Dilema dua cinta (part 2)

Cukup lama Andri menatap gadis yang duduk di hadapannya. Ia setengah tak percaya, jika ia akan bertemu kembali dengan Tania, setelah hampir dua tahun mereka berpisah. Mereka bertemu di sebuah kafe, atas permintaan Tania.
Pertemuan itu telah membangkitkan kenangan-kenangan lama yang dengan susah payah telah Andri kubur di dasar hatinya.
Awalnya Andri ingin menolak ajakan Tania untuk bertemu dengannya, karena Andri merasa sudah tidak punya hubungan apa-apa lagi dengan Tania. Namun permintaan Tania yang sedikit memohon, membuat Andri tidak kuasa untuk menolak.
“apa kabar?” Tanya Tania mengawali pembicaraan mereka.
“baik..” jawab Andri datar.
“maafkan saya ya, Ndri…” ucap Tania lagi.
“maaf? Maaf untuk apa?” Tanya Andri dengan kening berkerut.

Tania menarik napas berat. Kemudian berujar dengan pelan,
“maaf, karena saya harus pergi waktu itu…”
“sudahlah, Tania. Semua sudah berlalu. Saya sudah melupakan semuanya…” balas Andri ringan.
“kamu ngapain kembali lagi kesini?” Tanya Andri melanjutkan.
“saya kangen…” Tania membalas dengan menatap lembut ke mata Andri.
Andri merasa jengah, ia memalingkan muka.
“bukannya kamu sudah menemukan kebahagiaan kamu disana?” suara Andri sedikit sinis.
“yah… seharusnya…” desah Tania lemah.
“maksud kamu?” Andri penasaran.


“dulu saya pikir, dengan mewujudkan semua impian saya, saya akan menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya. Dengan menjadi model profesional seperti cita-cita saya, bisa membuat saya benar-benar bahagia.” Tania menghela napas, “tapi ternyata saya salah. Itu semua tak benar-benar membuat saya bahagia. Berbulan-bulan saya mencoba menikmati hidup dalam kebahagiaan semu. Ternyata kebahagiaan saya yang sesungguhnya ada disini. Kebahagiaan saya ada bersama kamu, Ndri.” Tania meneguk minumannya.
“saya menyesal telah meninggalkan kamu waktu itu, Ndri. Namun saya terlambat menyadarinya. Saya sudah terlanjur menyetujui kontrak kerja saya selama dua tahun. Dan baru sekarang saya punya waktu untuk kembali kesini.” Suara Tania terdengar serak. 


“kenapa kamu tidak mencoba menghubungi saya?” Andri bertanya dengan kembali menatap mata gadis itu.
“maaf, Ndri. Saya sengaja gak cerita waktu itu. Sebenarnya dalam kontrak kerja saya, ada sebuah point yang mengharuskan saya untuk tidak boleh mempunyai pasangan. Karena itu, saya tidak bisa menghubungimu dengan alasan apa pun. Jika mereka tahu, kontrak saya bisa dibatalkan. Lagi pula selama saya disana, manajer saya sudah mengendalikan semua panggilan di handphone saya.” Kali ini Tania terunduk.

“saya tahu ini tidak masuk akal bagi kamu, Ndri. Tapi begitulah kenyataannya. Saya tidak bisa menjadi diri saya sendiri, selama kontrak kerja tersebut. Dan hal itu semakin membuat saya sadar, bahwa dunia model bukanlah dunia yang saya butuhkan. Saya merasa terikat, tidak bebas. Karena itu, akhirnya saya memutuskan untuk berhenti dan kembali lagi kesini.” Tania meneguk minumannya lagi.
“saya tahu, bagi kamu, mungkin semuanya sudah terlambat. Mungkin tidak ada lagi ruang dihatimu, untuk kembali menerima kehadiranku. Tapi jika kamu bersedia memberikan saya satu kesempatan lagi, saya akan memperbaiki semua kesalahan saya di masa lalu. Saya akan selalu ada disini untukmu, Ndri…”
Tania melanjutkan ucapannya, yang membuat Andri terpaku cukup lama. Andri berusaha memahami semua cerita Tania barusan. Baginya, masuk akal atau tidak, kembalinya Tania telah mampu mengais-ngais kenangan yang terkubur di lubuk hatinya.

Biar bagaimana pun, Tania pernah mengisi hatinya dengan cerita cinta yang begitu indah.
Andri semakin masygul. Hatinya menjadi bimbang seketika. Entah pilihan apa yang harus ia ambil. Haruskah ia memberikan Tania kesempatan kedua?
Atau justru ia akan memulai sesuatu yang baru bersama Delia?
Andri tiba-tiba meragu.

********

“kamu kenapa lagi, Ndri?” Tanya Irfan, yang melihat Andri termenung sendirian di kantin kampus. “baru sebulan yang lalu kamu senyum-senyum sendiri, sekarang kok murung lagi..” lanjutnya.
Andri menatap Irfan sesaat, ia kemudian berujar pelan.
“Tania, Fan..”
“Tania? Kenapa Tania?” kening Irfan berkerut.
“Tania balik lagi kesini, Fan.” Andri menghela napas.
“terus kenapa, kalau ia balik?”
“Tania pengen balikan lagi sama saya, Fan…” suara Andri terdengar lemah.
“oh..” Irfan membulatkan bibir. “kamu masih mencintai Tania?” Tanya Irfan kemudian.
“saat-saat seperti ini, saya hampir tidak bisa lagi mendefenisikan arti cinta yang sesungguhnya dalam hidup saya, Fan. Saya bingung…” Andri menghembuskan napas berat, ia menelan ludah, tenggorokannya terasa kering.

“dulu, saya pernah sangat mencintai Tania. Saya berharap bisa bersamanya selamanya. Berharap bisa tetap bersama-sama hingga tua. Namun semua harapan itu hancur, ketika Tania memutuskan untuk pergi. Rasanya aku kehilangan pegangan. Berbulan-bulan aku terpuruk karena kehilangan Tania. Hingga akhirnya Delia hadir dalam hidup saya. Delia mampu membuat saya bangkit, menyembuhkan luka yang Tania goreskan di hatiku. Delia hadir seakan mengembalikan semua harapanku. Dan sejujurnya aku pun telah jatuh cinta pada Delia…” Andri meneguk minuman yang baru saja mereka pesan. Pikirannya memang sedang gundah.
“saat harapanku dengan Delia mulai tumbuh, kini Talia datang kembali dengan segala penyesalannya. Saya bingung, Fan. Saya tidak bisa mengartikan semua perasaanku saat ini. Disatu sisi aku merasa bahagia, bisa bertemu Tania kembali. Namun di sisi lain, saya merasa kalau saya masih belum bisa memaafkan Tania seutuhnya.”

“lalu bagaimana dengan Delia?” Tanya Irfan akhirnya, setelah cukup lama ia terdiam.
“itulah yang membuat saya semakin bingung, Fan. Saya takut perasaan saya sama Delia bukanlah cinta, tapi hanya sebuah pelarian. Meski tidak bisa saya pungkiri, ada saat dimana saya begitu merindukannya. Ada saat dimana saya merasa begitu membutuhkannya.”
“kamu sudah ngomong ke Delia, kalau kamu mencintainya?” Tanya Irfan lagi menyela.
Andri spontan menggeleng, “belum…” desahnya pelan.
“sebaiknya kamu ngomong dulu ke Delia, Ndri. Biar kamu yakin, bahwa apa yang kamu rasakan ke Delia itu adalah cinta, atau hanya sekedar pelarian…” saran Irfan.
“yah, saya pun terpikir demikian. Namun jika memang saya benar-benar mencintai Delia. Lalu bagaimana dengan Talia?” Tanya Andri.
“saya yakin, Talia sudah cukup dewasa, untuk menerima apa pun keputusanmu, Ndri. Dan lagi pula, Talia harusnya tahu, kalau ia telah membuat kamu kecewa…”

*********

“ada satu rahasia yang ingin saya ceritakan sama kamu, Ndri. Tapi kamu jangan marah, ya…” ucap Delia lembut. Mereka bertemu pada suatu sore di tepian pantai.
Andri menatap gadis itu beberapa saat dengan dahi berkerut.
“rahasia? Rahasia apa?” tanyanya.
“sebenarnya saya dan Tania saudara sepupu, Ndri.” Jawaban datar Delia membuat Andri membelalakkan mata. Dengan rasa tak percaya Andri menatap gadis itu.
“sebenarnya Tania yang meminta saya untuk mendekati kamu…” Delia terus berucap tanpa pedulikan reaski Andri barusan.
“kenapa?” Tanya Andri ditengah ketidakpercayaannya.
“ada beberapa alasan sih, Ndri. Pertama, karena Tania tidak ingin melihat kamu terpuruk dan merasa putus asa. Dia ingin saya membangkitkan lagi semangat kamu.” Delia menghentikan kalimatnya, ia melempar sebongkah kerikil kecil ke arah laut yang sedang beriak.
“kedua, karena Tania tidak ingin kamu jatuh ke tangan wanita yang salah. Dia ingin saya menjaga kamu, hingga ia kembali lagi kesini…” suara Delia terdengar semakin lemah.

Untuk kesekian kalinya Andri merasa terperangah mendengar semua cerita Delia barusan. Ia menarik napas panjang, kemudian menghempaskannya perlahan. Rasanya ia tidak ingin mempercayai semua cerita tersebut, namun Delia terlihat sangat serius.
“awalnya saya mendekati kamu, hanya sekedar memenuhi keinginan Talia. Sekedar membuatnya tenang. Namun semakin saya mengenal kamu, saya justru merasa terjebak di dalamnya. Karena semakin hari saya semakin mengagumimu. Dan tanpa saya sadari, saya akhirnya benar-benar jatuh cinta sama kamu, Ndri.” Delia menghela napas,
“semakin saya mengenali kamu, semakin besar harapan saya untuk bisa hidup bersama kamu, Ndri. Namun saat ini, Talia telah kembali. Ia terang-terangan sudah bercerita padaku, akan berusaha untuk bisa bersama kamu lagi. Saya merasa saat ini semua harapanku seakan sirna. Karena saya cukup tahu, jika sebenarnya saya hadir pada saat yang tidak tepat…” lanjut Delia dengan suara mulai serak.
Kali ini Andri cukup tertegun. Sungguh semua itu di luar dugaannya. Semua cerita itu, justru membuat Andri semakin bingung dan kian ragu.
Tapi setidaknya sekarang Andri tahu, kalau Delia juga mencintainya. Dan entah mengapa hal itu, membuat hati Andri menjadi sedikit tenang.

*****

“maaf, Talia. Saya gak bisa…” ucap Andri akhirnya setelah cukup lama ia terdiam, setelah dengan susah payah ia mengumpulkan kekuatannya untuk bisa menjawab pertanyaan Talia barusan.
Talia mengernyitkan kening, “kenapa?” tanyanya.
“karena sesuatu yang harus diulang kembali, rasanya tidak akan pernah lagi sama. Saya tidak ingin mengulang kesalahan yang sama. Bagi saya, cerita tentang kita sudah berakhir, semenjak kamu memutuskan untuk pergi, terlepas dari apa pun alasanmu.” Andri menjawab dengan tegas.
Mata Talia tiba-tiba berkaca mendengar semua itu. Harapannya untuk kembali membangun mimpi baru bersama Andri, kini telah hancur.
Talia tahu, ia telah melakukan kesalahan besar dalam hidupnya. Namun ia hanya berharap Andri telah memaafkannya dan bisa memberinya kesempatan kedua.

“saya sudah memaafkan kamu, Talia. Tapi untuk kembali lagi seperti dulu, rasanya hal itu sangat tidak mungkin…” Andri berujar lagi, seakan mencoba membaca apa yang Talia pikirkan.
Namun kalimat itu, tidak cukup membuat Talia bisa membendung air matanya. Talia akhirnya hanya bisa terisak. Tapi dengan sekuat tenaga ia menahan diri. Ia usap tetesan air mata di pipinya, lalu bangkit berdiri dan pergi meninggalkan Andri sendirian.
Bagi Talia, tidak ada harapan lagi untuk bisa memiliki Andri kembali. Semua harapannya sia-sia. Mungkin ini adalah hukuman atas apa yang telah ia lakukan pada Andri dulu. Talia mencoba menerimanya dengan tabah.

***********

“kamu yakin, Ndri?” Tanya Delia, matanya menatap tajam.
Andri mengangguk beberapa kali, “sangat yakin…” ucapnya mantap.
Delia mengembangkan senyumnya. Nyanyian indah menghiasi hatinya sore itu.
“jadi gimana?” Tanya Andri, melihat Delia yang hanya tersenyum.
“gimana apanya?” Delia balik bertanya, berlagak bodoh.
“kamu mau gak jadi pacar aku selamanya…?” Tanya Andri lagi dengan suara sedikit keras.
“kamu serius?”
“saya serius, Delia. Saya sangat mencintai kamu. Maukah kamu menjadi pacarku selamanya?” Andri mempertegas kalimatnya.
Tiba-tiba Delia menggeleng dengan senyumnya yang masih mengembang.
“kenapa?” Tanya Andri penasaran.

“aku gak ingin menjadi pacar kamu selamanya, Andrian. Aku ingin menjadi istri kamu selamanya….” Teriak Delia tiba-tiba.
Setelah berucap demikian, Delia pun berdiri. Ia lalu berlari-lari kecil menyongsong ombak laut yang berada di depannya.
Melihat hal itu, Andri pun segera bangkit. Ia dengan penuh semangat mengejar Delia.
Mereka berdua pun tertawa bersama, diiringi deburan suara ombak di pinggir pantai sore itu.
Remang-remang senja sudah mulai terlihat, seakan turut merasakan kebahagiaan yang sedang dirasakan oleh dua insan yang saling jatuh cinta…..

Sekian…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Layanan

Translate