Sejak istri ku ikut menjadi TKW bekerja di luar negeri, aku jadi sering merasa kesepian. Hidupku terasa hampa. Meski istri ku masih sering menghubungi ku melalui ponsel, namun itu semua tidaklah cukup untuk mengusir segala kesepian ku.
Aku dan istri ku sudah menikah hampir enam tahun. Kami juga sudah punya seorang anak laki-laki yang saat ini sudah berusia empat tahun lebih. Dan setahun yang lalu, istri ku memutuskan untuk menjadi TKW ke luar negeri.
Aku tak bisa mencegahnya. Karena biar bagaimana pun, kehidupan kami secara ekonomi memang masih sangat kekurangan. Kami masih tinggal di rumah kontrakan. Sedangkan aku hanya bekerja sebagai seorang kuli bangunan.
Penghasilan ku dari jadi kuli bangunan, tidaklah pernah tetap. Kadang aku juga masih sering menganggur, karena tidak ada job sama sekali.
Semenjak istri ku pergi, hidupku semakin terasa kacau. Beruntunglah anak kami satu-satunya itu, sekarang tinggal bersama ibu mertua ku. Meski jika aku tidak bekerja, kadang anak ku juga tinggal bersama ku. Dan biasanya, kalau malam hari, ibu mertua ku mengantar anak ku ke rumah kami.
Ibu mertua ku juga bukan orang kaya, apa lagi dia juga seorang janda. Suaminya meninggal beberapa tahun yang lalu. Anak pertamanya, laki-laki, sudah menikah, dan juga sudah punya anak. Namun kehidupannya juga hanya pas-pasan. Istri ku adalah anak kedua. Sedangkan anak bungsu nya juga seorang perempuan, yang baru saja lulus kuliah.
Aku sendiri hanyalah seorang perantau. Kedua orangtua ku sudah lama meninggal. Sedangkan saudara-saudara ku tinggal cukup jauh di kampung.
Menjalani kehidupan yang serba kekurangan dan tanpa di dampingi seorang istri, membuat aku jadi sedikit kehilangan semangat. Namun demi anak ku, aku harus tetap bekerja.
Aku memang sudah terbiasa hidup susah sejak kecil. Menjalani kehidupan yang serba kekurangan, bukanlah hal yang menakutkan bagi ku. Hanya saja masalahnya, hampir setiap malam aku selalu merasa kesepian, karena istri ku berada jauh di luar negeri sana.
Hingga pada suatu malam...
Adik iparku yang baru saja lulus kuliah itu, yang bernama Sutimah, dan biasa kami panggil imah. Malam itu datang ke rumah kontrakan ku, untuk mengantar anak ku. Biasanya mertua ku yang melakukan hal tersebut.
Saat itu anak ku sudah tertidur. Aku meminta Imah untuk langsung mengantarnya ke dalam kamar kami.
"mas Is sudah makan?" tanya Imah, entah ia berbasa-basi atau hanya sekedar ingin tahu.
"udah.." jawabku singkat.
Aku dan Imah memang tidak begitu dekat. Apa lagi selama ia kuliah, ia tidak tinggal bersama ibunya, tapi ia kost di sekitaran kampus tempat ia kuliah.
Imah memang gadis modern. Ia suka berpakain sedikit seksi. Apa lagi ia memiliki wajah yang cukup cantik. Wajahnya juga sangat mirip dengan wajah istri ku.
"mbak Ida ada nelpon, mas?" tanya Imah lagi.
"kemarin malam sih ada, tapi kalau malam ini kayaknya ia gak bakal nelpon." jawabku menjelaskan.
"sudah setahun mbak Ida pergi, apa mas Is gak merasa kesepian?" Imah bertanya lagi. Pertanyaannya itu membuat aku jadi menatapnya penuh tanya. Imah cukup berani bertanya hal tersebut padaku.
"kenapa kamu bertanya seperti itu?" aku malah jadi balik bertanya.
"kalau mas Is merasa kesepian, aku siap kok, menggantikan mbak Ida untuk sementara." balas Imah lugas.
"kamu ngomong apa sih, Mah. Aku ini abang iparmu loh." ucapku mulai merasa tak karuan.
"ya gak apa-apa toh, mas. Lagi pula dari dulu aku memang suka sama mas Is. Mas Is terlihat gagah dan tampan. Aku juga sering mengkhayalkan mas Is loh." balas Imah semakin terbuka.
"kamu hanya ingin menggoda ku kan, Imah. Kamu gak sungguh-sungguh kan?" suara ku mulai parau.
"Imah serius, mas. Imah suka sama mas Is. Jadi mumpung mbak Ida lagi di luar negeri, kita bisa memanfaatkan kesempatan ini. Mas Is pasti kesepian, dan aku juga sudah lama menginginkan mas Is." balas Imah terdengar serius.
"tapi... tapi.. aku...." suaraku mulai terbata.
"udahlah, mas Is. Jangan sok jual mahal. Lagi pula, aku gak bakal nuntut macam-macam kok sama mas Is. Kita juga gak perlu terikat hubungan apa-apa. Hanya sebatas suka sama suka aja." Imah memotong ucapan ku.
Aku pun akhirnya hanya bisa diam. Sebagai seorang suami yang sudah lama di tinggal istri, dan sebagai laki-laki normal, tentu saja aku tidak bisa menolak hal tersebut.
Aku pun kemudian hanya bisa menerima perlakuan Imah pada ku malam itu. Ternyata Imah sudah sangat berpengalaman dalam hal tersebut. Terlihat sekali, kalau hal itu bukanlah pertama kali baginya.
Aku mencoba mengikuti keinginan Imah. Sebagai laki-laki aku juga ingin menunjukkan kehebatan ku. Dan malam itu, untuk pertama kali nya aku dan Imah pun melakukan hal terl4rang tersebut.
****
Sejak kejadian malam itu, aku dan Imah jadi semakin sering melakukannya. Kami semakin terlena dengan hubungan terl4rang kami.
Segala kesepian ku selama ini, kini telah hilang dengan kehadiran Imah, menggantikan posisi istri ku untuk sementara.
Hubungan rahasia itu terus berlanjut hingga berbulan-bulan. Sampai akhirnya istri ku pun pulang. Kepulangan istri ku tersebut, membuat hubungan ku dengan Imah jadi terhenti untuk sesaat.
Namun ketika istri ku sudah kembali lagi bekerja menjadi TKW ke luar negeri, aku dan Imah pun kembali menjalin hubungan.
Tapi setelah beberapa bulan berlalu, hubungan kami pun mulai di curigai oleh ibu mertua ku. Karena itu ia pun berinisiatif untuk segera menjodohkan Imah.
Imah berusaha menolak perjodohan tersebut awalnya. Namun karena terus di desak oleh ibunya, Imah pun akhirnya hanya bisa pasrah.
Entah mengapa aku merasa kecewa menyadari kalau Imah akan segera menikah. Tapi aku juga tidak bisa berbuat apa-apa. Biar bagaimana pun hubungan kami memanglah sebuah kesalahan.
Imah pun menikah, dan istri ku pun sudah memutuskan untuk berhenti bekerja dan kembali menetap hidup bersama ku. Aku yakin, keputusan istri ku untuk berhenti bekerja, pasti juga karena di desak oleh ibu mertua ku.
Kini semua kembali berjalan normal, meski pun kehidupan kami secara ekonomi belum juga membaik. Tapi setidaknya, sekarang aku tidak lagi harus merasa kesepian.
Sementara hubungan ku dan Imah pun berakhir begitu saja. Imah juga terlihat bahagia dengan pernikahannya. Apa lagi suaminya juga seorang yang cukup mapan.
Dan begitulah kisah cinta sesaat ku bersama adik iparku yang cantik itu terjadi.
Aku tidak menyesali hubungan tersebut. Tapi aku berjanji dalam hati ku, untuk tidak akan lagi mengulangi hal tersebut. Apa lagi saat ini, istri ku juga sudah mengandung anak kedua kami.
****