"Dear Arya ..."
Makasih ya, atas kiriman suratnya. Tapi maaf, Arya. Aku gak bisa. Bagiku kamu hanyalah sebatas seorang teman....
from ; Sandra.
Arya meremas surat itu dan melemparkannya ke keranjang sampah kamarnya. Sudah dua kali ia membacanya. Hatinya terasa perih. Singkat surat itu, namun mampu membuat Arya terluka cukup dalam. Hatinya terasa tercabik-cabik. Untuk pertama kalinya ia jatuh cinta, tapi justru rasa sakit yang harus ia terima.
Sungguh Arya tak menyangka, kalau selama ini Sandra menganggapnya hanya sebatas seorang teman. Padahal sudah berbagai cara Arya lakukan untuk bisa membuat Sandra suka padanya. Kedekatan mereka selama dua tahun ini juga sudah cukup untuk membuktikan kalau sebenarnya mereka berdua saling suka.
Perjumpaan mereka berawal sejak dua tahun lalu, saat mereka sama-sama terlambat pada hari pertama mereka masuk SMA Cendikia. Mereka mendapat hukuman untuk membersihkan seluruh toilet sekolah, dari senior mereka.
"Arya!" tegas ia menyebut namanya, saat akhirnya mereka berhasil menyelesaikan hukuman tersebut, mereka berjalan beriringan menuju kantin sekolah, dengan perasaan lapar dan capek. Hampir tiga jam mereka baru bisa menyelesaikan hukuman tersebut.
"Sandra.." Sandra membalas lembut, dan segera menarik tangannya. Sambil terus berjalan disamping Arya yang tinggi tegap.
Berawal dari perkenalan itulah, akhirnya membuat mereka menjadi akrab, meski mereka tidak satu kelas. Namun Arya merasa Sandra telah mampu memikat hatinya, bahkan sejak pertama melihat gadis itu. Sandra yang manis, baik, ramah dan juga pintar. Arya senang bisa berteman dengan Sandra.
Dan satu tahun belakangan ini, mereka kian dekat, karena sama-sama jadi pengurus OSIS di sekolah. Mereka sering jalan bareng, belajar bareng, dan main bareng. Arya merasa kedekatan mereka sudah cukup membuat ia yakin, kalau Sandra juga mencintainya. Untuk itu Arya nekat mengirimkan sebuah surat cinta untuk Sandra, yang isinya menyatakan kalau Arya telah jatuh cinta pada Sandra. Tapi balasan yang ia dapat, justru teramat sangat menyakitkan.
"kamu yakin, Arya?" Hadi teman satu kelas Arya bertanya padanya, saat ia meminta bantuan Hadi untuk memberikan surat tersebut pada Sandra.
Arya mengangguk pasti. Ia sengaja meminta tolong Hadi untuk memberikannya pada Sandra, karena ia tahu, rumah Hadi satu arah dengan Sandra. Lagi pula, hanya Hadi yang bisa ia percaya untuk urusan begituan.
"kenapa? kamu gak mau bantu saya?" tanya Arya akhirnya, setelah melihat Hadi hanya diam dan menatap surat itu cukup lama.
"ah. oh. gak, kok. Saya mau.." gelagap Hadi tiba-tiba.
"oke. sebelumnya makasih ya..." ucap Arya sambil beranjak pergi menuju kelas, meninggalkan Hadi yang masih menatapi surat di tangannya. Hadi segera menghabiskan sisa makanannya, kemudian tersenyum sendiri penuh makna.
*****************
"hei.." suara lembut Sandra menyapa Arya yang sedang duduk sendirian di bangku taman sekolah, dia sengaja memilih untuk menyendiri, karena hatinya masih terasa sakit. Arya mendongak menatap ke wajah tanpa rasa bersalah milik Sandra. Hatinya bergejolak. ngapain lagi nih cewek, masih harus pura-pura baik, bathin Arya. Udah jelas ia bikin saya kecewa seperti ini, masih juga berani mendatangi saya. Rintih hatinya lagi.
Sandra duduk disampingnya, tersenyum ramah. Arya hanya menarik napas, mencoba menenangkan hatinya. Ingin rasanya ia pergi dari situ, tapi hati kecilnya menahannya.
"kamu kenapa, sih. Arya?" Sandra mengerutkan keningnya menatap Arya yang terlihat murung.
Huh! pakai nanya lagi! udah jelas ia sudah bikin saya patah hati. Pura-pura tidak tahu pula. Gerutu hati Arya.
Arya akhirnya bangkit dan segera beranjak pergi tanpa mengeluarkan satu kata pun, hatinya terlalu sakit.
"Arya! tunggu!" Sandra ikut memacu langkahnya, berusaha berjalan disamping Arya. "kamu kenapa, sih?" lanjutnya, setelah berhasil berada disamping Arya.
Tiba-tiba Arya menghentikan langkahnya, ia kemudian menatap Sandra cukup lama. Sandra merasa jengah ditatapi seperti itu, tapi Arya dapat melihat dengan jelas di mata itu, kalau tidak ada rasa bersalah sedikitpun disana.
"kamu benar-benar ingin tahu, atau sebenarnya kamu pura-pura tidak tahu!" tinggi suara Arya, membuat beberapa pasang mata yang lewat memperhatikan mereka sejenak.
"Maksud kamu?" Sandra menatap Arya bingung. Tanpa pedulikan tatapan orang-orang disekitar mereka.
Huh! Arya menghempaskan napasnya kuat. Hatinya bimbang. Kenapa Sandra bisa bersikap seolah biasa saja. Seakan tidak terjadi sesuatu diantara mereka.
Segera Arya mengambil surat Sandra yang ada disaku celananya, surat itu behasil ia pungut lagi pagi tadi dari tong sampahnya. Dia pikir dengan menyimpan surat tersebut, setidaknya bisa mengingatkan ia, untuk tidak berharap apapun lagi kepada Sandra.
"nih!" Arya menyodorkan surat itu kepada Sandra.
"ini surat apa?" Sandra meraih surat itu dari tangan Arya dengan tatapan penuh tanya.
"saya tidak tahu, apa kamu pura-pura lupa, atau memang sudah lupa. Tapi yang pasti, ini adalah balasan surat dari kamu.." Arya berujar lagi, "beberapa hari yang lalu, aku mengirimkan surat buat kamu, surat itu aku titipkan pada Hadi. Dan kemarin aku mendapatkan balasan surat dari kamu, Hadi juga yang memberikan surat ini padaku. Isi suratnya cukup jelas! Cukup jelas juga untuk menjelaskan aku kenapa?" Arya melanjutkan dengan nada parau, kemudian ia memacu langkahnya kembali.
Sandra terlongo mendengar apa yang barusan Arya jelaskan padanya, perlahan ia baca isi surat itu. Hatinya tiba-tiba bergejolak. Ia menahan amarahnya sendiri. Pantas saja Arya murung, pikirnya.
***********
"apa maksud kamu dengan semua ini.." Sandra berujar dengan nada tinggi, sambil melemparkan surat yang barusan ia dapat dari Arya, keatas meja kantin.
Hadi kaget bukan main. Ia mendongak menatap Sandra yang sudah berdiri di depannya dengan berkacak pinggang. Kemudian matanya ia alihkan menatap surat yang barusan dilempar Sandra. Dengan sedikit bergetar Hadi mengambil surat itu, "ini surat apa?" tanya nya.
"kamu gak usah pura-pura gak tahu, Di. Kamu kan yang ngasih surat ini ke Arya? kamu bilang ke Arya kalau itu surat dari saya!" Sandra masih berdiri, penuh emosi.
Hadi gelagapan tak karuan. Dengan perasaan penuh rasa bersalah dia segera berdiri. "maaf, Sand.." ucapnya akhirnya dengan wajah memelas.
"kenapa?" tanya Sandra mulai tenang.
"aku...aku.. hanya tak rela kalian sampai jadian..." Hadi menjawab pelan, "karena aku... aku juga mencintai kamu, Sand.." lanjut Hadi dengan suara bergetar.
Sandra terperangah. Sungguh semua itu diluar dugaannya. Selama ini Hadi memang cukup baik padanya. Hadi sering memberinya tumpangan, kalau ia tidak menemukan angkot menuju rumahnya.
Tapi ia tak menyangka kalau Hadi memiliki perasaan suka padanya.
"aku tahu, jika aku memberikan surat untuk kamu dari Arya, kamu pasti akan menerima Arya. Karena selama ini kalian sangat dekat. seluruh sekolah juga tahu, kalau sebenarnya kalian saling suka. Dan aku merasa cemburu, Sand. Aku tak rela kamu jadi milik Arya. Karena aku menyayangimu.."
"cukup, Di!" suara Sandra meninggi lagi. "kamu pikir dengan memanipulasi surat itu, akan mengubah keadaan? akan membuat aku tiba-tiba jatuh cinta padamu? Tidak, Di! justru dengan kejadian ini, aku semakin tahu bagaimana sifat kamu sebenarnya.."
"maafkan aku, Sand.." Hadi tertunduk.
"teman macam apa kamu, Di? tak ku sangka.." Sandra menghentakkan kakinya dan segera melangkah dengan cepat, meninggalkan Hadi yang masih tertunduk.
"Sandra! tunggu!" Hadi mengeraskan suaranya, melihat Sandra semakin jauh.
Sandra berpaling sejenak, lalu berucap, "jangan panggil aku lagi, Di. Aku muak sama kamu! Aku tak ingin melihat muka mu lagi!" Sandra berbalik lagi dan melanjutkan langkahnya.
************************
"Arya. Tunggu!" Suara merdu milik Sandra, memaku langkahnya. Sudah hampir seminggu ia tak berbicara dengan Sandra. Hatinya belum bisa menerim semuanya. Perasaannya merasa dipermainkan.
"kita harus bicara.." lanjut Sandra, setelah ia berhasil berdiri disamping Arya.
Arya hanya mengangguk. Setuju.
"aku sudah terima surat dari kamu.." Sandra mulai bicara, mereka duduk di bangku taman sekolah. "meski sudah cukup terlambat, sih. Hadi baru memberikannya pagi tadi padaku. Dia juga berpesan untuk menyampaikan permintaan maafnya padamu.." lanjut Sandra sambil memperlihatkan sebuah surat berwarna jingga milik Arya.
"ya. Aku tahu. Hadi datang ke rumah tadi malam, dan menceritakan semuanya. Tapi aku belum bisa memaafkan Hadi. Tindakannya sudah keterlaluan." ucap Arya dengan suara datar. "oh, ya. Kamu sudah baca suratnya?" lanjutnya.
Sandra mengangguk, dan tersenyum menatap Arya.
"jadi gimana?" tanya Arya penasaran.
"gimana apanya?" Sandra balik nanya.
"ya, jawaban suratnya.."
Sesaat Sandra terdiam, ia tatapi surat itu, "kamu mau aku jawabnya gimana? harus melalui suratkah atau aku jawab langsung sekarang.." ujarnya kemudian, tatapannya beralih ke mata indah milik Arya. Mata mereka saling tatap.
"jawab sekarang aja, ya.." Arya tersenyum penuh arti.
Sandra membalas senyum Arya, "iya. aku akan jawab. Tapi ada syaratnya." Sandra bicara sambil tertunduk malu.
"apa syaratnya?" tanya Arya lagi.
"kamu harus bacakan surat ini untukku, sekarang.." Sandra berucap sambil menyerahkan surat tersebut.
Dengan sedikit ragu, Arya mengambil surat itu. Pelan ia membukanya,
Teruntuk Sandra yang manis...
Sebelumnya aku mohon maaf, jika kehadiran surat ini mengganggu aktivitas hari-hari indah mu.
Sandra yang selalu manis,
Tak pernah terpikir olehku, kalau aku akan mencintaimu begitu dalam. Semua itu baru aku sadari, setelah lama kita bersama. Kerbersamaan kita, telah mampu membuatku bisa mendefinisikan sikapmu. Kamu orang yang sangat baik, hanya saja terkadang sikapmu yang cuek, membuatku harus menelan ludah pahit. Setiap kali aku mengingat asa ku. Asa untuk memilikimu!
Namun pada akhirnya harus kuakui, bahwa sejujurnya aku telah jatuh hati padamu. Dimulai dari awal perkenalan kita, sering belajar bareng, jalan bareng dan maen bareng. Membuat aku semakin yakin, kalau aku benar-benar sayang padamu.
Aku ingin hubungan kita, lebih dari sekedar teman biasa, best friend atau apa pun istilah mu untuk itu. Aku ingin kita menjadi sepasang kekasih, saling menyayangi dan saling mencintai. Aku ingin kamu menjadi belahan jiwaku.
Maukah kamu menjadi pendampingku, melewati hari-hari indah bersama penuh cinta? Maukah kamu menerima cintaku yang apa adanya ini?
Balas ya, Sand... kutunggu lho!
By, Arya.
"Jadi gimana?" Arya bertanya lagi, setelah selesai membaca surat itu.
Kali ini Sandra hanya mengangguk.
"kamu serius?" Arya semakin penasaran.
Sandra mengangguk lagi beberapa kali.
"berarti sekarang kita pacaran?"
"iya.." Jawab Sandra akhirnya.
"Alhamdulillah..." tiba-tiba Arya bersorak dan bangkit berdiri sambil menggoyangkan tubuhnya, bak anak kecil yang baru mendapatkan mainan baru.
Sandra ikut berdiri dalam kekagetannya, "kamu apaan sih, Arya!"
"kan lagi senang.." jawab Arya, sambil terus menggerakkan badannya.
"tapi gak segitu nya juga kali, Arya.." Sandra berusaha menghentikan gerakan Arya. "Malu tau, dilihatin orang-orang.." lanjutnya.
Arya menghentikan gerakannya, ia melihat disekeliling, beberapa pasang mata menatap mereka dengan penuh penasaran.
"biarin aja!" jawab Arya, sambil meraih kedua tangan Sandra dan memegangnya erat. Arya tersenyum lebar menatap gadis manis di depannya. Sandra membalas senyum itu. Mereka tahu, setelah ini, hari-hari yang mereka lalui akan jauh berbeda.
Sekian...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar