Namanya pak Anton. Dia adalah bos ku di kantor tempat aku bekerja menjadi seorang sekretaris.
Aku menjadi seorang sekretaris baru sekitar enam bulan yang lalu, menggantikan sekretaris lama pak Anton. Menurut ceritanya,sekretaris lama pak Anton sudah mengundurkan diri, karena sedang hamil besar.
Ini adalah pengalaman pertama ku bekerja menjadi seorang sekretaris. Kebetulan aku juga baru lulus kuliah.
Pak Anton sudah menikah dan juga sudah punya dua orang anak yang masih kecil-kecil. Kalau ku perkirakan usia pak Anton saat ini sudah 37 tahun.
Meski pun sudah paroh baya, pak Anton masih terlihat gagah dan tampan.
Awal-awal aku bekerja bersama pak Anton, semuanya berjalan dengan wajar dan normal. Hubungan ku dengan pak Anton hanya sebatas hubungan antara atasan dan bawahan.
Namun sebulan belakangan ini, perlakuan pak Anton pada ku, tiba-tiba saja berubah. Ia menjadi semakin baik padaku. Ia juga jadi sering memuji penampilanku.
Mulanya aku menganggap semua itu biasa saja, mungkin pak Anton hanya sekedar memberi aku motivasi agar lebih semangat bekerja.
Pak Anton juga jadi sering mengajak aku makan siang bersama. Bahkan pak Anton juga pernah mengajak aku malam berdua.
Sebagai bawahannya, aku memang tidak pernah bisa menolak setiap ajakan pak Anton tersebut.
Dan lama kelamaan kami pun semakin dekat. Pak Anton juga jadi semakin sering mengajak aku makan malam berdua.
Kedekatan kami, ternyata mampu menumbuhkan sebuah rasa di hati ku diam-diam. Aku mulai menyukai sosok pak Anton. Bukan saja karena memang pak Anton sangat tampan dan gagah, tapi juga ia sangat baik dan penuh perhatian padaku.
Pak Anton juga sering memberi aku hadiah, padahal aku tidak pernah memintanya.
Rasa suka ku pada pak Anton, semakin lama semakin berkembang. Aku semakin mengagumi sosoknya yang penuh perhatian.
Aku jadi sering memikirkan pak Anton. Aku jadi sering melamunkannya dalam imajinasi indahku.
Sebagai seorang perempuan yang masih single, dan hidup sendiri di kota ini, kehadiran pak Anton menemani hari-hari ku cukup membuat aku merasa nyaman.
Sampai kemudian, pak Anton dengan terang-terangan mengungkapkan perasaannya padaku.
"Aku sebenarnya suka sama kamu Tyas. Aku jatuh cinta sama kamu. Maukah kamu menjadi pacarku?" ucap pak Anton penuh perasaan.
"tapi pak Anton kan udah punya istri dan anak." balasku pelan.
"apa kamu keberatan akan hal itu?" tanya pak Anton.
Aku yang sudah terlanjur jatuh cinta pada pak Anton, tentu saja merasa sangat bahagia dengan semua itu. Karena itu aku pun menerima cinta pak Anton dengan tulus.
Meski pun aku tahu, terlalu besar resikonya bagiku, jika aku menjalin hubungan dengan pak Anton. Tapi aku tidak peduli. Aku benar-benar telah tergila-gila pada lelaki tampan itu.
Aku dan pak Anton pun akhirnya menjalin hubungan asmara secara diam-diam. Jika di kantor, kami mencoba bersikap biasa saja. Namun jika kami bertemu di luar jam kerja, kami pun memanfaatkan kesempatan tersebut, untuk menikmati kebersamaan kami.
Hingga pada suatu kesempatan, pak Anton mengajak ku untuk bertemu di sebuah hotel. Awalnya aku ragu untuk datang. Aku mencoba untuk menolak. Tapi pak Anton, terus membujuk ku.
Dengan perasaan masih penuh keraguan, aku pun mencoba memenuhi ajakan pak Anton untuk bertemu di sebuah hotel.
"aku belum pernah masuk kamar hotel dengan seorang laki-laki, pak." ucapku, ketika akhirnya kami benar-benar sudah berada di dalam kamar hotel.
"kalau kita lagi berdua begini jangan panggil pak lah, panggil mas Anton aja." balas pak Anton, sengaja mengabaikan ucapan ku barusan.
"iya mas." jawabku sedikit tersipu.
"lalu kita ngapain di sini mas?" tanya ku melanjutkan.
"kamu benar-benar masih polos ya Tyas. Dan hal itu yang membuat aku semakin mencintai kamu." ucap pak Anton lembut.
"aku memang belum pernah pacaran mas. Apa lagi sampai berduaan dengan laki-laki dalam kamar hotel." balas ku jujur.
"tapi kamu mau kan, melakukannya dengan ku?" tanya pak Anton.
"melakukan apa?" tanya ku polos.
"ya melakukan hal yang seharusnya di lakukan oleh dua orang yang saling mencintai." balas pak Anton.
"tapi aku takut mas. Resikonya terlalu besar." ucapku lagi.
"kamu gak usah takut. Aku pasti melakukannya dengan pelan-pelan." balas pak Anton.
"bukan itu maksud ku mas. Jika kita melakukannya sekarang, aku takut karena kita belum menikah." ucapku.
"kamu jangan takut, nanti pasti aku akan menikahi kamu kok." balas pak Anton.
"kamu mencintai aku kan Tyas?" lanjut pak Anton bertanya.
"iya mas, aku sangat mencintai mas Anton." balas ku jujur.
"kalau kamu memang benar-benar mencintaiku, kamu gak perlu takut dong." ucap pak Anton lagi.
Untuk sesaat aku hanya terdiam. Aku memang sangat mencintai pak Anton. Dan sebenarnya aku juga mau melakukan hal tersebut bersamanya. Bahkan hampir setiap malam aku selalu memikirkan hal tersebut.
Dalam keterdiaman ku itu, tiba-tiba pak Anton pun mulai melakukan aksinya pdaku.
Aku hanya bisa membiarkannya, aku tak berusaha untuk menolak.
Pelan namun pasti pak Anton pun berhasil memancing keinginan ku yang selama ini hanya bisa aku pendam. Kami pun mulai terlarut dalam suasana romantis itu.
"ini terlalu besar mas. Aku jadi takut." ucapku tanpa sadar.
"kamu gak perlu takut Tyas. Ini gak sengeri yang kamu bayangkan kok." balas pak Anton.
"resikonya terlalu besar mas. Aku takut mas Anton hanya memanfaatkan aku." ucapku lagi.
"aku benar-benar mencintai kamu Tyas. Aku tak akan pernah meninggalkan kamu." balas pak Anton berusaha meyakinkan ku.
Akhirnya aku hanya bisa psrah. Dan membiarkan pak Anton mernggut sesuatu yang paling berharga dalam hidupku. Aku biarkan pak Anton mendpatkan semuanya.
Semuanya terasa indah bagiku. Semua anganku tntang pak Anton selama ini, mlam itu pun mnjadi nyata. Sungguh mlam yang teramat indah dan pnuh kesan.*****
Sejak kejadian inddah malam itu, aku dan pak Anton semakin sering bertemu di hotel. Kami semakin sring mlakukan hal tersebut. Kami bnar-benar terlena dengan cinta trlarang kami.
Sampai setelah lebih dari lima bulan hubungan kami terjalin, aku pun menyadari kalau aku sudah lama tidak dtang bulan. Aku pun memeriksakan diri ke dokter, dan dokter itu pun menyatakan kalau aku sedang hamil, sudah tiga bulan lebih.
Aku merasa terpukul menyadari semua itu. Aku segera menemui pak Anton dan menceritakan tentang kehamilan ku.
Di luar dugaanku, pak Anton justru memarahi ku.
"kenapa kamu bisa ceroboh sih?" tanya nya dengan nada marah.
"maaf mas. Tapi kita terlalu sering melakukannya." balasku dengan suara parau.
"kamu harus menggugurkannya Tyas." ucap pak Anton kasar.
"aku gak mau mas. Ini anak kita. Buah dari cinta kita." balasku sengit.
"apa? Cinta? Kamu pikir aku melakukannya karena cinta?" suara pak Anton makin kasar.
"maksud mas apa?" tanya ku tak mengerti.
"aku tak pernah mencintai kamu Tyas. Aku udah punya istri dan anak." balas pak Anton, yang membuatku semakin tercekat.
"tapi kenapa dulu mas Anton bilang, kalau mas mencintai ku dan akan menikahi ku?" tanya ku pilu.
"kamu memang benar-benar polos ya Tyas. Tentu saja aku mengatakan itu, agar kamu mau melakukan hal tersebut dengan ku." balas pak Anton sinis.
Oh aku terhenyak menyadari itu semua. Betapa aku merasa sangat bodoh.
"lalu sekarang bagaimana dengan kandungan ku mas?" tanyaku dengan suara lemah.
"kamu gugurkan saja." balas pak Anton tegas.
"aku gak mau." ucapku ikut tegas.
"kalau begitu kamu urus aja sendiri kandungan mu itu." balas pak Anton.
"tapi ini anakmu mas." ucapku lirih.
"siapa bilang? Bisa saja itu anak laki-laki lain kan?" balas pak Anton kasar.
"aku tidak pernah melakukannya dengan laki-laki lain mas." ucapku sedikit tersinggung.
"siapa tahu? Dan aku juga gak peduli. Yang pasti, kalau kamu gak mau menggugurkannya, kamu saya pecat dan hubungan kita juga berakhir." balas pak Anton masih dengan nada kasarnya.
"tega kamu mas." suara ku tercekat.
"kamu yang bodoh." balas pak Anton.
Setelah berkata demikian, pak Anton pun pergi meninggalkan aku sendirian.
Air mataku pun akhirnya tumpah. Aku menangis histeris. Menyesali semua yang telah terjadi.
Aku menyesali kebodohanku, yang begitu mudah terlena dengan rayuan lelaki bejat itu.
Kini aku harus menanggung akibat dari semuanya.
Ternyata resikonya jauh lebih besar dari yang aku takutkan. Dan aku merasa sangat menyesal.
****
Waktu pun terus berputar, dan aku sudah memutuskan untuk berhenti bekerja. Aku pun memutuskan untuk kembali ke kampung halaman ku, dan menceritakan semuanya pada orangtua ku.
Mereka tentu saja marah besar padaku. Tapi sebagai orangtua mereka berusaha untuk memaklumi semuanya, dan memaafkan ku. Tentu saja, setelah aku memohon dan bersujud kepada mereka.
Kemudian, untuk menutupi aib keluarga, aku pun dinikahkan dengan seorang pemuda kampung. Namanya Juna. Dia teman SMA ku dulu. Sekarang ia hanya menjadi petani biasa di kampung.
Aku tahu, sejak dulu, Juna sudah menyukai ku. Karena itulah ia mau menikah denganku, meski pun ia tahu, kalau aku sedang mengandung anak orang lain.
Aku pun berusaha menerima kenyataan tersebut. Biar bagaimana pun, Juna sudah mau menerima keadaan ku. Dan aku harus belajar untuk mencintainya.
Aku mungkin kehilangan kesempatan untuk mengejar karir ku di kota. Tapi aku masih punya kesempatan untuk memperbaiki hidup ku. Aku akan memulai lagi semuanya dari awal. Aku akan membangun sebuah rumah tangga yang bahagia, bersama Juna, yang sekarang sudah menjadi suami ku tersebut.
Begitulah kisah kehidupan yang harus aku lalui. Hanya karena aku terlalu mengikuti keinginan ku, aku pun jadi seperti ini. Semua gara-gara bos ku.
****
Sekian