Namanya Kevin.
Dan dia adalah seorang pilot.
Kevin masih cukup muda, usianya kira-kira masih 28 tahun. Lima tahun lebih muda dariku.
Malam itu, Kevin memintaku untuk menemani tidur, karena kebetulan ia menginap di hotel tempat aku bekerja sebagai seorang room service.
"aku tahu, kalau di hotel ini ada pelayanan plus. Manager hotel ini yang cerita padaku.." ucap Kevin mengawali pembicaraan kami, setelah kami melakukan perkenalan singkat.
"awalnya aku hanya berniat untuk sekedar beristirahat malam ini di hotel ini. Namun mendengar cerita manager tentang adanya pelayanan plus di hotel ini, saya menjadi tertarik untuk mencobanya. Apa lagi menurut cerita sang manager, pelayannya juga ada yang laki-laki.." lanjut Kevin kemudian.
Secara fisik Kevin terlihat sangat atletis dan jantan. Sungguh tidak ada yang akan menduga kalau Kevin adalah seorang gay.
Tapi Kevin sudah berterus terang tentang siapa dirinya padaku.
Dan Kevin bukanlah tamu pertama yang menggunakan jasaku untuk memberi pelayanan plus.
Aku bahkan tidak ingat lagi, sudah berapa banyak sebenarnya tamu yang harus aku beri servis terbaik.
Selain karena memang kontrak kerjaku seperti itu, aku juga mendapatkan bonus uang yang sangat banyak dari para tamu yang ku beri pelayanan plus.
Aku sudah lebih setengah tahun bekerja di hotel ini, sebagai seorang room service.
Selama ini semua berjalan baik-baik saja. Istri dan anak-anakku masih mampu aku nafkahi, meski aku memperolehnya dari hasil aku jual diri.
Selama enam bulan ini, aku masih berusaha untuk mencari pekerjaan lain. Namun karena pandemi yang masih belum berakhir ini, aku juga masih belum mendapatkan pekerjaan lain.
Jadi mau tidak mau, suka tidak suka, aku meman masih harus menjalani profesi ku saat ini.
Dan beriring berjalannya waktu, aku mulai terbiasa dengan semua ini.
Rasa geli dan jijikku, karena harus melayani laki-laki, perlahan mulai tak ku rasakan lagi.
Aku mulai bisa menikmati hal tersebut.
Aku sudah melayani banyak tamu, dengan berbagai karakter dan tipe yang berbeda-beda. Dan juga dengan berbagai posisi yang berbeda.
Aku tidak punya kriteria khusus dalam melayani tamu. Yang penting bagiku, mereka mau membayarku mahal.
Dan Kevin adalah tamu ku yang kesekian, yang harus aku beri pelayanan plus.
Dan aku juga yakin, kalau Kevin juga akan membayarku mahal. Apa lagi jika aku bisa memberi kesan yang indah padanya.
Ada beberapa orang tamuku, yang kembali lagi menginap di hotel ini, hanya untuk mendapatkan kembali pelayanan terbaik dariku.
"kamu sangat hebat, Derry..." bisik salah seorang tamuku, yang sudah tiga kali menginap di hotel ini dan mendapatkan pelayanan khusus dariku.
Dia seorang laki-laki tua, yang sudah cukup berumur. Tapi ia mengaku ketagihan denganku.
"menurut cerita manager hotel ini juga, katanya mas Derry adalah pelayan favorit di hotel ini.." suara Kevin membuyarkan lamunanku barusan.
"ah, kamu bisa aja, Vin. Saya hanya mencoba melakukan tugasku dan memberikan pelayanan yang terbaik untuk para tamu.." balasku berusaha santai.
"justru karena itu, saya jadi penasaran, mas. Dan saya pun memutuskan untuk memilih menggunakan jasa mas Derry malam ini.." ucap Kevin lagi.
Kali ini aku hanya terdiam. Kalimat seperti itu bukan pertama kalinya aku dengar. Hampir semua tamu yang aku hadapi selalu mengatakan hal yang sama.
Kisahku yang sebenarnya adalah laki-laki normal yang sudah punya istri dan anak, selalu menarik perhatian para tamu, untuk menggunakan jasaku.
"sebenarnya saya punya seorang pacar di kota lain. Tapi sejujurnya, kami bahkan belum pernah walau hanya sekedar berciuman." cerita Kevin tiba-tiba, memecahkan keheningan yang tercipta sesaat tadi.
"pacar kamu cowok?" tanyaku penasaran.
"iya, mas. Kami sudah pacaran hampir setahun. Tapi saya belum berani berbuat lebih padanya." jawab Kevin ringan.
"kenapa?" tanyaku masih penasaran.
"saya juga gak tahu kenapa, mas. Menurut pengakuan pacarku, aku adalah pacar pertamanya. Yang berarti ia juga belum pernah melakukan hal tersebut dengan siapa pun. Aku jadi takut untuk memulainya, walau pun aku sangat menyayanginya.." jawab Kevin lagi.
"saya hanya mencoba menjalin hubungan yang sehat dengan pacarku. Tapi sebagai laki-laki biasa, terkadang keinginan untuk melakukan hal itu muncul begitu saja. Dan biasa nya saya lebih memilih untuk melakukannya dengan para lelaki bayaran.." Kevin melanjutkan ceritanya.
"lelaki bayaran seperti saya?" tanyaku memancing.
"boleh dibilang seperti itu, mas.." jawab Kevin lugas.
"apa kamu gak takut kena penyakit?" tanyaku lagi.
"kan selalu pakai pengaman, mas." jawab Kevin. "dan bagaimana dengan mas Derry sendiri, apa mas gak takut kena penyakit juga?" tanya Kevin melanjutkan.
"terus terang terkadang ada kecemasan akan hal itu. Tapi seperti yang kamu katakan, saya juga selalu pakai pengaman." jawabku sambil sedikit menarik napas.
"dan lagi pula sebenarnya tuntutan hidup yang membuatku harus memilih pekerjaan ini, meski aku tidak pernah menginginkan hal ini..." lanjutku kemudian.
"boleh tahu, kenapa mas Derry bisa terjebak di sini?" tanya Kevin lagi.
Aku kembali menarik napas dalam, kali ini lebih lama.
Lalu perlahan, aku pun mulai menceritakan, bagaimana akhirnya aku bisa berada di sini.
Sebuah cerita tentang perjalanan hidupku. Cerita yang sudah sering aku ceritakan pada para tamuku yang sebenarnya hanya sekedar ingin tahu. Mereka tak pernah benar-benar peduli.
Namun begitulah perjalanan hidupku. Aku tak ingin lagi menyesalinya.
Meski terkadang, aku juga lelah dengan semua ini.
*****
"oh, jadi mas Derry sudah punya istri dan anak?" tanya Kevin meyakinkan, setelah aku mengakhiri ceritaku.
Aku hanya mengagguk ringan. Aku tak terlalu berupaya untuk meyakinkan Kevin. Karena berdasarkan pengalamanku selama ini, hal itu sebenarnya tidak membuat perbedaan apa pun.
Para tamu yang mengetahui hal tersebut, tetap akan memintaku untuk memberikan pelayanan terbaik.
Untuk beberapa saat, kami terdiam kembali.
Kevin kemudian merebahkan tubuhnya di atas ranjang empuk itu, sementara aku masih duduk termangu di pinggiran ranjang.
Tiba-tiba aku merasakan tangan Kevin melingkar di pinggangku.
Aku terkaget, tapi aku tetap membiarkannya. Karena untuk itulah aku berada di sini. Untuk itulah aku akan di bayar.
"mas Derry udah siap untuk berlayar bersamaku malam ini?" bisik Kevin pelan.
Aku memutar kepalaku, lalu manatap Kevin dengan menyinggungkan senyum.
"bukankah aku di sini memang untuk itu?!" ucapku sepelan mungkin.
Kevin membalas tersenyum. Tangannya kian erat mendekapku.
Perlahan wajah kami pun saling mendekat.
Aku sudah teramat sering melakukan hal ini. Ini bukan lagi sesuatu yang asing bagiku.
Tugasku adalah membuat Kevin terkesan, hingga ia akan memberiku tip yang sangat besar.
Lagi pula harus aku akui, kalau Kevin cukup menarik secara fisik. Setidaknya itu sedikit mengurangi rasa geliku.
Karena sudah sama-sama berpengalaman, kami sudah saling mengerti posisi kami masing-masing dan apa yang harus kami lakukan selanjutnya.
Permainan itu berlangsung cukup lancar. Kevin sangat mengerti dengan apa yang harus ia lakukan.
Kelihaiannya cukup membuktikan kalau ia memang sudah memiliki jam terbang yang tinggi dalam hal tersebut.
Aku pun berusaha membuktikan diri, kalau aku juga punya jam terbang yang tinggi dalam memberi pelayanan terbaik kepada para tamu.
Keringat dingin mulai membanjiri tubuh kami, namun itu tidak mengurangi keindahan yang kami rasakan.
Pelayaran indah itu pun akhirnya di mulai. Aku mulai mengayunkan dayung di atas biduk-biduk keindahan itu.
Kevin pun berusaha mengikuti setiap gerakanku, dalam upayanya untuk menuju pelabuhan yang penuh warna tersebut.
Setelah berlayar cukup lama, kami pun sepakat untuk segera berlabuh.
Dan akhirnya kami pun menyatu dalam buaian rasa indah yang tak terhingga.
Di iringi jeritan-jeritan kecil dari bibir Kevin, aku pun akhirnya terhempas dan berlabuh pada saat yang sama, ketika Kevin juga memutuskan untuk segera berlabuh.
Sungguh sebuah pelayaran yang begitu indah.
Kevin berhasil membuktikan dirinya, kalau ia memang sudah berpengalaman.
"makasih, mas..." bisik Kevin, setelah aku terbaring letih di sampingnya.
Aku hanya tersenyum tipis, menjawab ucapan tersebut.
Sekali lagi, itu bukan pertama kalinya, seorang tamu mengucapkan hal tersebut, setiap kali kami menuntaskan pelayaran kami.
*****
"jadi kapan kamu akan mencoba hal ini dengan pacar kamu yang lugu itu?" tanyaku berbasi-basi, sesaat sebelum kami memulai lagi pertempuran kami.
"entahlah, mas. Saya juga bingung bagaimana cara memulainya. Saya hanya takut, kalau pacar saya sebenarnya tidak menginginkan hal tersebut.." jawab Kevin dengan nada ragunya.
Aku memejamkan mata. Sebenarnya aku juga hanya sekedar bertanya, aku tidak benar-benar ingin tahu.
Aku hanya sekedar mengingatkan Kevin, tentang status nya yang sudah punya pacar tersebut.
Kevin pun sepertinya mengerti hal itu, karena itu akhirnya ia bangkit dari rebahannya lalu berjalan pelan menuju kamar mandi, untuk membersihkan diri.
Aku masih saja memejamkan mata, mencoba untuk tertidur.
Pertarunganku dengan Kevin tadi, benar-benar membuatku kelelahan.
Karena kelelahan, aku akhirnya pun tertidur dengan pulas.
Saat terbangun, aku melihat Kevin masih terjaga di depan laptopnya, dengan menghisap sebatang rokok.
Sepertinya Kevin memang tidak tertidur sejak tadi.
"kamu gak tidur?" tanyaku ringan.
Kevin memutar kepala menatapku, lalu menggeleng ringan.
"aku masih belum ngantuk, mas.." ucapnya datar.
"kamu masih mau berlayar lagi gak?" tanyaku lagi.
"kenapa? mas menginginkannya lagi?" Kevin balik bertanya.
"bukan itu maksudku. Kalau kamu gak membutuhkan aku lagi, aku mau permisi pulang. Sudah hampir seminggu aku gak pernah tidur di rumah..." jawabku jujur.
Karena memang selama seminggu ini, ada saja tamu yang memakai jasaku. Dan mereka semua memintaku untuk tidur bersama mereka sampai pagi.
Kevin terlihat berpikir sejenak mendengar penjelasanku tersebut.
"tapi kalau kamu masih membutuhkanku di sini, juga gak apa-apa, kok. Aku gak apa-apa tidur di sini.." ucapku lagi, tak ingin Kevin merasa tersinggung.
Kevin kembali menatapku, lalu berucap...
"kita coba sekali lagi ya, mas. Setelah itu terserah mas Derry, kalau mau pulang juga gak apa-apa.." suara Kevin pelan.
Aku melirik jam di ponselku, masih jam sebelas malam.
Setidaknya kalau aku bertempur sekali lagi dengan Kevin, pasti nanti sampai jam dua belas tengah malam. Setidaknya aku masih punya waktu untuk pulang. Aku membathin.
"oke. gak apa-apa.." jawabku akhirnya setuju.
Kevin kembali melangkah menuju ranjang. Aku menyambutnya dengan senyum mengembang.
Rasa lelahku sudah menghilang, dan aku sudah siap untuk berlayar kembali bersama Kevin.
Untuk ke dua kali nya malam itu, kami pun melakukan pendakian bersama.
Sebuah pendakian yang masih terasa sangat indah dan begitu berkesan.
Hingga untuk yang ke duanya lagi, kami pun terhempas bersama.
*****
Seperti kesepakatanku dengan Kevin, setelah mandi dan membersihkan diri, aku pun pamit untuk pulang.
Jam memang sudah hampir jam satu malam. Aku melangkah pelan keluar kamar hotel tersebut, setelah tentu saja Kevin membayarku lebih banyak dari yang aku harapkan.
Sepanjang perjalanan pulang, aku masih terus memikirkan pertarunganku dengan Kevin barusan.
Setiap tamu yang aku temani, selalu punya kesan yang berbeda.
Mereka selalu punya cerita kehidupan yang berbeda, dan hal itu membuatku menjadi tidak jenuh menjalani proses kehidupan ini.
Melakukan rutinitas yang sama, dengan orang-orang yang berbeda, membuatku jadi sedikit menikmati pekerjaanku.
Segala lelah yang aku rasakan, terbayar dengan upah yang aku peroleh.
Pengalaman-pengalaman para lelaki gay yang aku temui, membuat aku punya kesimpulan tersendiri tentang dunia gay itu sendiri.
Tidak ada seorang pun dari mereka yang ingin terlahir sebagai laki-laki yang berbeda. Tapi mereka tidak begitu saja bisa menghindar dari semua itu.
Sebagian besar dari mereka, sebenarnya adalah laki-laki baik, yang terombang-ambing oleh kodratnya sendiri.
Mereka hanya mencoba menjalani takdir yang sudah di tentukan untuk mereka. Walau sebenarnya mereka bisa saja berhenti dari semua itu. Tapi jelas hal itu tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Butuh kemauan yang besar untuk bisa berubah. Dan tidak semua orang punya kemauan yang besar.
Setidaknya begitulah yang aku ketahui sampai saat ini, tentang dunia gay.
Dan sekali lagi aku berharap, semoga aku bisa segera keluar dari semua ini.
Semoga kehidupan ku akan kembali normal.
Ya, semoga saja...
****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar