"katanya pak Kades itu, orangnya masih muda dan masih lajang.." bisik salah seorang perempuan rekan sesama KKN ku, kepada seorang rekan perempuan yang duduk di sampingnya.
Aku duduk tepat dibelakang mereka berdua.
Pembicaraan dua orang cewek teman KKN ku itu terdengar sayup-sayup di kupingku.
Beberapa menit kemudian seorang laki-laki gagah masuk ke ruang aula tersebut.
Laki-laki tersebut tersenyum menatap kami semua. Senyum yang sungguh sempurna di mataku.
"perkenalkan nama saya Jaka Putra, saya kepala desa di sini.." suara laki-laki itu lantang dan terdengar sangat maskulin.
Setelah ia duduk di barisan meja depan menghadap kami.
"saya ucapkan selamat datang kepada adik-adik KKN semuanya di desa kami ini, semoga kita bisa bekerja sama ke depannya.." lanjutnya.
Selanjutnya sang Kades mulai menjelaskan beberapa hal kepada dan juga sekaligus memperkenalkan para perangkatnya, yang juga sudah hadir sejak tadi di ruangan aula desa tersebut.
Sepanjang penjelasan pak Kades tersebut, saya memperhatikan pria tampan itu dengan perasaan kagum.
Ya, harus saya akui, kalau pak Jaka, sang kades tersebut, memang sangat tampan.
Hidungnya mancung dengan dagu yang sedikit lancip. Rahangnya kokoh.
Di tambah pula dengan postur tubuhnya yang terlihat atletis dan kekar.
Aku terpesona pada pandangan pertama terhadap sang kades.
Hingga akhirnya sesi perkenalan tersebut berakhir. Kemudian kami diantar oleh salah seorang staff kantor menuju rumah tempat kami tinggal selama KKN.
Rumah tersebut ternyata bersebelahan dengan rumah kediaman pak kades.
Rumah tempat kami tinggal merupakan rumah salah seorang warga, yang ditempati oleh hanya sepasang suami istri tua, yang menurut keterangan mereka, ketiga anaknya sudah berkeluarga dan sudah punya rumah sendiri di desa tersebut.
Rumah itu cukup luas, dengan tiga kamar tidur.
Kami mahasiswa KKN berjumlah sepuluh orang, tujuh orang cewek dan tiga orang cowok.
Satu kamar ditempati oleh pasangan tua si pemilik rumah tersebut, satu kamar disediakan untuk para cewek dan satu kamar lagi untuk kami para cowok.
Kami melaksanakan KKN selama lebih kurang dua bulan ke depan.
Dan kebetulan saya di tunjuk sebagai ketua dalam rombongan kami.
Sebagai ketua, tentu saja saya harus lebih aktif dan lebih sering berurusan dengan perangkat desa dan juga pak kades.
Dan karena itu jugalah, aku akhirnya bisa sering-sering dekat dan ngobrol bersama pak kades.
Bahkan pak kades sering memintaku untuk menemaninya keluar, untuk belanja keperluan kantor.
"kamu udah punya pacar?" tanya pak kades suatu saat, ketika ia kembali memintaku menemaninya belanja.
"belum pak.." jawabku lugas.
"gak usah bapaklah, emang saya kelihatan tua banget ya?" ucap pak kades kemudian.
"bukan kelihatan tua, pak. Tapi kan bapak seorang kepala desa. Jadi lebih sopan aja kalau dipanggil bapak.." balasku diplomatis.
"iya, kalau lagi di depan orang-orang gak apa-apa panggil bapak, tapi kalau lagi berdua seperti ini, panggil abang ajalah.." pak kades berucap, sambil sesekali melirikku, dengan tetap berfokus menyetir mobilnya.
"emangnya pak kades ehh bang Jaka udah berapa usianya?" tanyaku mencoba sedikit akrab.
"kalau menurut kamu usia saya berapa?" pak kades balik bertanya.
"hmm.. menurut saya... mungkin sekitar dua puluh delapan tahun.." jawabku setengah ragu.
"hampir benar, sih. Tepatnya saya udah tiga puluh tahun.." ucap pak kades masih dengan suara maskulinnya.
"masih muda ya bang Jaka, udah bisa jadi kades.." ucapku lagi.
"iya, alhamdulillah perjalanan hidup saya cukup lancar. Tapi sayang untuk urusan jodoh saya masih jauh ketinggalan.." suara itu sedikit memelan.
"padahal bang Jaka orangnya tampan, gagah, keren dan juga sudah sukses. Kenapa bang Jaka belum menikah?" tanyaku memberanikan diri.
"karena... karena saya.... mungkin belum ketemu yang cocok.." jawab pak kades terdengar ragu.
"mungkin bang Jaka terlalu pemilih orangnya.." ucapku selanjutnya.
"gak juga sih sebenarnya. Hanya saja, saya memang tipe orang yang susah jatuh cinta.." balas pak kades lagi.
"atau mungkin..." ucapku sengaja menggantung kalimatku.
"atau mungkin apa?" balas pak kades cepat, "kamu curiga kalau saya tidak suka perempuan?" lanjutnya, sambil sekali lagi melirikku.
"gak, kok. Bukan itu maksud saya.." aku berucap cepat, takut kalau pak kades tersinggung.
"emangnya kalau saya gak suka perempuan, kamu mau kalau saya malah suka sama kamu?"
ucapan pak kades kali ini membuatku menatapnya lama.
"ah, bang Jaka bisa-bisa aja. Emangnya apa yang bisa membuat bang Jaka tertarik sama saya?" tanyaku memancing.
"ya, mungkin karena kamu terlihat menarik secara fisik. Kamu tampan dan manis. Kulit kamu putih dan terawat. Saya suka melihat cowok yang berkulit putih. Kesannya orangnya bersih.."
jawaban pak kades benar-benar membuatku tersanjung. Jarang-jarang ada cowok setampan dan segagah pak kades memujiku.
******
"kamu suka gak sama saya?" tanya pak kades, setelah untuk beberapa saat kami terdiam.
Aku kembali menatap wajah tampan pak kades, mencoba mencari makna dari pertanyaannya tersebut.
Aku tak ingin segera menjawab. Aku harus tahu dulu, apa maksud dari pertanyaan tersebut.
Kalau pak kades hanya sekedar menguji perasaanku, aku tak ingin menjawabnya jujur.
Tapi kalau ia benar-benar ingin tahu perasaanku padanya, aku akan menjawab jujur.
"tergantung sih bang. Suka nya seperti apa?" tanyaku akhirnya.
"suka seperti rasa ingin memiliki..?!" balas pak kades dengan nada bertanya.
"saya suka sih bang, melihat bang Jaka. Abang orangnya tampan dan kekar. Dan yang pasti abang orangnya baik.." jawabku akhirnya, mencoba untuk jujur.
"kamu mau gak tidur sama saya malam ini?" tanya pak kades kemudian.
"tidur? tidur sama bang Jaka? maksudnya?" tanyaku dengan kening berkerut. Bukan karena pertanyaannya, tapi lebih karena aku hampir tak percaya dengan kalimatnya tersebut.
"iya,tidur sama saya. Lalu kita melakukan hal tersebut hingga pagi.." jawab pak kades tegas.
Akh, aku terkesima. Tak pernah terpikir olehku, jika pak kades akan menawarkan hal tersebut.
Itu merupakan penawaran yang sangat menggiurkan. Aku tidak mungkin menolaknya. Terlepas apa pun tujuan pak kades dari semua itu.
"bang Jaka serius?" tanyaku meyakinkan.
"iya. Saya serius. Kalau kamu mau kita bisa cari hotel sekarang. Mumpung kita lagi di kota.." jawab pak kades terdengar sangat yakin.
"saya mau, bang. Saya gak mungkin bisa menolak ajakan abang. Abang sangat menarik. Saya malah sejak awal sering mengkhayalkan hal tersebut." balasku jujur.
"oke. Kita segera cari hotel sekarang. Tapi ada beberapa syarat yang ingin saya ajukan sebelum kita melakukannya.." ucap pak kades.
"syarat? syarat apa itu?" tanyaku penasaran.
"pertama, kamu gak boleh ceritakan hal ini kepada siapa pun. Karena biar bagaimanapun nama baik saya yang menjadi taruhannya."
"kedua, ini tidak boleh berlanjut lebih lama lagi. Ini hanya akan terjadi selama kamu melaksanakan KKN di desa kami, setelah kamu selesai KKN nanti, hubungan kita juga selesai sampai di situ.."
jelas pak kades terdengar tegas.
Aku terdiam beberapa saat. Sepintas persyaratan dari pak kades terdengar mudah. Karena memang setahu saya, hubungan seperti ini memang tidak pernah bertahan lama.
Namun yang aku takutkan, bagaimana kalau pada akhirnya aku justru benar-benar jatuh cinta pada pak Kades. Hal itu tentu saja, akan membuatku sedikit sulit untuk berpisah dengannya, dan juga melupakannya.
Tapi untuk apa aku harus memikirkan hal itu sekarang. Yang penting saat ini, aku punya kesempatan untuk bisa merasakan kehangata dari pak kades muda yang tampan dan gagah itu.
"oke. Saya setuju dengan syarat tersebut.." ucapku tegas.
****
Satu jam kemudian, kami berdua sudah berada di dalam sebuah kamar hotel.
Pak kades terlihat sudah biasa memasuki hotel tersebut.
Aku yakin, ini bukanlah pertama kali nya bagi pak kades melakukan pertemuan dengan para lelaki di hotel.
Ia pasti sudah sangat sering melakukannya. Apa lagi di kota yang saya ketahui, banyak laki-laki bayaran yang selalu siap sedia untuk dibayar, untuk sekedar menemani tidur.
"kamu sudah pernah melakukan hal ini sebelumnya?" tanya pak kades, ketika kami sudah sama-sama duduk di ranjang hotel.
"sejujurnya aku pernah melakukannya dulu dengan pacarku, tapi itu sudah sangat lama, sudah hampir dua tahun yang lalu.." jawabku jujur.
"setelah itu?" tanya pak kades lagi.
"itu pertama dan terakhir kali aku melakukannya. Sejak putus dengan pacarku, aku tidak pernah lagi melakukannya.." jawabku lagi.
"bang Jaka sendiri, pasti sudah sering ya melakukan ini?" tanyaku setelah beberapa saat kami saling terdiam.
"sering sih gak, tapi pernah sih beberapa kali dengan laki-laki bayaran. Tapi saya tidak pernah pacaran dengan laki-laki, karena takut ketahuan." jawab pak kades terdengar jujur.
Kami kembali terdiam.
Sebagai seseorang yang masih awam dengan hal tersebut, aku memilih untuk tetap berdiam diri.
Aku menunggu pak kades melakukan aksinya.
Dan ternyata pak kades sangat mengerti akan hal tersebut.
Ia pun akhirnya memulai aksinya. Aku tetap memilih untuk pasrah dan membiarkan pak kades melakukan apa pun yang ingin ia lakukan padaku malam ini.
Aku memang menginginkan hal tersebut, bahkan sejak pertama melihat pak kades.
Dan malam ini semua khayalku tentang pria kekar nan tampan itu, telah menjadi nyata.
Tapi aku tidak ingin larut dengan perasaanku. Biar bagaimana pun aku ingat syarat yang diajukan oleh pak kades tadi.
Karena itu aku memutuskan untuk bermain aman, tanpa perasaan yang terlalu dalam.
Malam itu, untuk pertama kalinya aku dan pak kades melakukan hal tersebut.
Bahkan kami melakukannya beberapa kali sebelum akhirnya kami tertidur pulas.
*****
Sejak kejadian malam itu, aku dan pak kades jadi semakin sering ke kota, sekedar melepaskan hasrat kami.
Selama dua bulan aku melaksanakan KKN di sana, setidaknya hampir setiap malam minggu kami melakukan hal tersebut.
Dan seperti yang aku takutkan dari awal, aku akhirnya memang jatuh cinta kepada pak kades muda itu.
Ya, perasaanku sudah terlalu dalam padanya. Aku semakin kagum padanya. Aku semakin mencintai dan menyayangi sang kades tampan itu.
Tapi sesuai perjanjian kami dari awal, aku harus bisa menepis semua rasa itu.
Hingga ketika masa KKN ku selesai, perasaan berat berpisah dengan pak kades justru menghantuiku.
Tapi sekali lagi, aku tidak boleh larut. Aku harus bisa menganggap semua kejadian tersebut, hanyalah sebuah sensasi sesaat yang akan segera berlalu.
"apa kita memang tidak akan pernah bertemu lagi, bang?" tanyaku pada pak kades, saat malam terakhir kami bersama.
"sesuai kesepakatan kita dari awal, Rul. Saat KKN mu selesai, hubungan kita juga selesai." jawab pak kades tegas.
"dan lagi pula, dalam tahun ini saya akan segera menikah.." lanjutnya.
Entah mengapa mendengar kalimat tersebut, hatiku terasa perih.
Sakit rasanya, harus berpisah dengan orang yang sudah terlanjur membuatku jatuh cinta.
Tapi mau gimana lagi, pak kades sudah menentukan pilihan hidupnya.
Dan aku tidak berhak untuk meminta apa pun padanya.
Mungkin semua memang harus seperti ini.
Kami bertemu, saling tertarik, dan saling mencoba untuk menikmati hubungan singkat tersebut.
Lalu kemudian, kami akhirnya harus saling melupakan.
Setidaknya saya pernah merasakan berhubungan dengan seorang kades muda yang tampan dan gagah.
Setidaknya kegiatan KKN saya jadi punya warna dan punya cerita tersendiri yang hanya menjadi rahasia antara aku dan sang kades.
Semoga kelak, aku kemudian dipertemukan dengan orang yang tepat dan di waktu yang tepat.
Ya, semoga saja..
****
bersambung..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar