Ini adalah sebuah kisah nyata yang aku alami sendiri. Sebuah kisah rahasia yang selama ini hanya aku simpan sendiri. Namun karena aku orannya tidak suka memendam sesuatu terlalu lama, jadi pada kesempatan kali ini aku ingin menceritakan kisah ini di sini.
Jadi ceritanya begini...
Aku punya seorang teman, teman yang cukup dekat dan akrab. Boleh dibilang kami ini adalah dua orang sahabat. Kami berteman sudah sejak masih sama-sama SMA. Hingga kami kuliah di kampus yang sama dan fakultas yang sama juga.
Bahkan ketika sudah lulus kuliah, kami juga akhirnya bekerja di perusahaan yang sama.
Teman ku ini sebut saja namanya Alvin. Dia tipe orang yang sedikit introvert. Alvin memang jarang keluar rumah, kecuali jika bersama ku. Dia juga hampir tidak pernah berpacaran selama ini.
Hingga akhirnya ia jatuh cinta pada seorang gadis, junior kami di kampus. Sebut saja nama gadis itu, Bela. Seorang gadis cantik yang berasal dari kampung. Gadis itu lah yang berhasil memikat hati Alvin. Setelah sekian tahun Alvin menjomblo.
Singkat cerita, Alvin dan Bela pun berpacaran. Hingga mereka sama-sama lulus kuliah. Dan saat Alvin sudah mulai bekerja, ia pun melamar Bela. Mereka pun akhirnya menikah, meski di usia yang masih cukup muda.
Setahun menikah mereka pun di karuniai seorang anak laki-laki. Pernikahan mereka juga terkesan cukup bahagia. Apa lagi secara ekonomi kehidupan mereka juga cukup mapan.Meski pun Bela memilih untuk tidak bekerja, dan hanya menjadi ibu rumah tanggan biasa.
Lima tahun usia pernikahan Alvin dan Bela, mereka sekarang sudah mempunyai dua orang anak. Kedua anaknya laki-laki. Meski pun Alvin sendiri pernah bercerita padaku, ingin sekali memiliki anak perempuan. Karena itu ia masih berharap, kalau Bela masih mau hamil lagi ketiga kalinya. Agar mereka bisa memiliki anak perempuan.
****
Aku sendiri sampai saat ini belum menikah. Berbeda dengan Alvin, aku termasuk tipe orang yang cukup bebas. Aku tidak suka menghabiskan waktu di rumah, bahkan sejak dulu. Aku lebih suka nongkrong di luar, atau sekedar jalan-jalan keliling kota.
Aku juga terkenal sebagai laki-laki play boy, karena sering gonta-ganti pacar. Aku memang termasuk tipe orang yang cepat bosan akan sesuatu. Karena itu juga, hubungan percintaan ku tidak pernah bertahan lama. Paling lama yah.. satu tahunan lah..
Kalau untuk urusan cinta, aku memang cukup beruntung. Mencari pacar bagi ku hal yang mudah. Siapa pun gadis yang aku inginkan untuk aku jadikan pacar, pasti akan bisa aku dapatkan. Namun masalahnya, aku terlalu gampang jatuh cinta, namun juga terlalu gampang bosan.
Hal itulah yang mungkin salah satu penyebab, mengapa aku belum menikah hingga saat ini. Meski pun usia ku sudah kepala tiga. Aku masih sangat menikmati masa lajangku.
Secara ekonomi, kehidupan ku juga sudah sangat mapan. Karena, sama seperti Alvin, aku juga sudah punya pekerjaan tetap dengan gaji yang fantastis. Tapi, aku memang belum ingin menikah saat ini.
****
Persahabatan ku dan Alvin memang cukup erat. Mengingat selama ini, kami selalu bersama-sama. Meski pun sejak menikah dan punya anak, Alvin jadi semakin jarang keluar rumah. Tapi saat di kantor kami sering menghabiskan waktu bersama.
Aku dan Bela juga cukup dekat. Karena sejak mereka pacaran, aku lah yang selalu menjadi perantara diantara mereka berdua, ketika mereka ada masalah dalam hubungan mereka. Dan sejak mereka menikah, aku juga jadi sering main ke rumah mereka. Apa lagi sejak anak-anak mereka lahir.
"kata mas Alvin, mas Dewa sekarang sudah naik jabatan ya..?" Bela bertanya padaku, ketika pada suatu sore aku bermain lagi ke rumah mereka. Kebetulan saat itu, Alvin tidak sedang berada di rumah.
"iya, Bel.." jawabku singkat.
"jadi sekarang gaji mas Dewa pasti lebih besar dari gaji mas Alvin ya..?" Bela bertanya kembali.
"yah.. begitulah kira-kira, Bel." balasku apa adanya, "emang kenapa, Bel? Kamu lagi ada masalah keuangan?" tanya ku melanjutkan.
"ya.. gak sih, mas. Saya cuma pengen mastiin aja, kalau ternyata gaji mas Dewa memag lebih besar dari mas Alvin.."
"udah... kamu tenang aja, Bel. Saya yakin, sebentar lagi, Alvin juga bakal naik jabatan, kok. Alvin kan, juga berprestasi di kantor, dan dia juga sangat disiplin. Hanya saja, mungkin saat ini, peluangnya belum ada..." balasku berusaha sedikit menghibur Bela.
Selama ini, Bela memang terkesan selalu membanding-bandingkan antara aku dan Alvin.
"tapi.. ngomong-ngomong... dengan gaji yang udah sebesar itu, mas Dewa bakalan segera menikah kan?" tiba-tiba Bela bertanya seperti itu.
"nah itu dia masalahnya, Bel. Kalau untuk urusan pekerjaan, aku selalu beruntung. Tapi untuk urusan cari jodoh, aku kurang beruntung kayaknya.." balasku sedikit dramatis.
"bukankah sejak dulu mas Dewa itu terkenal dengan status playboy nya? Kenapa nyari jodoh aja, jadi sulit, buat orang seperti mas Dewa? Pasti karena mas Dewa suka pilih-pilih kan, orangnya?"
"ah gak juga sih, Bel. Saya gak terlalu pemilih orangnya, kok. Yang penting cocok aja.."
"emangnya tipe perempuan yang ingin mas Dewa nikahi itu seperti apa sih?"
"saya gak punya kriteria khusus kok, Bel. Yang penting bisa jadi istri yang baik aja. Yah.. seperti kamu inilah, mungkin.."
"ah, mas Dewa bisa aja, tapi saya bukan tipe istri yang baik loh, mas.."
"tapi menurut saya, selama ini, kamu sudah menjadi istri dan ibu yang sempurna di rumah ini, buat suami dan anak-anak mu.."
Kali ini Bela tidak lagi membalas ucapan ku. Ia hanya tersenyum simpul. Wajahnya jadi sedikit memerah. Mungkin karena merasa malu dan tersanjung mendengar ucapan ku barusan.
****
Begitulah, aku dan Bela memang jadi kian akrab. Aku jadi suka bercerita sama Bela. Begitu juga sebaliknya. Bela jadi sering curhat padaku, terutama perihal rumah tangganya.
Hingga pada suatu malam, Bela meminta aku untuk datang ke rumahnya. Kebetulan saat itu, Alvin memang sedang ada tugas di luar kota selama beberapa hari.
Malam itu, Bela meminta aku menginap di rumahnya, karena ia merasa takut, katanya. Namun hal itu, tentu saja tidak diketahui oleh Alvin. Bela meminta ku secara diam-diam.
Aku dengan sedikit ragu, pun memenuhi permintaan Bela tersebut. Aku juga merasa penasaran sih sebenarnya, kenapa Bela tiba-tiba meminta aku menginap di rumahnya, saat Alvin tidak ada?
Namun diluar dugaan ku, ternyata Bela meminta aku untuk 'bercocok tanam' dengannya. Katanya, ia sudah lama tidak melakukan hal tersebut bersama suaminya. Alvin terlalu sibuk bekerja, akhir-akhir ini. Mungkin karena Alvin juga ingin segera naik jabatan, seperti aku.
Aku tidak berusaha menolak hal tersebut. Bagiku, tidaklah terlalu akan menjadi masalah, jika aku memenuhi keinginan Bela tersebut malam itu. Toh, jujur saja, sebagai laki-laki normal, di mata ku Bela juga cukup menarik.
Jadi ... malam itu, kami pun melakukan hal tersebut.
Dan terus terang, ada rasa bersalah menyelinap di dalam hati ku, saat semua itu akhirnya usai.
Namun semua sudah terlanjur terjadi. Terlepas dari siapa pun yang menginginkannya dan siapa pun yang memulainya, semua itu jelas sebuah kesalahan. Dan aku benar-benar menyesalinya.
Tapi begitulah kehidupan, kadang kita tidak bisa mengatur dengan baik, apa yang harus dan tidak harus kita lakukan. Apa lagi untuk orang seperti aku ini, yang terlalu terbiasa hidup dalam kebebasan.
Hanya saja, aku tidak menyangka sama sekali, kalau Bela akan melakukan hal tersebut. Terlepas dari apa pun alasannya.
Namun biar bagaimana pun, itu adalah kehidupannya. Itu sudah menjadi pilihan hidupnya.
****
Sejak kejadian malam itu, aku memutuskan untuk menjaga jarak dari Bela. Aku tidak pernah lagi datang ke rumahnya. Meski pun beberapa kali, Bela coba menghubungi ku lagi. Namun aku harus bisa tegas untuk menolaknya.
Satu kali, mungkin itu adalah sebuah kekhilafan. Namun jika aku terus melakukannya lagi, itu adalah sebuah kebodohan. Jadi aku memutuskan untuk tidak lagi menanggapi, apapun usaha yang dilakukan Bela untuk bisa membujuk ku.
Bagi ku semuanya sudah berakhir. Kejadian malam itu, adalah sebuah kesalahan, yang tidak mungkin aku ulang kembali.
Kalau saja Bela bukan istri sahabat ku, mungkin hal itu tidaklah akan terlalu jadi masalah. Tapi kenyataannya, Bela adalah istri sahabatku sendiri. Dan aku tidak mau menjadi penghancur rumah tangga sahabat ku sendiri.
Dan karena aku tidak lagi mau menanggapinya, Bela akhirnya tidak pernah lagi berusaha untuk menghubungi ku. Ia sepertinya sudah menyerah dan mengerti, kalau aku tidak menginginkan hal tersebut.
Aku pun tidak mau tahu lagi, bagaimana kehidupan rumah tangga Alvin dan Bela selanjutnya. Aku hanya berharap, semoga Bela bisa berubah. Dan dia tidak lagi mencari laki-laki lain, selain suaminya sendiri.
Aku juga berharap, semoga Alvin menyadari kesalahannya, karena terlalu sibuk bekerja dan mengejar karir, hingga mengabaikan kewajibannya sebagai seorang suami. Yang membuat istrinya mencari perhatian dari laki-laki lain.
Begitulah kisah singkat ku bersama istri teman ku. Sebuah kisah yang memberi banyak pelajaran berharga dalam perjalanan hidupku. Meski pun aku tidak tahu, karma apa yang akan aku terima nantinya, atas kesalahan yang aku lakukan tersebut.
Namun yang pasti, aku tidak ingin melakukan kesalaha yang sama lagi di kemudian hari.
****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar