Namanya Gavella, aku biasa memanggilnya Vella. Dan dia adalah istri adik ku.
Seperti apa sebenarnya hubungan cinta kami terjalin?
Dan bagaimana pula akhir dari kisah cinta kami?
Simak kisah ini dari awal sampai akhir ya...
Terima kasih..
***
Namaku Riyadi, dan saat ini aku sudah menikah dan sudah punya dua orang anak.
Aku punya seorang adik laki-laki, namanya Royadi. Beda usia kami hanya tiga tahun.
Dulu, dulu sekali...
Saat itu aku masih kuliah.
Aku pernah pacaran dengan seorang gadis, namanya Gavella. Dia gadis manis dan juga ramah. Kami pacaran cukup lama, hampir empat tahun. Hubungan kami juga terjalin dengan indah. Karena sebenarnya kami memang saling mencintai.
Namun setelah empat tahun pacaran, tiba-tiba hubungan kami harus berakhir. Bukan karena kami sudah tidak saling cinta lagi. Tapi karena, kedua orangtua ku, saat itu, memaksa ku untuk menikah dengan gadis pilihan mereka.
Aku sudah berusaha menolak, bahkan aku juga sudah berterus terang tentang hubungan ku dengan Vella. Tapi orangtua ku tidak bisa menerima hal tersebut. Mereka tetap bersikeras untuk menikahkan aku dengan gadis pilihan mereka, yang merupakan anak rekan bisnis papa ku.
Karena tidak ingin menjadi anak yang durhaka, dan juga karena tidak ingin, perusahaan papa ku bangkrut, karena ternyata papa ku punya hutang yang sangat banyak pada rekan bisnisnya tersebut. Karena itu, aku pun akhirnya, meski dengan berat hati, harus menerima perjodohan tersebut.
Tentu saja hubungan ku dan Gavella pun berakhir. Aku kecewa, Gavella juga. Tapi kami tidak bisa berbuat apa-apa saat itu. Kami hanya harus menerima semuanya, meski dengan perasaan yang sama-sama terluka.
Gavella pun memutuskan untuk kuliah ke luar kota. Dan sejak saat itu, aku tidak pernah lagi bertemu dengan Gavella. Hubungan kami kandas, komunikasi di antara kami pun berakhir begitu saja.
Sampai beberapa tahun kemudian, Gavella kembali. Tentu saja dengan keadaan yang berbeda.
Dan yang paling membuat aku merasa sangat kaget, ternyata Gavella sudah menjalin hubungan dengan adik ku, Royadi.
Gavella tahu, kalau Royadi adalah adik ku, dan Royadi juga tahu, kalau Gavella adalah mantan pacar ku. Tapi entah mengapa mereka bisa berpacaran. Mungkin karena memang, mereka kuliah di kampus yang sama. Karena kebetulan, Royadi juga kuliah ke luar kota, tempat dimana, Gavella juga kuliah disana.
Di tambah pula, mereka memang seumuran. Tinggal jauh di rantau, dan berasal dari kota yang sama, membuat mereka menjadi dekat. Dan hingga akhirnya, mungkin, mereka pun saling jatuh cinta.
Setidaknya begitulah kesimpulan ku, tentang hubungan mereka, sampai saat itu.
****
Setelah sama-sama lulus kuliah, Royadi dan Gavella pun memutuskan untuk segera menikah. Hal itu cukup membuat aku merasa kecewa.
Bagiku tidak masalah, kalau Gavella harus menikah dengan siapa pun. Tapi tidak dengan Royadi, adikku.
Namun aku juga tidak bisa mencegah hal tersebut. Sepertinya mereka memang saling mencintai. Dan anehnya, kedua orangtua ku justru sangat mendukung pernikahan mereka.
Sebenarnya aku ingin sekali meminta penjelasan dari Gavella, mengapa ia memilih Royadi sebagai pengganti diriku?
Tapi aku tidak punya keberanian untuk memulai pembicaraan dengan Gavella, meski hanya sekedar bertanya kabar. Apa lagi, istri ku juga tahu, kalau aku dan Gavella pernah menjalin hubungan. Pasti istriku aka curiga, kalau aku coba-coba untuk mendekati Gavella.
Pada akhirnya, aku hanya bisa menerima semua itu. Meski hati ku terasa begitu sakit.
***
Setelah menikah, Gavella pun atas persetujuan papa ku, kini bekerja di perusahaan papa ku. Dimana aku juga bekerja di sana. Sementara Royadi, memilih untuk membangun bisnisnya sendiri.
Hal itu, tentu saja, membuat aku jadi punya kesempatan untuk bisa dekat lagi dengan Gavella. Apa lagi kami juga berada di divisi yang sama, yang membuat kami jadi sering bertemu.
Awalnya, aku mencoba bersikap biasa saja. Bagi ku, Gavella saat ini, hanya lah seorang rekan kerja, dan juga adik ipar ku. Aku berusaha bersikap profesional.
Meski jujur saja, sampai saat ini, masih ada getar-getar aneh, setiap kali mata kami saling bersirobok pandang. Setiap kali, aku melihat senyum manis Gavella. Aku masih merasa berdebar-debar, setiap kali aku bertemu dengannya.
Sampai suatu saat, aku punya kesempatan, untuk ngobrol berdua bersama Gavella. Saat itu, hanya ada kami berdua di dalam ruang kerja ku. Sementara para karyawan yang lain, sedang makan siang di lantai dasar.
"aku hanya mau tanya satu hal," ucapku memulai pembicaraan, "kenapa Royadi?"
"karena hanya dia yang bisa menghiburku, saat aku sedang patah.." suara Gavella pelan.
"apa kamu benar-benar mencintainya?"
"apa hal itu penting untuk di pertanyakan?"
"kalau kamu tidak mencintainya, kenapa kamu mau menikah dengannya?"
"aku mencintainya, meski mungkin tak sebesar cinta ku pada mas Riyadi.."
"maksud kamu apa? Apa kamu hanya ingin sekedar untuk mempermainkannya? Hanya untuk balas dendam padaku?"
"aku memang masih mencintai mas Riyadi, tapi aku tak pernah berharap untuk bisa bersama mas Riyadi lagi. Dan cinta Royadi terlalu besar untuk bisa aku abaikan begitu saja. Jadi aku rasa, tidak ada salahnya, kalau aku menikah dengan Royadi. Terlepas aku mencintainya atau tidak.."
"dan asal mas Riyadi tahu aja, aku tidak ingin membalas dendam. Aku hanya ingin bisa bertemu mas Riyadi setiap harinya. Karena itu, aku yang meminta pada papa, untuk aku bisa bekerja di perusahaan ini."
"aku benar-benar tidak mengerti cara berpikir kamu, Vel. Apa arti semua ini? Untuk apa?" suara ku mulai sedikit keras.
"aku juga gak tahu, mas. Aku hanya gak bisa melupakan kamu. Aku harap mas juga masih punya perasaan yang sama.."
"tapi saat ini, kita sudah punya kehidupan masing-masing, Vel. Itu jelas tidak mungkin.."
"kenapa tidak? Jika kita memang masih saling mencintai.."
"kamu jangan bodoh, Vella..
"aku sudah terlanjur bodoh oleh cinta ku kepada mu, mas. Dan aku merasa lebih bodoh lagi, jika aku harus melepaskan mas Riyadi begitu saja. Apa lagi saat ini, kita punya kesempatan yang besar untuk bisa bersama-sama lagi.."
"maksud kamu?" aku bertanya dengan nada bodoh.
"aku ingin kita bersama lagi, mas. Seperti dulu. Meski pun saat ini, semuanya telah berbeda. Tapi perasaan cinta ku pada mas Riyadi, masih sama seperti dulu. Aku masih sangat mencintai mas Riyadi.."
Kali ini aku terdiam. Aku benar-benar tidak mengerti apa yang ada dalam pikiran Gavella. Aku juga tidak mengerti, apa yang aku harapkan sebenarnya saat ini.
Sejujurnya, aku memang masih mencintai Gavella. Aku masih mengharapkannya. Tapi...
"kamu sadar kan, Vel? Aku sudah menikah dan bahkan sudah punya anak. Kamu juga sudah menikah dengan adik ku. Dan jika kita menjalin hubungan lagi, akan di bawa kemana hubungan seperti itu?"
"aku gak peduli, mas. Karena cinta memang tidak pernah ada ujungnya. Selama kita masih bisa bersama, kenapa gak? Kecuali kalau mas Riyadi sudah tidak mencintai ku lagi.."
Aku terdiam kembali. Jujur saja, aku juga sependapat tentang hal tersebut dengan Vella. Cinta memang tidak pernah ada ujungnya. Cinta hanya akan berakhir, jika salah satunya tidak lagi merasakan hal yang sama.
Dan perasaan ku terhadap Vella, belum berubah. Aku masih mencintainya.
"kamu yakin dengan semua ini, Vel? Kamu yakin mau menjalin cinta lagi dengan ku? Dengan keadaan kita seperti saat ini?" aku bertanya dengan perasaan bimbang.
"aku yakin, mas."
"meski pun kamu tahu resikonya?"
"iya.. aku siap menanggung resikonya.."
***
Dan begitulah, sejak saat itu, aku dan Vella pun, sepakat untuk menjalin hubungan secara diam-diam. Sebisa mungkin kami mengatur waktu, agar kami bisa menghabiskan waktu berdua.
Ada banyak cara yang kami lakukan, untuk bisa bersama. Terutama dengan alasan, keluar kota bersama, untuk urusan pekerjaan. Atau di sela-sela jam istirahat kerja kami.
Mulanya semua berjalan dengan lancar. Kami sangat bahagia dengan semua itu.
Namun, lama-kelamaan, kedekatan kami pun mulai menuai kecurigaan dari orang-orang di sekeliling kami, terutama dari istri ku, dan juga Royadi.
Hingga akhirnya, hubungan kami benar-benar terbongkar. Istri ku dan Royadi diam-diam pun bekerja sama, untuk bisa membongkar hubungan kami tersebut. Hingga akhirnya, mereka bisa membuktikan semuanya.
Setelah semuanya terbongkar, istri ku pun meminta cerai dari ku. Bahkan papa ku, juga memecat ku dari perusahaan. Begitu juga Gavella. Ia juga dipecat.
Gavella pun kemudian menghilang. Tanpa kabar. Dia menghilang begitu saja, setelah ia mendapatkan perlakuan kasar dari suaminya, dan di usir dari rumah.
Aku sendiri juga harus pergi dari rumah, karena orangtua ku sudah tidak mau mengakui aku sebagai anaknya. Mereka pasti sangat kecewa padaku.
Tapi aku memang harus menerima semua itu, sebagai hukuman atas segala kesalahan ku selama ini.
Aku harus kehilangan istri dan anak-anak ku, aku juga kehilangan orangtua ku, dan aku juga harus kehilangan Gavella, orang yang paling aku cintai.
Kini aku harus memulai semuanya lagi dari awal. Aku harus menata hidup ku kembali.
Aku hanya berharap, semoga aku bisa bertemu Gavella kembali. Semoga kami bisa memulainya lagi dari awal. Dan semoga Gavella juga punya harapan yang sama dengan ku.
Yah.. semoga saja..
****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar