"ada yang bisa saya bantu, mbak?" sebuah suara mengagetkan Lala. Spontan ia berpaling kearah suara itu. Seorang pemuda tampan berdiri tak jauh di sampingnya. Pemuda itu memakai seragam mini market. Lala menatap pemuda itu cukup lama, ia belum pernah melihat pemuda ini sebelumnya. Lala sudah sering berbelanja di mini market ini, bahkan hampir setiap hari.
Pemuda itu masih tersenyum, "mbak mau cari apa? bisa saya bantu?" suara renyah pemuda itu terdengar lagi, melihat Lala hanya terbengong. Lala pun terkesiap.
"oh. ya.. saya mau cari peralatan mandi. Ada dimana ya?" ucap Lala sekenanya, sekedar menghilangkan groginya. Meski sebenarnya ia tahu persis dimana letak barang yang ia cari.
"oh. Peralatan mandi ya. Itu di ujung sana, mbak.." pemuda itu menunjuk kearah tempat peralatan mandi berada dengan sopan dan tetap tersenyum.
"oke. Terima kasih.." balas Lala cepat, sambil berlalu pergi.
"itu pegawai baru ya, mbak?" tanya Lala dengan penasaran, kepada kasir mini market itu. Setelah ia berhasil mendapatkan barang yang ia cari.
"Iya, mbak.." jawab kasir itu santai. "baru dua hari disini.." lanjutnya.
Lala hanya manggut-manggut.
"namanya Bayu. Cakep ya, mbak?" kasir yang sudah terbiasa dengan Lala itu berujar lagi, sambil menyerahkan uang kembalian dan struk belanja Lala.
Kembali Lala tersenyum. Harus ia akui, kalau pemuda tersebut memang cakep dan manis. Selain tentu saja, ramah!
Lala pun kemudian beranjak hendak keluar dari mini market langganannya itu. Namun sekilas ia masih sempat melirik ke arah pemuda tampan itu, pemuda itu pun tersenyum padanya.
Ketika Lala hendak melangkah keluar, tiba-tiba ia mendengar suara hujan yang turun cukup deras. Langkahnya terhenti. Ia mencoba berteduh di teras mini market tersebut. Sekarang memang lagi musim hujan. Pikir Lala. Sewaktu ia berangkat dari rumah tadi, sebenarnya cuaca memang sudah mendung. Tapi Lala pikir, karena ia hanya berbelanja sebentar dan lagi pula jarak dari rumahnya ke mini market itu cukup dekat, maka ia pergi hanya berjalan kaki.
Sambil duduk dikursi teras mini market itu, Lala melirik jam di tangannya. Hampir jam enam sore. Lala menghembuskan napasnya perlahan. Hawa dingin mulai terasa menyentuh kulitnya. Sialnya ia hanya memakai baju kaos pendek dan celana pendek. Sehingga cuaca kian dingin menyentuh kulitnya.
Lala mendekap tubuhnya sendiri, saat tiba-tiba ia merasakan seseorang melingkarkan jaket di tubuhnya. Spontan ia terperanjat dan menatap orang tersebut. Sesosok pemuda tampan tadi telah berdiri di dekatnya.
"maaf. Saya melihat mbak kedinginan. Makanya saya beranikan diri untuk memberikan jaket ini.." ucap pemuda itu sedikit keras, mengimbangi suara hujan yang semakin deras.
"terima kasih.." ucap Lala, sambil menarik jaket itu, agar menutupi seluruh tubuhnya. Ia merasa hangat.
Pemuda itu pun duduk di sampingnya, karena kebetulan mini market memang lagi sepi sore itu.
"mbak rumahnya dimana?" tanyanya.
"disana. gak jauh, kok." jawab Lala, sambil menunjuk ke arah gang tempat ia tinggal.
"kalau begitu saya antar ya, mbak.."
"kan masih hujan.."
"saya ada payung, mbak. Kasihan mbaknya kedinginan, lagi pula udah hampir magrib lho, mbak.."
Untuk sesaat Lala terdiam. Ia berpikir sejenak. Tapi pemuda itu benar, sebentar lagi magrib. Ia harus segera pulang. Lala menatap pemuda itu sekilas, kemudian mengangguk.
"makasih ya..."
"Bayu, mbak. Nama saya Bayu.." pemuda itu memotong ucapan Lala cepat. Setelah mereka sampai di teras rumah mewah milik Lala.
"oh, ya. Saya Lala. " balas Lala sambil mengulurkan tangannya. "gak pake mbak, ya.." lanjutnya sedikit tersenyum.
Pemuda itu menjabat tangan lembut itu. Dan membalas tersenyum.
"kalau begitu aku pulang ya, mbak.."
Lala hanya mengangguk. Bayu pun berlalu keluar dari halaman rumah mewah itu. Lala menatap kepergian pemuda itu, dengan perasaan campur aduk. harus ia akui, kalau Bayu memang tampan. Dia juga baik. Lala benar-benar dibuat terkesan.
Hingga malamnya pun, Lala jadi susah tidur. Bayangan wajah tampan Bayu menghantui pikirannya. Lala bingung dengan hatinya. Belum pernah ia memikirkan seorang cowok seperti itu, sampai ia tidak bisa tidur. Padahal mereka baru pertama bertemu.
Lala memang sudah duduk di tahun terakhir SMA, namun selama ini ia belum pernah benar-benar dekat dengan seorang cowok, apa lagi pacaran. Tapi pertemuannya dengan Bayu sore itu, telah mampu membuka hatinya.
Lala jadi semakin sering datang ke mini market itu, lebih sering dari biasanya. Dan Bayu sendiri sangat terbuka dengan kehadiran Lala. Mereka kian dekat dan jadi sering jalan bareng.
Begitulah awalnya. Kebersamaan mereka menumbuhkan benih-benih cinta yang kian hari kian terasa mekar dihati mereka. Meski usia Bayu tiga tahun lebih tua dari Lala. Namun Lala begitu bahagia dengan kehadiran Bayu dalam hidupnya. Bayu adalah cinta pertamanya, yang mampu meluluhkan hati Lala. Meski bagi Bayu sendiri Lala bukanlah cinta pertamanya. Bayu pernah pacaran dulu dengan teman SMA nya, tapi kisah cinta pertamanya kandas karena tidak mendapat restu dari orang tua sang gadis yang dicintainya.
Karena patah hati, Bayu memutuskan untuk pergi dari kampung halamannya. Dan berusaha mencari pekerjaan di kota, meski hanya mengandalkan ijazah SMA. Bayu tidak bisa melanjutkan kuliah, karena keadaan ekonomi orang tuanya yang pas-pasan.
Sampai akhirnya ia bertemu Lala. Ada banyak alasan mengapa akhirnya Bayu membuka hatinya untuk Lala. Meski hatinya sendiri sebenarnya masih terluka. Lala gadis yang baik dan tentu saja cantik. Lala mampu membuatnya merasa nyaman. Dan perlahan Lala mampu menyembuhkan luka hatinya.
***********************************
"kamu kenal Dewi?" suara Lala sedikit bergetar. Mereka duduk berdua di warung bakso pinggiran. Seperti biasa.
"Dewi? Dewi mana?" Bayu balik bertanya.
"Dia kakak seniorku di kampus.." balas Lala.
"Iya. terus?" Bayu mencoba memahami maksud dari pertanyaan Lala barusan.
"kamu gak usah pura-pura, Bay." Suara Lala meninggi. "hampir dua tahun kita pacaran, kamu tak pernah sedikitpun cerita tentang kisah cintamu di masa lalu." lanjutnya. Bayu memalingkan muka, ketika Lala menatapnya tajam.
"aku tidak mau mengingat apa pun tentang kisah cintaku di masa lalu.." tegas suara Bayu. "lagi pula itu semua sudah berlalu, tidak perlu diungkit lagi.." lanjutnya.
"tapi bagaimana kalau ternyata, seseorang di masa lalu mu, masih mengharapkan kamu, Bay." Lala tak mau melepaskan tatapannya dari mata Bayu. Ia ingin tahu reaksi Bayu yang sejujurnya.
"maksud kamu?"
"Dewi, Bay. Kamu gak mungkin lupa nama itu.."
Bayu mengernyitkan kening, "maksud kamu apa sih, La..?"
"kemarin aku ketemu Dewi, mantan kamu, di kampus. Dia masih menyimpan poto kamu. Dan masih berusaha mencari kamu di kota ini. Dia sudah bertanya kepada teman-teman di kampus, barang kali ada yang kenal sama kamu. Awalnya aku ingin jujur sama dia. Tapi aku takut, Bay. Aku takut kamu kembali ke masa lalu mu. Aku takut kehilangan kamu, Bay..." Lala tertunduk dan menarik napas pelan.
Meski sebenarnya Bayu cukup kaget dengan apa yang barusan dikatakan Lala. Namun ia berpura-pura bersikap biasa saja. Ia teguk lagi air putih yang masih tersisa di gelasnya, sekedar untuk menenangkan hatinya.
"aku dan Dewi sudah tidak punya hubungan apa-apa lagi. Bagiku Dewi hanya lah sepenggal cerita di masa lalu, yang tidak ingin aku ingat lagi. Yang tidak mungkin bisa terulang kembali.." Bayu berucap, sambil menggenggam erat tangan lembut Lala.
Lala hanya tersenyum membalas genggaman tangan itu. Hatinya meragu, ia tidak benar-benar yakin kalau Bayu sudah melupakan Dewi. Biar bagaimanapun Dewi adalah cinta pertama Bayu, dan mereka pacaran bahkan sampai tiga tahun.
Tapi Lala mencoba meyakinkan hatinya sendiri, kalau Bayu tidak mungkin menyakitinya.
************************
"Bayu! tunggu!" sebuah suara memaku langkah Bayu. Ia memutar tubuhnya. Sesosok gadis manis melangkah tergesa kearahnya.
"Dewi?" serunya setengah tak percaya. Dewi tersenyum manis padanya.
"ngapain kamu kesini?" tanya Bayu, mereka duduk di sebuah bangku taman.
"Dua tahun aku berusaha mencari kamu, Bay." Dewi berucap dengan nada datar. "hampir setiap hari aku berharap bisa bertemu kamu kembali.." lanjutnya.
"untuk apa?"
"apa pun yang telah papa perlakukan terhadap kamu. Itu tidak akan mengubah perasaanku padamu, Bay."
Bayu hanya terdiam. Hatinya terlalu sakit bila mengingat semua itu. Papa Dewi bukan saja merendahkan harga dirinya, tapi juga mencabik-cabik hatinya. Dia memang mencintai Dewi, tapi untuk tetap bertahan, bagi Bayu terlalu berat. Papa Dewi bahkan mengancam akan memperkarakannya, jika tetap bersikeras menjalin hubungan dengan Dewi.
"aku ingin kita memulai semuanya dari awal lagi, Bay." pelan suara Dewi.
"maaf. Aku gak bisa, Wi.."
"kenapa?"
"karena sampai kapan pun, papa kamu gak bakalan merestui hubungan kita, Wi." Bayu menarik napas berat.
"aku yakin, Bay. Kalau kita berjuang bersama-sama, suatu saat papa juga akan luluh hatinya. Yang penting kita bisa membuktikan kalau kita bahagia." Dewi menyentuh lembut tangan Bayu. Bayu hanya membiarkannya saja.
Sejujurnya, Bayu memang masih menyangi Dewi. Namun luka hatinya terlalu dalam. Apa lagi sekarang ada Lala.
"Bertahun-tahun aku mencari kamu, Bay. Berharap kita bisa bersama lagi.." Dewi semakin erat menggengam tangan Bayu. "sekarang aku sudah menemukan kamu, Bay. Aku tak ingin kehilangan kamu lagi.."
Bayu menarik napas lagi, kali ini lebih panjang. "maaf, Wi. Aku tetap gak bisa.."
"ya. aku tahu. Kamu mungkin butuh waktu, Bay. Aku tidak meminta kamu untuk menerima aku sekarang. Kamu bisa pikirkan hal ini dulu. Tapi satu hal yang harus kamu tahu, Bay. Sampai kapanpun aku akan tetap mencintai kamu. Dan tidak akan ada yang bisa merubah itu semua..."
Bayu menatap mata Dewi. Bayu dapat merasakan betapa cinta itu masih ada. Namun perlahan Bayu melepaskan tangannya.
Dewi bangkit berdiri. Ia hendak pergi meninggalkan Bayu, sambil berucap, "aku akan menunggu jawaban kamu, Bay. Sampai kapanpun. Dan jika kamu sudah siap, kamu tahu harus mencari aku dimana.."
Dewi melangkahkan kakinya. Bayu menatap kepergian Dewi dengan perasaan campur aduk. Ia masygul. Hatinya bimbang. Ia merasa terjebak.
***********
"aku sangat mencintai kamu, Bay." suara Lala bergetar, "aku tahu kamu sudah bertemu Dewi.." lanjutnya.
Bayu menatap mata Lala, ia melihat ada banyak cinta disana. Harus ia akui, kalau ia juga sangat mencintai Lala. Tapi kehadiran Dewi telah memporak-porandakan perasaannya. Ia tahu, Dewi juga mencintainya. Meski papanya akan tetap menentang hubungan mereka. Bertahun-tahun Bayu mencoba melupakan Dewi, dan kehadiran Lala dalam hidupnya, telah mampu membuatnya sadar, kalau Dewi hanya lah cerita di masa lalunya. Namun sekarang...
"kalau kamu memang masih mencintainya," Lala berujar lagi, "aku ikhlas, Bay. Aku tahu, aku hanyalah seseorang yang hadir pada saat yang tidak tepat." lanjutnya, suaranya semakin bergetar.
Bayu menarik napas, tangannya mengepal. Ada segenap perasaan bersalah hadir di hatinya, tiba-tiba.
"aku dan Dewi pernah melewati hari-hari indah bersama. Tapi itu dulu. Jauh sebelum kita dipertemukan." Bayu akhirnya berucap, setelah cukup lama ia terdiam. "tidak bisa aku pungkiri, kalau sebenarnya kami masih saling menyayangi." lanjut Bayu dengan suara pelan, ia tidak ingin membuat Lala merasa terluka.
Namun Lala merasa, apa yang barusan Bayu ucapkan, benar-benar telah melukai hatinya. Ternyata untuk ikhlas itu tidak mudah. Rintih hati Lala perih.
"namun aku sudah memikirkan semuanya, La." lanjut Bayu lagi. Tangannya menyentuh jari jemari Lala. "semalaman aku berpikir, mencari jalan terbaik dari semua ini. Membuat pilihan yang terbaik. Aku tak ingin menyakiti siapapun. Tidak mudah memang. Tapi aku harus membuat keputusan..." Bayu semakin erat menggenggam tangan Lala.
Lala meremas tangan Bayu. Hatinya terasa kian sakit. Ia genggam tangan itu, ia merasa mungkin itu terakhir kalinya ia bisa memegang tangan kekar itu. Tangan pemuda yang sangat ia cintai. Ia harus kuat.
"Aku sudah bicarakan ini semua dengan Dewi pagi tadi. Aku tahu ia terluka. Tapi ia harus bisa menerima, kalau aku tidak bisa lagi melanjutkan hubungan dengannya. Karena aku lebih memilih kamu, La." Lala terkesiap, hampir tak percaya dengan apa yang barusan ia dengar. Bayu tersenyum dan menggenggam semakin erat tangan Lala. "aku memilih kamu, La. Untuk berjuang bersama meraih masa depan kita. Dan Dewi tetaplah hanya sebuah cerita di masa lalu." Bayu berkata tegas. Lala tersenyum penuh makna. sekali lagi ia percaya, kalau Bayu tidak mungkin menyakitinya.
Sekiaaan..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar