Aku memanggilnya om Johan, dan dia adalah pacar papaku.
Siapa sebenarnya om Johan?
Apa yang terjadi antara aku dan om Johan?
Dan seperti apa akhir dari kisah kami bertiga?
Simak cerita ini sampai selesai ya..
Namaku Syaiful Bahrianto, orang-orang biasa memanggilku Ipul.
Dan saat ini aku sudah kuliah tahun pertama.
Aku hidup bersama seorang papa dan tinggal di sebuah rumah yang boleh dibilang cukup mewah.
Sejak aku kecil papa dan mama sudah berpisah. Aku tidak tahu apa penyebabnya dan aku tidak pernah berani bertanya kepada papa.
Namun yang pasti semenjak mereka berpisah aku tidak pernah lagi bertemu dengan mama.
Aku dibesarkan oleh papa sendirian.
Papa bekerja sebagai seorang pegawai di sebuah lembaga pemerintahan. Dan secara ekonomi kehidupan kami cukup mapan.
Namun tentu saja sebagai anak korban dari perceraian kedua orangtuaku, hidupku jadi tidak teratur.
Aku selalu merasa kekurangan kasih sayang. Aku selalu merasa kurang perhatian. Terutama dari sosok seorang ibu.
Karena itu aku jadi seorang anak yang sangat pendiam dan sedikit penakut.
*****
Sejak aku kecil dan sejak papa bercerai dari mama, papa sering mengajak om Johan datang ke rumah, bahkan om Johan juga sering menginap di rumah kami.
Om Johan mengaku, kalau ia adalah salah seorang rekan kerja papa.
Awalnya aku menganggap kehadirang om Johan di rumah kami adalah hal yang biasa.
Namun lama kelamaan, aku sering melihat mereka berdua bermesraan.
Awalnya aku tidak mengerti apa yang mereka lakukan sebenarnya.
Namun beriring bertambahnya usiaku, aku mulai paham apa yang terjadi antara om Johan dan papaku.
Apa lagi mereka selalu terlihat mesra, terutama ketika om Johan menginap di rumah kami.
Aku sering memergoki mereka melakukan hubungan layaknya sepasang suami istri.
Tapi mereka terlihat santai, dan seolah-olah menganggap aku tidak pernah tahu.
Ingin rasanya aku protes kepada papa akan hal tersebut. Tapi aku tidak pernah berani.
Hingga akhirnya aku tumbuh dan besar, dalam bayang-bayang kemesraan dua orang laki-laki dewasa.
Saat aku mulai puber, aku justru sering mengkhayalkan hal tersebut.
Aku selalu membayangkan bisa melakukan hal tersebut dengan om Johan.
Aku mulai sering memikirkan om Johan. Aku juga sering memperhatikannya diam-diam.
Mengintip papa dan om Johan sudah menjadi rutinitas bagiku, setidaknya setiap malam om Johan menginap.
Hingga aku menyelesaikan masa SMA-ku dan mulai masuk dunia perkuliahan.
Aku masih saja selalu berkhayal tentang om Johan.
Aku memang telah jatuh cinta padanya. Om Johan adalah cinta pertamaku.
*****
Suatu hari, saat aku baru saja pulang kuliah. Aku menemukan om Johan sendirian di rumah kami.
"om Johan? Kenapa disini? Dan mana papa?" tanyaku dengan nada sedikit canggung.
Aku dan om Johan memang jarang mengobrol. Karena setiap kali kesini, beliau hanya ngobrol dengan papaku.
Bahkan sebenarnya aku dan papaku juga tidak begitu dekat.
"papa kamu sedang ada tugas ke luar kota. Jadi ia memintaku untuk menemani kamu malam ini.." jawab om Johan terdengar santai.
Aku terdiam beberapa saat. Biasanya kalau papa ada tugas ke luar kota, ia selalu memintaku untuk tidur di rumah temanku atau juga di rumah tetangga kami.
Tapi entah mengapa kali ini, papa justru meminta om Johan menemaniku.
Selanjutnya aku langsung menuju kamarku, tak sanggup lebih lama lagi berduaan dengan om Johan di ruang keluarga.
Aku memang selalu berdebar-debar setiap kali menatap wajah om Johan. Aku selalu marasa gugup, saat dekat-dekat dengan om Johan.
Sebenarnya om Johan tidak terlalu tampan. Wajahnya biasa saja, tapi ia punya tubuh yang atletis dan kekar.
Aku selalu membayangkan bisa berada dalam pelukan hangat tubuh atletis itu.
Saat aku selesai mandi dan berganti pakaian, aku mendengar suara ketukan di pintu kamarku.
"siapa?" tanyaku dari dalam.
"saya. Om Johan.." balas suara tersebut dari balik pintu kamarku.
"ada apa, om?" tanyaku masih dari dalam dan berusaha berucap dengan nada sewajar mungkin.
"saya boleh masuk?" tanya om Johan lagi. "ada hal penting yang ingin saya bicarakan dengan kamu, Pul.." lanjutnya.
Aku terdiam. Hal penting apa yang ingin om Johan bicarakan denganku. Padahal selama ini, kami bahkan hampir tidak pernah berbicara berdua.
Namun karena penasaran, aku akhirnya membuka pintu untuk om Johan dan mempersilahkannya masuk.
Om Johan duduk dengan santai di pinggiran ranjang tidurku. Aku dengan perasaan gugup duduk sedikit jauh di sampingnya.
"om mau ngomong apa?" tanyaku akhirnya setelah kami terdiam beberapa saat.
Om Johan menatapku dengan mata sendunya. Debaran di jantungku kian menjadi-jadi. Aku buru-buru menunduk, tak berani lebih lama menatap mata indah itu.
"om tahu, kalau sebenarnya kamu sudah tahu tentang hubungan om dengan papa kamu." suara om Johan sedikit serak.
Aku mendongak kembali mendengar kalimat tersebut, menatap kembali wajah setengah tampan milik om Johan.
"om juga tahu, kalau kamu sering mengintip kami dari lobang kunci pintu. Dan om juga tahu, kalau kamu sering diam-diam memperhatikan om.." lelaki yang berusia sekitar 46 tahun itu melanjutkan kalimatnya.
Kali ini aku menunduk kembali. Aku benar-benar tidak menyangka kalau om Johan akan berkata demikian.
"sebenarnya sudah sejak lama om ingin mengatakan ini pada kamu, Pul. Tapi om merasa tidak enak hati kepada papa kamu." om Johan terus berucap, melihat aku yang hanya tertunduk.
Hening sejenak. Tiba-tiba aku merasa om Johan bangkit dari duduknya, lalu kemudian ia berpindah duduk berdempetan denganku.
"om suka sama kamu, Pul. Kamu tampan dan begitu bersih. Om sangat menyukai kamu, bahkan sudah sejak lama.." om Johan berucap sambil meraih jemariku.
Tanganku bergetar hebat. Seumur hidup aku belum pernah sedekat ini dengan seorang laki-laki.
Apa lagi saat ini, laki-laki yang ada di dekatku adalah laki-laki yang selalu menghiasi fantasi liarku selama ini.
Aku memejamkan, berharap semua itu bukanlah sebuah mimpi.
Aku menarik napas berkali-kali, sekedar menenangkan pikiran dan hatiku.
"aku... aku.. aku.. juga suka ... sama.. om..." ucapku akhirnya dengan nada terbata.
"aku ingin selalu bersama om Johan. Aku ingin merasakan hal tersebut bersama om Johan.." aku melanjutkan dengan cukup berani.
Untuk sesaat mata kami saling tatap. Om Johan menyunggingkan sebuah senyum manis.
"kamu yakin ingin melakukannya dengan om?" tanya om Johan kemudian.
Aku mengangguk yakin. Seyakin perasaanku pada om Johan.
Dan untuk pertama kalinya dalam hidupku, malam itu aku akhirnya bisa merasakan hal tersebut dengan om Johan.
Om Johan sangat tangguh, dan aku sangat menyukainya.
Itu adalah pengalaman pertama terindah dalam hidupku.
*****
Sejak kejadian malam itu, aku dan om Johan jadi semakin sering melakukannya.
Om Johan selalu bisa mengatur waktu, agar pertemuan kami tidak diketahui oleh papaku.
Kadang aku memang merasa cemburu, setiap kali melihat om Johan dan papa.
Tapi om Johan selalu berhasil meyakinkanku setiap kali kami punya kesempatan untuk berduaan.
Om Johan bahkan berjanji akan segera mengakhiri hubungannya dengan papaku, dan akan fokus dengan hubungannya bersamaku.
Aku yang memang telah jatuh cinta dan terlanjur bahagia dengan kehadiran om Johan dalam hidupku, tentu saja percaya dengan semua janji om Johan.
Namun setelah hampir setahun hubungan segitiga itu terjalin, om Johan masih saja terus berhubungan dengan kami berdua.
"hubungan om dan papa kamu, sudah terjalin bertahun-tahun lamanya, Pul. Om belum menemukan alasan yang tepat untuk memutuskan hubungan kami saat ini.." begitu alasan om Johan setiap kali aku mempertanyakan hal tersebut.
"kamu sabar, ya.." bujuknya melanjutkan.
Seperti biasa aku hanya bisa terdiam. Setiap kali om Johan berkata demikian. Dia akan berusaha membuatku terlena dengan kemesraannya yang indah.\
Aku juga tidak terlalu memikirkan hal tersebut. Setidaknya aku masih bisa bersama om Johan, meski harus berbagi dengan papaku sendiri.
Hingga akhirnya hubunganku dengan om Johan diketahui oleh papaku.
Papa marah pastinya, tapi ia tak berani memarahiku. Segala kemarahannya justru ia tumpahkan kepada om Johan.
Mereka bertengkar hebat di depanku. Aku pun segera berlalu dari sana.
Aku memutuskan untuk pergi dari rumah. Setidaknya sampai keadaan kembali membaik.
Aku merasa sakit sebenarnya. Namun aku tak mampu berbuat apa-apa saat ini.
Aku kecewa karena hubunganku dengan om Johan akhirnya diketahui oleh papaku. Namun kekecewaanku yang paling dalam ialah menyadari bahwa hubunganku dengan om Johan pasti tidak akan bisa dilanjutkan lagi.
Aku akan kehilangan lelaki cinta pertamaku itu. Aku tidak akan bisa lagi merasakan kehangatan darinya.
Padahal cintaku pada om Johan sudah sangat dalam dan terasa begitu kuat.
*****
Aku menginap beberapa malam di rumah salah seorang teman kuliahku. Sampai akhirnya papa menemukanku.
"papa minta maaf, Pul." ujar papa, ketika kami sudah berada di rumah kembali.
Aku tak tahu, entah bagian mana sebenarnya yang membuat papa harus meminta maaf padaku.
Bukankah seharusnya aku yang meminta maaf padanya, karena telah merebut om Johan darinya.
"papa minta maaf untuk semuanya, Pul. Papa bukanlah ayah yang baik buat kamu. Seharusnya papa tidak membiarkan om Johan masuk ke dalam kehidupan kita. Seharusnya papa tidak melakukan hal tersebut, terutama di depan kamu.." papa beujar lagi, kemudian menarik napas berat.
"papa sangat menyesali semuanya, Pul. Papa tahu ini sudah terlambat. Tapi papa janji akan memperbaiki semuanya lagi.."
"papa sudah putuskan untuk tidak lagi berhubungan dengan om Johan. Papa harap kamu juga melakukannya, demi papa dan demi kehidupan kita yang lebih baik ke depannya.." suara papa mulai parau.
Aku terhenyak. Entah bagian mana dari ucapan papa barusan yang membuat hatiku terenyuh.
Entah karena papa yang telah sadar akan kesalahannya, atau mungkin karena papa memintaku untuk melepaskan om Johan, orang yang telah memberi warna dalam hidupku.
"papa harap, kamu mau memberikan papa kesempatan kedua, Pul." papa berujar lagi.
"papa akan menemui mama kamu, dan memintanya untuk kembali lagi ke rumah kita. Dan kita akan memulai hidup baru, Pul. Memulai semuanya lagi dari awal.." lanjut papa.
"sebenarnya apa yang terjadi antara papa dan mama?" tanyaku akhirnya, setelah untuk beberapa menit kami terdiam.
Papa menatapku sekilas, kemudian berujar :
"papa dan om Johan sudah pacaran, jauh sebelum papa dan mama kamu menikah. Papa menikah dengan mama kamu, bukan karena kami saling cinta. Tapi sebenarnya kami dijodohkan."
"namun setelah menikah dengan mama kamu, papa masih terus berhubungan dengan om Johan."
"hingga akhirnya, mama kamu mengetahuinya, dan memilih untuk pergi meninggalkan papa.."
Papa sekali lagi menarik napas berat.
"sebenarnya mama kamu ingin sekali membawa kamu pergi, tapi papa berhasil mencegahnya dan sedikit mengancamnya agar tidak lagi berusaha menemui kamu.."
"karena itu juga, mama kamu tidak pernah berani untuk datang menemui kamu." papa berujar dengan suara lirih.
"bagaimana kalau ternyata mama sudah menikah lagi, dan bagaimana kalau ia tidak mau kembali lagi?" ucapku bertanya.
"selama ini sebenarnya papa dan mama masih sering saling berhubungan. Papa tahu persis kalau mama kamu belum menikah dan ia pasti mau kembali lagi, jika ia tahu kalau papa sudah tidak berhubungan lagi dengan om Johan.." jawab papa terdengar yakin.
"papa tahu, ini tidak akan semudah yang papa bayangkan. Tapi setidaknya papa akan berusaha semampu papa untuk memperbaikinya.." papa melanjutkan.
"tapi papa butuh dukungan kamu, Pul. Dan papa ingin agar kamu juga bisa berubah.." lanjutnya lagi.
Aku merenung beberapa saat.
Setiap orang punya masa lalu dan setiap orang berhak untuk mendapatkan kesempatan kedua.
Meski sudah sangat terlambat, tak ada salahnya jika aku bersedia memberi papa kesempatan tersebut.
Dan tak ada salahnya juga, kalau aku mencoba untuk berubah.
Selama ini sebenarnya aku hanya kekurangan kasih sayang dan juga perhatian, sehingga kehadiran om Johan benar-benar membuatku terlena.
Jika papa dan mama bisa bersatu lagi, aku yakin aku pasti bisa berubah.
Segala kejadian dan kenangan ku bersama om Johan, akan menjadi sepenggal cerita di masa laluku.
Aku dan papa akan sama-sama berjuang untuk memulai kehidupan yang jauh lebih baik dan jauh lebih normal.
Semoga saja mama juga bersedia memaafkan papa dan mau memulai semuanya lagi dari awal.
Semoga saja aku dan papa benar-benar bisa berubah selamanya..
Ya, semoga saja..
*****
Sekian..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar