Bersama gadis pantai yang cantik

Aku berjalan pelan menelusuri pantai. Langkah ku sedikit goyah, karena masih merasa capek, setelah menempuh perjalanan kurang lebih empat jam naik motor.

Pantai yang aku tuju memang lah sebuah pantai yang cukup indah dan juga merupakan sebuah pantai yang cukup ramai di kunjungi oleh warga lokal, mau pun dari luar negeri.

Di sepanjang pantai terdapat banyak pengunjung. Ada yang mandi-mandi, ada yang hanya sekedar photo-photo atau hanya sekedar nongkrong.

Aku sengaja datang sendirian ke pantai ini, sekedar menikmati masa liburan ku.

Aku sudah bekerja di sebuah perusahaan swasta sebagai karyawan biasa. Usiaku sendiri sudah hampir kepala tiga, tapi aku belum menikah. Aku lebih suka menikmati masa lajang ku.

Bukan aku tak laku, atau pun sulit mencari pasangan. Hanya saja, sudah beberapa kali aku mencoba menjalin hubungan yang serius, tapi selalu gagal.

Jadi hingga saat ini, aku lebih memilih untuk hidup sendiri. Apa lagi aku juga tinggal di kota besar, tak ada tuntutan untuk segera menikah. Kedua orangtua ku juga sudah tiada. Aku hanya punya dua orang kakak yang tinggal di kampung. Keduanya sudah punya suami dan anak.

Aku sering menikmati liburan sendiri seperti ini. Aku memang lebih suka sendirian, rasanya lebih bebas aja.

Terdapat banyak penginapan di sekitar pantai ini, aku sudah membooking satu kamar secara online. Aku memang berniat untuk menginap satu malam di sini.

Saat akhirnya senja pun datang, aku bersegera untuk menuju penginapan. Aku ingin beristirahat malam ini, sebelum esok aku akan menjelajahi pantai ini.

Saat sampai di penginapan, si pemilik penginapan menyambutku dengan senyum ramah. Pemilik penginapa itu, seorang ibu tua. Dia memang cukup ramah kepada para pengunjung, terutama yang menginap di penginapannya.

Penginapan itu hanya punya dua puluh kamar, dan semua kamar sudah terisi penuh. Biasanya kalau musim liburan seperti ini, hampir semua penginapan di sini, selalu penuh. Karena itu, aku memesan kamar ini secara online, agar tidak kehabisan kamar.

Selesai mandi dan makan malam, aku mencoba berjalan di sekitaran pantai. Suasana pantai itu memang sangat nyaman, terutama di malam hari. Deburan ombak yang menerpa karang, terdengar cukup riuh.

Saat aku duduk sendirian di sebuah batu karang, tiba-tiba sesosok wanita datang menghampiri ku.

"sendirian aja, mas?" lembut suara wanita itu menyapa.

"iya." jawabku singkat.

"lagi putus cinta atau lagi ada masalah dengan istri?" tanya wanita itu lagi.

"kok nanya nya gitu?" akku balik bertanya dengan nada heran. Aku perhatikan wajah wanita yang tiba-tiba saja sudah duduk di samping ku itu. Seorang wanita yang cukup cantik. Postur tubuhnya juga terliha seksi.

"iya.. biasanya kalau cowok lagi sendirian, pasti karena dua alasan itu." jelas wanita santai.

"gak juga lah." balas ku cepat, "aku memang lagi pengen sendiria aja." lanjutku.

"pasti ada alasannya, kan?" sela wanita itu.

"apa semua hal yang terjadi di dunia ini, harus ada alasannya?" aku kembali bertanya.

"gak juga sih, tapi untuk beberapa hal, kadang alasan itu memang ada, hanya kebanyakan dari kita tidak mau mengakuinya." balas wanita itu.

"yang pasti, aku tidak sedang putus cinta dan juga aku belum menikah, jadi gak mungkin punya masalah dengan istri kan?" timpal ku kemudian.

Kali ini wanita itu menatap ku.

"sudah ku duga." ucapnya pelan.

"maksudnya?" tanya ku.

"iya, sudah ku duga kalau mas pasti belum menikah. Karena di masa liburan seperti ini, orang-orang pasti pergi liburannya sama keluarga. Jadi kalau ada cowok yang berliburan sendiri, hanya ada dua kemungkinan." ucap wanita itu.

"dua kemungkinan? Apa itu?"  tanyaku menyela.

"pertama karena memang belum punya pacar, yang kedua karena memang gak suka gak perempuan." jelas wanita itu.

"ah, kamu bisa aja. Tapi yang pasti, aku bukan yang kedua." balasku ringan.

"ah, yang benar?" wanita itu sedikit menggoda.

"iya benar lah." balasku merasa sedikit tersinggung.

"bisa di bukti kan gak..?" wanita itu terus menggoda ku.

"gimana cara membuktikannya?" tanyaku terpancing.

Kali ini wanita itu tersenyum. Senyum yang cukup memikat.

"mas nginap sini kan?" tanyanya kemudian.

Aku hanya mengangguk.

"mas nginap sendiri?" wanita itu bertanya lagi.

Aku mengangguk lagi.

"kalau begitu kita bisa membuktikannya di kamar mas.." ucap wanita itu lagi, dengan sedikit menekan suara.

"maksud kamu apa? Dan sebenarnya kamu ini siapa?" tanyaku dengan nada heran.

"panggil aja aku Aurel. Dan jika mas ini normal, mas pasti ngerti maksud ku apa." balas wanita itu.

"oke. Aku ngerti maksud kamu. Tapi apa untungnya bagi kamu?" balasku sedikit sengit.

"untungnya bagi ku ... ya... mungkin mas bisa memberiku sedikit uang.." ucap wanita itu terdengar santai.

"jadi kamu ini wanita bayaran?" tanyaku lugas.

"aku memang suka di bayar, tapi aku juga gak sembarangan mendekati laki-laki." balas wanita yang mengaku bernama Aurel tersebut.

"apa bedanya?" pungkas ku sedikit mengecam.

"terserah mas sih, mau menilai aku bagaimana. Tapi yang pasti jika mas mau punya teman tidur malam ini, aku bersedia. Kalau mas gak mau, ya itu tadi, berarti mas gak suka perempuan." ucap Aurel pelan.

"aku masih suka perempuan ya, tapi gak sembarangan perempuan juga. Kalau aku ingin membayar seorang perempuan, lebih baik aku mencarinya di kota, lebih banyak pilihannya." balas ku sedikit sengit.

"gadis kota dengan gadis desa itu berbeda loh rasanya, mas. Mas coba deh malam ini." Aurel terus berupaya untuk membujuk ku.

Sejujurnya aku belum pernah sekali pun membayar wanita untuk bisa tidur dengan ku. Tapi bukan berarti aku ini masih perjaka. Saat punya pacar dulu, aku pernah melakukan hal tersebut, beberapa kali.

Namun mendengar tawaran Aurel barusan, jujur aku merasa mulai tertarik dan cukup merasa tertantang.

"emangnya berapa tarif kamu?" tanyaku akhirnya.

"gak mahal, kok. Cuma lima ratus ribu." jawab Aurel lugas.

"satu malam?" tanya ku polos.

"ya gak lah. Itu tarif untuk sekali berlayar aja. Kalau satu malam beda lagi." bantah Aurel cepat.

"ya udah, aku mau coba gadis desa kayak kamu." ucapku akhirnya.

Aurel terlihat tersenyum menang. Kami pun kemudian sama-sama berdiri dan melangkah menuju penginapan.

*****

Malam itu, kapal kami pun berlayar. Sebuah pelayaran yang cukup indah. Aurel memang terlihat sudah sangat berpengalaman. Ia mampu membawa ku terbang dalam suasana nan romantis.

Dinginnya suasana pantai itu, tak mampu mendinginkan hasr4t kami untuk saling menumpahkan keinginan kami.

Hingga kapal kami pun berlabuh dengan sempurna. Sebuah perlabuhan yang cukup indah, dan cukup membuat aku menjadi terkesan.

Sekali lagi Aurel tersenyum menang. Ia mentapku dengan senyum menggoda.

"mas cukup hebat.." ucapnya tiba-tiba.

"kamu juga hebat.." balas ku jujur.

Sesaat kemudian, Aurel pun melangkah menuju kamar mandi yang ada di dalam kamar tersebut. Sementara aku masih terbaring letih. Jujur saja, sudah sangat lama aku tidak merasakan hal tersebut, dan itu yang membuat aku merasa terkesan.

Jauh-jauh aku menikmati liburan sendiri, justru aku mendapatkan sebuah pengalaman yang cukup indah. Meski aku harus mengeluarkan sedikit uang untuk hal tersebut.

Beberapa menit kemudian, Aurel pun keluar dari kamar mandi, dia pun segera memakai pakaiannya kembali. Aku mengambil dompet ku, dan mengeluarkan beberapa lembar uang ratusan ribu. Uang itu aku serahkan pada Aurel, sesuai perjanjian.

"makasih, mas." ucap Aurel pelan, sambil tersenyum dan mengambil uang tersebut.

Tak lama kemudian, Aurel pun pamit.

Aku melepaskan kepergian Aurel dengan perasaan sedikit lega. Aku masih terus berpikir, karena tak menyangka sama sekali, di tempat seperti ini, masih ada wanita seperti Aurel.

Mungkin Aurel bukan satu-satu nya. Mungkin masih banyak gadis pantai lain, yang melakukan hal yang sama seperti yang Aurel lakukan.

Tentu saja itu semua mereka lakukan, hanya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka. Aku merasa miris tiba-tiba. Mengapa orang-orang rela melakukan apa saja, hanya untuk mendapatkan sejumlah uang. Padahal ada begitu banyak pilihan dalam hidup ini, tapi mengapa mereka justru memilih hal itu?

Mungkin itu satu-satunya cara termudah yang mereka ketahui, untuk mendapatkan uang. Apa lagi mereka cuma punya modal fisik yang menarik saja.

Namun terlepas dari apa pun itu, aku juga tidak terlalu peduli. Itu merupakan pilihan hidup mereka, dan aku tak berhak untuk menghakimi mereka, walau dengan alasan apa pun.

Itu lah salah satu pengalamanku, saat aku berliburan sendiri. Selalu saja ada hal-hal indah yang aku temui dalam perjalanan ku. Hal-hal indah yang aku simpan sebagai pengalaman hidup. Hal-hal indah yang membuat aku semakin betah melajang.

****

Sekian ..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Layanan

Translate