Rin..." ucap Keyla suatu hari.
"gak, kok. Hanya kebetulan saja kami tinggal satu kompleks..." balas Arini ringan.
"justru itu, Rin. Kamu jadi punya kesempatan untuk bisa dekat dengan Nico..." Keyla berucap dengan sedikit tersenyum.
"terus kalau saya punya kesempatan untuk bisa dekat dengan Nico, kenapa?" tanya Arini.
"kamu bantu saya ya, Rin..." suara Keyla terdengar memelas.
"bantu apa?"
"bantu saya untuk bisa jadian sama Nico, yaaa..."
"gimana caranya?"
"kamu dekati Nico lah, Rin. Selanjutnya kamu tahu lah gimana caranya. Intinya kamu harus bisa buat Nico tertarik sama saya..."
"saya gak bisa, Key." jawab Arini tegas.
"ayolah, Rin. Masa' kamu gak mau bantu teman kamu sendiri.."
Arini masih berusaha menolak permintaan Keyla yang menurutnya sedikit tidak masuk akal. Namun Keyla dengan bersusah payah meminta Arini agar mau membantunya. Keyla bahkan dengan sedikit memohon agar Keyla mau memenuhi permintaannya.
"baiklah, tapi saya gak bisa janji apa-apa..." ucap Arini akhirnya luluh.
Arini sebenarnya enggan, bukan karena ia tidak mau membantu Keyla, tapi baginya sangat mustahil bisa dekat dengan Nico. Bagaimana mungkin ia yang hanya cewek miskin bisa dekat dengan Nico yang kaya raya dan juga terkenal. Tapi melihat Keyla yang bersungguh-sungguh meminta bantuannya, Arini pun dengan sangat terpaksa memenuhi keinginan temannya tersebut.
*************
"nah, gitu dong. Saya kan jadi ada teman buat ngobrol sepanjang perjalanan.." ucap Nico dengan wajah sumringah, menatap Arini yang duduk di sampingnya.
Arini memang sengaja menerima tawaran Nico untuk pulang bareng hari itu, ia hanya bermaksud untuk membantu Keyla. Meski dengan perasaan yang kurang nyaman.
"kenapa harus saya, sih? Kan teman kamu banyak." ucap Arini dengan suara sedikit bergetar, biar bagaimana pun ini adalah kali pertamanya ia satu mobil berduaan dengan Nico.
"kenapa ya?" balas Nico ringan, "pertama karena rumah kita berdekatan dan satu tujuan. Kedua karena saya yakin kalau ngobrol sama kamu pasti asyik dan nyambung.."
"emangnya dengan teman kamu yang lain gak nyambung?"
"nyambung, sih. Tapi dengan versi yang berbeda.."
"maksudnya?" Arini mengerutkan kening.
"kalau dengan teman-temanku yang lain, paling obrolannya hanya sekitar pesta, holiday dan obrolan tak penting lainnya. Kalau sama kamu kan bisa ngobrol tentang pelajaran dan hal penting lainnya. Kan kamu pintar..."
"kamu juga pintar.."
"tapi kan lebih pintaran kamu...."
Arini hanya tersenyum tipis mendengar sanjungan tersebut.
Sejak saat itu, mereka pun menjadi dekat. Hampir setiap hari mereka selalu berangkat dan pulang sekolah bersama. Mereka bahkan jadi sering belajar dan mengerjakan tugas sekolah bersama. Di sekolahan pun mereka terlihat akrab. Hal itu tentu saja mengundang rasa iri dari kalangan kaum cewek di sekolah. Berbagai berita miring tentang hubungan mereka pun mulai beredar. Namun sepertinya mereka, terutama Nico, tidak terlalu menanggapi segala omongan teman-teman sekolahnya. Mereka justru semakin sering terlihat bersama.
"jadi gimana?" tanya Keyla suatu hari.
"gimana apanya?" tanya Arini tak mengerti.
"kamu udah cerita belum soal saya sama Nico?" tanya Keyla lagi.
"oh.. itu. Udah kok..."
"jadi gimana tanggapan Nico?"
"Nico itu orangnya sedikit keras dan juga terlalu dingin, Key. Kamu harus sabar ya. Aku pasti akan bantu kamu, kok..." balas Arini sekenanya. Ia terpaksa berbohong. Padahal selama hampir dua bulan ia dan Nico jalan bareng, tak pernah satu kata pun mereka membicarakan tentang Keyla. Sebenarnya hati kecil Arini cukup merasa bersalah pada Keyla. Namun ia benar-benar tidak tahu, bagaimana caranya ia memulai bercerita tentang Keyla pada Nico. Selama ini obrolan mereka hanya seputar pelajaran dan tugas-tugas di sekolah. Arini masih belum berani bertanya tentang hal-hal yang bersifat pribadi pada Nico. Dan Nico sendiri pun tidak pernah berbicara tentang hal-hal yang sifatnya pribadi.
Mereka memang sudah dekat, namun hubungan mereka masih sangat terbatas. Untuk itu Arini hanya bisa meminta Keyla agar sabar.
*********
"kamu tahu Keyla kan, Nic.?" Arini akhirnya memberanikan diri untuk mempertanyakan hal tersebut pada Nico.
"Keyla teman kamu itu?" tanya Nico, ia melirik sekilas kearah Arini, sebelum akhirnya ia fokus kembali ke jalanan yang ada di hadapannya.
"iya. Kamu kenal, kan?"
"iya. Kenal. Kenapa?"
"sepertinya ia suka sama kamu, Nic..."
"iya. Saya juga tahu..." ucap Nico yang membuat Arini membeliakkan mata.
"kamu tahu?" tanya Arini penasaran.
"iya. Saya tahu. Keyla, Patricia, Sharine. Mereka kan memang suka tebar pesona di sekolah."
Untuk sesaat Arini terdiam. Harus ia akui, cewek-cewek yang disebutkan Nico barusan memang terkenal cantik dan suka pamer serta juga suka tebar pesona, menurut Nico.
"tapi kamu emang gak ada rasa sama dia?"
"siapa? Keyla? ya gak lah. Saya gak suka cewek yang suka tebar pesona, sok cantik dan kecentilan seperti mereka..."
"tapi Keyla orangnya baik, Nic."
"baik kalau ada maunya, iya." suara Nico terdengar ketus. "lagian kamu kenapa sih, mau aja berteman sama Keyla? Dia itu kan cuma mau memamfaatin kamu aja, karena kamu pintar. Ia gak susah-susah lagi bikin PR, menyelesaikan tugas sekolah. Kasih ia contekan..."
Arini terdiam lagi. Kali ini ia menatap ke luar jendela mobil. Tidak bisa ia pungkuri, jika yang Nico ucapkan barusan, adalah benar adanya. Selama ini Keyla dekat dengannya memang untuk semua yang disebutkan Nico barusan. Tapi Arini tidak punya pilihan lain, jika ia menolak berteman dengan Keyla, maka sudah jelas ia akan menjadi korban bully-an setiap hari, bagi Keyla dan teman-temannya.
Selama ini teman-teman sekelasnya tidak berani membully Arini, karena mereka tahu jika Arini berteman dengan Keyla. Jadi sebenarnya Arini juga memanfaatkan Keyla, untuk sekedar mendapatkan rasa hormat. Meski ia harus kehilangan harga dirinya. Arini tidak bisa berbuat banyak, dengan kondisi kehidupannya yang demikian. Tak banyak pilihan yang ia punya dalam hidup ini.
********
"udah tiga bulan, Rin. Masa' gak ada kabar baik sama sekali. Yang ada malah Nico makin jauh dari saya. Sebenarnya kamu niat bantu gak sih?" suara Keyla terdengar ketus.
Arini tertunduk. Ia tak berani menatap mata Keyla yang menatapnya tajam.
"maaf, Key. Saya udah usaha, kok. Tapi kamu kan tahu sendiri, Nico orangnya gimana. Ia keras kepala." jawab Arini masih tertunduk.
"awas kamu ya, Rin. Kalau sampai berita yang tersebar itu benar. Saya gak bakal kasih kamu ampun.." ucapan Keyla tajam.
"berita? maksud kamu berita apa, Key?" tanya Arini, suaranya bergetar.
"kamu gak usah belagak gak tahu deh, Rin. Seluruh sekolah juga udah tahu, kalau kamu digosipkan udah pacaran sama Nico..."
"gak kok, Key. Saya gak mungkin pacaran sama Nico. Gak mungkin juga Nico mau sama saya.."
"oke. Sampai saat ini saya masih percaya. Tapi jika sebulan lagi kamu belum juga bisa membuat saya dekat sama Nico, kamu akan tahu sendiri akibatnya..." Keyla berujar lagi dengan nada mengancam.
Arini memejamkan mata. Hatinya merintih. Bagaimana mungkin ia bisa membuat Nico tertarik kepada Keyla. Nico sendiri sudah jelas-jelas mengatakan kalau ia tidak suka cewek seperti Keyla.
Namun Arini harus mencari cara agar ia bisa membuat Nico suka dengan Keyla. Karena kalau tidak, ia jelas akan mendapat siksaan dari Keyla dan teman-temannya.
Tapi apa yang harus Arini lakukan? Ia benar-benar tidak tahu harus berbuat apa.
*****
Bersambung ....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar