Cerita berawal ketika saya ikut kegiatan KKN disebuah desa.
Disana lah saya bertemu Ryan, seorang pemuda desa yang sederhana.
Awalnya semuanya berjalan biasa saja. Kami memang sering bertemu. Karena Ryan salah seorang pengurus Pemuda di Desa tersebut. Jadi kegiatan kami selama KKN disana sering dibantu oleh pengurus pemuda disana.
Ryan sangat aktif selama kami disana. Dia sering membantu kami dalam melaksanakan berbagai kegiatan di desa.
Kami sering bercerita mengenai kegiatan-kegiatan yang
kami lakukan disana. Ryan orang yang cerdas. Meski ia tidak pernah kuliah. Usianya sudah 27 tahun waktu itu.
Dia suka bermain voly setiap sore dilapangan desa. Saya selalu suka memperhatikan Ryan, saat ia bermain voli.
Selain memiliki wajah yang tampan, Ryan juga mempunyai postur tubuh yang kekar dan atletis. Karena Ryan memang seorang pekerja keras.
Dari awal saya memang sudah tertarik dengan Ryan. Dia cowok yang baik, ramah dan juga sangat rajin.
Aku merasa sangat senang bisa bertemu dan berkenalan dengannya. Apa lagi kian hari, aku dan Ryan kian dekat dan akrab.
Kedekatan kami itu, justru membuatku semakin mengaguminya. Kadang aku jadi sering salah tingkah, bila harus berhadapan dengan Ryan.
Namun sekuat mungkin aku berusaha menahan perasaanku. Aku tidak ingin Ryan tahu, tentang betapa kagumnya aku padanya.
Kami melaksanakan KKN selama lebih kurang dua bulan. Kami berjumlah 9 orang, lima cewek dan 4 cowok.
Kami yang cowok tinggal di sebuah rumah kosong, tak jauh dari lapangan voly tempat biasa Ryan bermain. Sedangkan yang cewek tinggal di salah satu rumah penduduk.Saat itu sudah hampir 2 minggu kami berada di Desa Ryan. Sudah banyak kegiatan yang kami lakukan.
Malam hari biasanya aku sering ikut nongkrong bersama Ryan dan teman-temannya, yang berada disekitaran lapangan voli tersebut.
Aku juga kadang-kadang sering menghabiskan waktu ngobrol berdua bersama Ryan.
Dari Ryan, aku akhirnya tahu, kalau ia anak bungsu dari lima bersaudara. Keempat kakak-kakaknya semuanya sudah berkeluarga.
Orangtua Ryan mempunyai sebuah kebun sawit yang cukup luas. Dan Ryan dipercayai oleh orangtuanya untuk mengelola kebun tersebut.
Ryan mengerjakan kebunnya sendiri, mulai dari merawat hingga memanennya. Mungkin karena itu juga, tubuh Ryan terbentuk dengan sempurna, selain karena ia memang suka berolahraga.
Pada suatu malam, saya berjalan ke tempat Ryan dan teman-temannya biasa nongkrong. Kebetulan malam itu saya memang sedang tidak ada kegiatan bersama teman-teman KKN.
Saat sampai ditempat itu, saya melihat Ryan duduk sendirian disana, sambil bermain gitar. Ryan memang suka bermain gitar dan suaranya bagus. Saya suka mendengarkan dia bernyanyi.
"sendirian saja," tegur saya, saat sudah duduk disamping Ryan, "mana yang lain..?" lanjut saya.
Ryan berhenti sejenak memainkan gitarnya, lalu menjawab "yang lain pergi lihat hiburan ke desa tetangga.."
"oh.." saya mengangguk. Ryan kembali memainkan gitarnya, dia menatapku sejenak, seraya memperlihatkan senyuman yang begitu manis. Saya membalas tersenyum, sambil menahan debaran di dada saya yang bergemuruh.
Senyum
Ryan memang teramat manis, dihiasi lesung pipi tipisnya.
"abang gak ikut?" tanyaku lagi.
"gak!" jawabnya singkat. Ryan memang sedikit pendiam orangnya. Dia hanya berbicara seperlunya saja.
"pergi yuk!" ucapku, setelah Ryan menyanyikan sebuah lagu.
Ryan kembali
menatapku, kali ini cukup lama."kemana?" tanyanya kemudian.
"lihat hiburan di desa tetangga itu.." jawabku.
"oh.." balasnya, "kamu suka lihat hiburan seperti itu?' lanjutnya bertanya.
"gak juga, sih. tapi dari pada bengong disini, kan..?" jawabku lagi.
"ayoklah.." balasnya, setelah terdiam sesaat. "kamu tunggu sini ya, saya ambil motor dulu.." sambil ia berdiri dan pergi menuju rumahnya.
Rumah Ryan hanya berjarak kurang lebih 50 meter dari situ.
Setelah Ryan kembali dengan membawa motornya, kami pun segera berangkat.
Ryan membawa motornya pelan-pelan menuju desa tetangga, saya duduk dibelakangnya dengan dada yang semakin berdebar.
Jujur, saya merasa sangat bahagia saat itu. Bisa berduaan bersama Ryan, merupakan sebuah keindahan tersendiri bagiku.
"dingin gak?" tanya Ryan padaku, ketika diperjalanan. Jarak desa tetangga tersebut kurang lebih 6 kilo meter.
"lumayan lah..." jawabku jujur.
"peluk aja, kalau dingin.." katanya lagi.
Saya terdiam sejenak, debaran di jantung saya semakin tak karuan. Namun kemudian akhirnya saya melingkarkan tangan ke tubuh Ryan yang gagah.
Tubuh itu terasa hangat. Dada saya semakin bergemuruh dan berdebar hebat. Jantung saya berdetak lebih kencang dari biasanya.
"bensinnya habis.." jelas Ryan, saat ia juga turun untuk membuka jok. "saya lupa mengisinya tadi.." lanjutnya.
"oh.." keluhku, "jadi gimana?" tanyaku.
"ya. kita tunggu aja orang lewat.." jawabnya, "itupun kalau ada.." lanjutnya.
"kok, kalau ada...?" tanyaku lagi.
"iya. karena udah jam segini, biasanya jarang orang lewat.." ucap Ryan.
"teman-teman yang pergi lihat hiburan pulang jam berapa?" tanyaku.
"biasanya jam 2 atau jam 3.." jelasnya.
Saya terdiam. Ryan menatap saya, kemudian berujar, "kita tunggu disana aja yuk..."
Saya mengangguk. Setuju.
Ryan mendorong motor ke dalam kebun, menuju pondok tersebut. Saya mengikutinya dari belakang. Sesampainya di pondok, kami masuk kedalam, ternyata pondok itu tidak dikunci.
"ini pondok siapa?" tanyaku berbasa-basi.
"pondok warga yang punya kebun ini.." jawabnya sekenanya. Kemudian bertanya,"kamu takut?"
"sedikit..." jawabku jujur. "dan dingin juga..." lanjutku lagi.
Tiba-tiba Ryan duduk disampingku. Tangannya merangkul pundakku. Aku merasa begitu hangat.
"masih dingin?" tanya Ryan. Aku hanya diam.
Ryan kemudian melingkarkan tangannya memeluk tubuhku. Aku gemetaran, dadaku semakin tak karuan. Ryan memelukku begitu erat dan hangat.
Aku membalas memeluknya. Aku merasakan begitu kekarnya tubuh Ryan.
Kutatap mata Ryan, dia tersenyum. Seperti biasa, senyum yang begitu manis. Tapi kali ini begitu dekat, sangat dekat.
Aku merasakan hembusan nafas Ryan. Kami saling tatap cukup lama.
Ryan adalah pacar pertamaku sekaligus laki-laki pertama yang berhasil merebut hatiku dengan pesonanya.
Pengalamanku bersama merupakan hal terindah dalam perjalanan hidupku sampai saat ini.
Aku hanya berharap, semoga Ryan selalu berbahagia.
Dan semoga aku juga akan menemukan kebahagiaan lain dalam hidupku.
Untuk Ryan, andai engkau mendengar atau membaca kisah ini,
"aku masih mencintaimu dan akan selalu mencintaimu...."
****
Sekian ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar