Sebuah cerpen Jadul : untuk dikenang

Untuk ke sekian kalinya, Yusman menghembuskan nafas panjang. Bayangan gadis manis itu selalu menghantui pikirannya. Gadis sederhana yang bernama lengkap Keyla Putri, tapi Yusman lebih suka memanggilnya Key, lebih simple begitu alasan nya. Key yang selama ini, hampir satu tahun ini, menemani Yusman melewati hari-hari indahnya.
          Satu tahun hubungan mereka baik-baik saja, bahkan teramat manis. Tapi kejadian malam tadi, membuat Yusman sangat kecewa. Ia hampir tak percaya, kalau Key yang ia sayangi itu, tega mengakhiri cinta mereka. Padahal Yusman tidak merasa berbuat salah.



Hampir seharian ini Yusman mengurung diri di dalam kamarnya. Ia tak peduli ketika sang Mama mengetuk pintu dan memaksa nya keluar untuk makan. Yusman tak menghiraukan Mamanya, yang akhirnya pergi begitu saja setelah tahu anak semata wayang nya lagi tak ingin di ganggu, hati Yusman masih sakit.

          “Aku ingin kita udahan,Yus!”. Begitu tegas kata-kata itu keluar dari bibir mungil Keyla, seperti tanpa beban. Yusman termangu cukup lama mendengarnya. Tapi Key tetap cuek,ia kelihatan serius.

          “Tapi kenapa, Key?!”. Yusman berujar juga meski dengan suara terdengar bergetar. Tadi Key datang seusai Yusman sholat Isya, ia datang sendiri naik taksi. Key sudah biasa dirumah Yusman, jadi Mama dan Papa Yusman membiarkan mereka berdua di ruang tamu.

          “Suatu saat kamu pasti mengerti…”, Cuma itu yang diucapkan Keyla, membuat Yusman makin bingung. Key pamit pulang, tidak mau diantar seperti biasanya. Yusman termangu penuh Tanya. Kemudian dengan kesadaran penuh, ia menyusul Key kerumah orang tua Key. Mobil Tarunanya melaju dikeramaian kota Pekanbaru. Ia ingin penjelasan, ia harus ke rumah Key, begitu tekad nya.

          Mobil nya melambat, ketika hampir sampai di depan rumah Keyla. Tapi Yusman tidak jadi mematikan mesin mobilnya, karena di teras rumah Key, Yusman melihat dengan jelas Key sedang berpelukan dengan seorang laki-laki. Sebuah mobil BMW terparkir di halaman rumah Key. Itu pasti mobil laki-laki tersebut, pikir Yusman. Ia tidak kenal laki-laki itu, ia baru melihatnya sekali ini. Siapa dia? Bathin nya. Apa ini yang dimaksud Key, untuk mengakhiri hubungan mereka? Berbagai pertanyaan menghantui benak Yusman.

          Padahal ia tahu siapa Key. Gadis baik yang penuh kasih sayang. Yusman masih ingat, ketika pertama kali mereka bertemu di kampus UNRI. Mereka sama-sama mendaftar disana, kebetulan jurusan mereka juga sama. Mereka jadi sering bertemu. Dan menghadirkan perasaan cinta diantara keduanya. Betapa bahagianya Yusman, ketika Keyla menerima ungkapan cintanya, hari-harinya terasa lebih berarti dengan kehadiran Keyla di sisinya.

          Memang selama ini hubungan mereka belum diketahui oleh kedua orang tua Key. Tapi Yusman sudah memperkenalkan Keyla pada keluarganya, orang tua Yusman merestui hubungan mereka.

          “Aku boleh ga’ main kerumah kamu Key..?” Untuk yang kesekian kalinya Yusman bertanya hal yang sama.

          “Aku rasa untuk saat ini,jangan dulu ya…” Selalu begitu jawaban yang diberikan Keyla. Tanpa memberi alasan apapun, dan Yusman akan selalu mengalah, ia tidak ingin bertanya lebih lanjut. Ia takut menyinggung perasaan Key, ia coba untuk mengerti. Ia lalui hari-hari indahnya bersama Keyla, meski Key belum ingin hubungan mereka diketahui oleh kedua orang tua Key.

          Namun saat ini, Keyla makin aneh. Ia dengan begitu mudahnya menyudahi hubungan mereka. Tanpa penjelasan apapun. Membuat Yusman makin terpuruk, dan siapa laki-laki yang bersama Key malam itu? Yusman makin tak mengerti…       



***

          Pagi itu, Yusman berangkat juga kuliah, setelah dengan susah payah Mamanya memaksanya bangun. Yusman berusaha tegar, ia tidak mau terlalu lama larut dalam kekecewaannya. Meski di kampus nanti, ia akan bertemu dengan Key, yang sudah pasti acuh padanya. Ia tidak ingin kelihatan seperti orang yang terluka. Kalau Keyla bisa dengan begitu mudah mencampakkannya, mengapa ia tidak?

          Tapi sesampainya di kampus, Yusman tidak bertemu Keyla. Ia tidak kuliah hari ini. Padahal biasanya, Key paling rajin datang ke kampus. Namun hari ini Yusman tidak melihatnya. Kemana dia? Yusman bertanya sendiri dalam hatinya.

          Sudah tiga hari ini Yusman tidak melihat Key, Yusman semakin penasaran. Mulanya ia mencoba untuk tidak peduli. Tapi hati kecilnya tetap bertanya-tanya. Makanya ketika Yusman bertemu Retno, teman dekat Keyla, ia langsung mempertanyakannya.

          “Kamu benar-benar tidak tahu, Yus. Apa yang terjadi dengan Keyla..?!” Retno malah balik bertanya, ketika Yusman bertanya tentang Key. Ia bertemu Retno dikantin, setelah tadi Yusman mencarinya di perpustakaan.

          Yusman menggeleng, lalu berujar, ”Key itu orangnya agak tertutup, selama ini ia jarang sekali bercerita sama saya, apa lagi kalau masalah keluarganya…”

          “Tapi aku harap kamu jangan marah, kalau aku menceritakan semuanya sama kamu, Yus…” Ucap Retno kemudian.

          Yusman mengangguk, menyetujui. Dan ia mulai mendengarkan penuturan Retno yang panjang lebar. Yusman mendengarnya dengan penuh perasaan. Hatinya sangat terenyuh dengan kenyataan yang terjadi. Ia sangat kecewa, tapi Yusman tahu, apa pun yang di putuskan oleh Key, pasti itu terbaik buatnya.

***




          Jam 7 malam, Yusman datang ke rumah Keyla sendirian. Seperti rencananya semula, ia datang tanpa memberi tahu Key. Beruntung Key yang membukakan pintu.

          “Ada apa kamu kesini..?” Kata-kata Keyla terdengar kasar, wajahnya juga kelihatan kikuk dan salah tingkah, ketika ia melihat Yusman berdiri di depan pintu saat ia membukakan pintu.

          “Boleh saya duduk…?” Yusman balik nanya, tanpa memperdulikan reaksi Keyla, dan tanpa menunggu jawaban Key, Yusman sudah duduk di kursi teras rumah Key, ”Aku mau Ngomong.”  Lanjutnya.

          Key terdiam sesaat, kemudian ia ikut duduk. Key ga’ mungkin mengusirnya. Ia ga’ mau orang tuanya tahu, persoalannya dengan Yusman. Bisa tambah runyam jadinya, pikir Key. Makanya ia biarkan Yusman berbicara. Yusman tersenyum menang, meski pun Key kelihatan cemberut.

          “Kalau mau ngomong, ngomong aja cepat, aku ga’ punya banyak waktu..” Suara Key,masih dengan nada tinggi.

          “Oke…” Ucap Yusman sabar,” aku Cuma mau ngucapin terima kasih sama kamu, karena selama ini, kamu sudah sangat baik terhadap aku…” Yusman menatap Key, yang memandang tajam kearah jalan, tanpa reaksi. Tapi Yusman tetap berusaha untuk berbicara lebih tegas lagi, ”aku juga mau mengucapkan selamat atas pertunanganmu, walau udah terlambat. Dan meskipun kamu tidak pernah mengabari aku. Aku ngerti, kok…”.

          “Syukurlah kalau kamu udah tahu..” Jawab Key cepat.

          Yusman menatap Keyla sesaat,lalu berujar, ”kenapa kamu ga’ ngomong dari awal, tentang semua ini Key…?”

          Keyla menarik nafas panjang, kemudian menghempaskannya perlahan. Rasa bersalah itu kian menyiksanya. Meski ia selalu berusaha menutupinya di depan Yusman, ia sangat tak ingin Yusman tahu perasaannya yang sebenarnya, kalau ia masih sangat mencintai Yusman. Meski dengan sangat terpaksa ia harus memendam semua itu, karena ia sadar kalau ia sekarang sudah bertunangan dengan lelaki pilihan orang tua nya. Makanya dengan sangat terpaksa ia harus memupus semua cinta dan harapannya terhadap Yusman. Meski itu sangat menyakitkan baginya, juga bagi Yusman. Ia tahu, tapi ia tak bisa berbuat banyak. Karena kehendak orang tuanya sudah tidak bisa di tentangnya lagi.

          “Aku minta maaf, kalau itu membuatmu tersinggung atau sakit hati,” ujar Key akhirnya, masih terdengar kasar di telinga Yusman, ”aku tak ingin membuat kamu kecewa, Yus…” lanjutnya.

          “Lalu kamu pikir, dengan begini kamu ga’ membuat aku kecewa..?!” balas Yusman agak sengit.

          “Aku hanya berpikir, kamu pasti bisa mendapatkan yang lebih baik dari aku… ”Key mulai berbicara agak lembut. Ia menatap Yusman, pandangan mereka bertemu, tapi Key berpaling lebih cepat. Tak sanggup menatap lebih lama raut kekecewaan di wajah Yusman.

          “Seperti kamu yang begitu mudah mendapatkan yang ‘lebih’ dari aku…” Yusman sengaja menekan suara untuk tujuan tertentu. Hatinya perih.

          “Kamu ga’ bisa menuduh aku sembarangan, Yus. Kalau kamu belum tahu cerita sebenarnya…!!” balas Key cepat.

          “Siapa bilang aku ga’ tahu cerita sebenarnya…?!” Yusman bertanya dengan nada tinggi.

          Key terdiam sesaat, ia coba menabahkan hati. Ia tahu Yusman sangat membencinya saat ini. Tapi ini lebih baik, pikir Keyla. ”Lalu sekarang kamu mau apa kesini…?”.Tanya Key akhirnya.

          “Aku cuma mau memastikan apa kamu benar-benar bahagia, dengan pertunangan itu…?!” balas Yusman.

          “Aku tegaskan sama kamu, Yusman. Saat ini aku bahagia, jadi tolong kamu jangan ganggu kehidupanku lagi. Kita jalani kehidupan kita sendiri-sendiri…” Ucapan Keyla begitu tegas terdengar di rongga telinga Yusman yang membuatnya semakin perih. Dan Keyla sendiri sangat merasa sakit dengan ucapannya sendiri. Rasanya ingin dia menangis saat itu juga, mendekap Yusman penuh kasih. Tapi Keyla berusaha menahan diri agar tetap terlihat tegar di hadapan Yusman.

          “Ya, aku ngerti. Sekarang kamu sudah tunangan orang, aku tidak akan mengganggu kamu lagi,” Yusman berhenti sesaat, tatapannya diarahkan pada sekuntum bunga yang kelihatan layu di halaman rumah Key, karena musim kemarau yang berkepanjangan. Bunga itu ibarat hatinya, yang telah layu oleh cinta yang tak berujung. Kemudian ia berkata, ”aku hanya ingin kamu tahu, bahwa sampai saat ini aku masih sangat menyayangimu, Key…”

          Hati Keyla bergetar mendengarkannya, ia tahu. Karena ia juga merasakan hal yang sama. Tapi ia tak bisa berbuat apa-apa lagi. Ia harus merelakan semuanya berakhir seperti ini.



          Tatapan sendu Key, mengantar kepergian Yusman. Ia permisi pulang karena malam sudah semakin larut dan baginya tak ada lagi hal yang harus dibicarakan saat ini. Hatinya sudah terlanjur sakit. Yusman pulang dengan membawa sekeping luka. Namun ia sadar, cinta tak selamanya indah dan berakhir bahagia. Ia tahu, Keyla juga merasakan hal yang sama. Ia yakin hal itu.

          “Sebenarnya Key menolak perjodohan ini, Yus…” masih terngiang kata-kata Retno di telinga Yusman, ”Tapi hutang ayahnya yang sudah menumpuk membuat Key tak kuasa melawan. Ia hanya pasrah.” Lanjut Retno,  ”meski ia sangat mencintai kamu…”.

          Yusman termangu cukup lama, mengingat penuturan Retno. Yusman sadar bahwa cintanya dengan Key tak bisa dipertahankan lagi. Ia mencoba untuk mengerti.

          Sementara itu, di sebuah kamar sederhana, seorang gadis tengah menangisi nasib cintanya yang tak menyatu. Keyla menangisi kepergian Yusman dari hidupnya. Key sudah membunuh cintanya untuk Yusman. Baginya Yusman hanya masa lalu, yang akan selalu menjadi kenangan terindah dalam hidupnya.

          Malam yang begitu cerah, dihiasi bintang-bintang yang begitu indah. sangat tepat untuk melukis sebuah cerita cinta yang manis. Tapi bagi dua hati yang sama-sama terluka, tak ada lagi cerita indah. Semua telah berlalu. Semua hanya untuk di kenang, bukan untuk di ulang. Karena waktu yang akan menjawab semuanya. Dan Yusman yakin,ada cinta lain yang sedang menantinya di suatu saat kelak.
***
sekian..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Layanan

Translate