"aku ingin kita putus, Yun." suara Tito parau.
Yuni menatap lekat wajah laki-laki yang sejak tadi duduk di sampingnya.
"kamu kenapa sih, To?" tanya Yuni akhirnya.
"aku gak kenapa-kenapa, Yun. Aku hanya ingin kita mengakhiri hubungan kita." balas laki-laki itu berat.
"iya... tapi kenapa? Kenapa kamu tiba-tiba ingin kita putus? Setelah tiga tahun kita berpacaran, tanpa ada masalah apa pun selama ini. Sekarang kamu ingin kita putus? Pasti ada alasannya kan?" tanya Yuni bertubi-tubi. Hatinya terasa perih.
"karena kita berbeda, Yun. Kamu anak orang terpandang, sedang aku hanya seorang tukang parkir, gak punya masa depan yang jelas." balas Tito pilu. Hatinya juga sakit mengakui hal itu.
"bukankah dari awal kita memang beda? Tapi aku gak pernah mempermasalahkan hal itu. Kita juga sudah sering membahas hal ini, Tito. Kenapa sekarang hal itu justru menjadi alasan buat kamu, untuk kita putus? Kamu aneh, Tito. Alasan mu gak masuk akal." Yuni berucap lagi, hatinya semakin perih.
"selama ini aku berusaha menepis perbedaan yang ada di antara kita, Yun. Namun sekarang aku gak sanggup lagi. Aku gak bisa lagi berpura-pura, bahwa perbedaan itu tidak pernah ada. Aku harus realistis, Yun. Aku juga gak ingin kamu menyesal nantinya." Tito berucap, sambil mengalihkan pandangannya ke ujung langit yang mulai tamaram.
"kenapa kamu baru mengatakan hal ini sekarang? Kenapa kamu tidak mengatakannya tiga tahun yang lalu, sebelum kita jadian? Sebelum aku terlanjur dalam mencintai kamu?" Yuni masih meninggikan nada suaranya, sekedar untuk menahan rasa perih yang terus mengoyak hatinya.
Yuni tidak bisa sepenuhnya menyalahkan Tito. Ia sadar betul hal itu. Dari awal Tito juga sudah sering mengingatkannya. Tapi Yuni yang selama ini bersikeras untuk tetap mencintai Tito. Yuni yang terus berusaha untuk mengabaikan perbedaan tersebut.
Dulu, lebih dari tiga tahun yang lalu, saat pertama kali Yuni bertemu Tito. Yuni sangat tertarik dengan Tito, yang merupakan seorang tukang parkir di sebuah mini market, tempat biasa Yuni belanja.
Awalnya Yuni hanya sekedar ingin menyapa, karena Tito memang terlihat memiliki wajah yang tampan. Rasanya ia tak pantas menjadi seorang tukang parkir. Begitu pikir Yuni waktu itu.
Namun dari sekedar menyapa, saling berkenalan, saling tukang nomor handphone, akhirnya mereka pun mulai akrab. Hingga Yuni pun jatuh cinta pada Tito.
Tapi Tito tak bisa menerima semua itu. Ia berusaha mengingatkan Yuni akan statusnya yang cuma seorang tulang parkir. Namun Yuni akhirnya berhasil meyakinkan Tito, bahwa hal itu tidaklah menjadi masalah.
Mereka pun akhirnya pacaran. Diam-diam. Tanpa siapa pun yang tahu.
Tito menyadari, jika hubungannya dan Yuni di ketahui oleh keluarga Yuni, maka hubungan mereka pasti akan di tentang. Karena itu, Tito yang bersikeras untuk tetap menyembunyikan hubungan mereka.
Yuni tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut. Yang penting baginya, mereka masih bisa bertemu, memadu kasih, meski mungkin hanya sekali seminggu. Tapi itu sudah cukup membuat Yuni bahagia.
Selama tiga tahun hubungan mereka terjalin dengan indah. Namun sekarang, Tito tiba-tiba ingin mengakhiri semua itu. Hati Yuni merintih menahan tangis.
"aku sangat mencintai kamu, Tito. Dan aku rela melakukan apa saja untuk bisa membuktikan hal itu." ucap Yuni akhirnya, setelah sejenak pikirannya melayang mengingat masa lalunya bersama Tito.
"kamu gak perlu membuktikan apa pun, Yun. Aku selalu percaya kalau kamu memang mencintaiku. Tapi aku juga percaya, bahwa cinta saja tidak cukup untuk membuat kita tetap bahagia." balas Tito lirih.
"tapi aku tetap tidak ingin kita putus, To. Kita pasti bisa melewati ini semua bersama-sama. Aku mohon, To. Jangan pernah tinggalkan aku.." Yuni akhirnya terisak pilu. Hatinya benar-benar sakit.
Perlahan Tito pun merangkul tubuh mungil itu ke dalam dekapannya. Tito tidak pernah tega melihat Yuni menangis. Hatinya yang semula tegar untuk melepaskan Yuni, tiba-tiba luluh kembali.
"cinta kita tidak akan pernah mendapatkan restu dari keluarga kamu, Yun. Kamu harusnya menyadari hal itu. Jadi sebelum semuanya terlambat, lebih baik kita mengakhirinya sekarang." Tito berucap pelan, masih terus berusaha membuat Yuni mengerti.
"aku tahu bagaimana caranya agar hubungan kita bisa diterima oleh keluarga ku..." Yuni berucap pelan.
"maksud kamu?" tanya Tito heran. Dia tidak pernah yakin ada cara yang bisa membuat orangtua Yuni rela melepaskan anak gadis semata wayang mereka hidup bersama seorang tukang parkir. Tidak akan pernah ada.
"aku ingin .... kamu mengh4mili ku, To." suara Yuni serak, namun mampu membuat Tito melepaskan dekapannya. Sungguh ia tak menyangka kalau Yuni akan berkata demikian. Ia tatap mata gadis itu dalam-dalam.
"hanya itu satu-satunya cara, agar keluarga ku bisa menerima kamu, To." Yuni berucap lagi, sambil membalas tatapan Tito.
"sekali pun aku sangat mencintai kamu, Yun. Aku tak akan pernah melakukan hal itu. Aku tak akan pernah menodai kesucian cinta kita. Dan kamu jangan pernah berpikir untuk melakukan hal tersebut. Aku gak rela kamu berucap seperti itu." balas Tito akhirnya berucap.
"tapi aku sangat mencintai kamu, Tito. Dan aku tidak ingin hubungan kita berakhir, hanya karena kita merasa takut, hubungan kita tidak akan di restui oleh orangtua ku." ucap Yuni kemudian.
"tapi kenyataannya memang seperti itu, Yun. Dan kita memang harus mengakhiri ini semua, sebelum makin terlambat." balas Tito lirih.
*****
Dan begitulah, Tito dengan sangat berat harus melepaskan Yuni dari hidupnya. Dari hatinya. Meski hatinya sangat terluka dengan keputusan tersebut. Namun Tito harus menerima kenyataan tersebut.
Tito mengingat kembali kejadian beberapa minggu yang lalu, jauh sebelum ia memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Yuni.
"Yuni anak tante satu-satunya, Tito." suara berat mama Yuni berucap, saat ia dengan sengaja menemui Tito di tempat Tito bekerja menjadi seorang tukang parkir.
"tante hanya ingin yang terbaik untuknya. Dan tante ingin Yuni mendapatkan jodoh yang terbaik juga. Tante harap kamu mengerti maksud tante.." lanjut mama Yuni lagi, yang membuat Tito terdiam pasrah.
Tito sadar dan sangat mengerti maksud mama Yuni berucap begitu. Ia memang tidak pantas untuk Yuni. Ia bukanlah yang terbaik. Yuni memang pantas mendapatkan jodoh terbaik, dan orang itu bukan Tito.
Menyadari hal tersebut, Tito pun berusaha untuk bisa memutuskan hubungannya dengan Yuni. Itu semua demi kebaikan Yuni dan juga demi masa depan Yuni sendiri.
Kini Tito hanya ingin melupakan Yuni. Ia tidak ingin terlarut dengan kenangan-kenangan indahnya bersama Yuni. Ia hanya berharap, semoga Yuni menemukan kebahagiaannya.
*****
"hei... kamu Tito, kan?" sebuah suara lembut membuyarkan lamunan Tito, saat ia bersiap-siap hendak pulang. Tito memutar kepala untuk menatap arah suara itu. Seorang gadis manis tersenyum padanya.
"iya, dan kamu siapa?" tanya Tito dengan nada heran, karena ia belum pernah melihat gadis itu sebelumnya.
"saya Nita, teman Yuni." balas gadis itu, dengan masih tetap tersenyum.
"oh.." Tito membulatkan bibir, "ada apa?" tanya Tito bersikap enggan.
"gak ada apa-apa, sih. Cuma mau ngasih tahu aja, kalau Yuni sekarang di rawat di rumah sakit." balas gadis itu, Nita.
"Yuni sakit? Sakit apa?" Tito penasaran. Sudah hampir tiga bulan ia tak pernah lagi bertemu Yuni, semenjak ia memutuskan hubungan mereka.
"Yuni mengalami depresi semenjak putus sama kamu, Tito. Dan terakhir ia mencoba bunuh diri, karena itu sekarang ia di rawat." jelas Nita.
"separah itu?" Tito mengernyitkan kening.
"iya.. separah itu. Yuni bukan hanya depresi karena putus dari kamu, Tito. Tapi juga karena ia akan di jodohkan orangtuanya. Ia tidak bisa menerima semua itu." balas Nita lagi.
"lalu untuk apa kamu menceritakan semua ini padaku? Kami sudah tidak punya hubungan apa-apa lagi." ucap Tito terdengar acuh, meski hatinya sendiri sangat sakit mendengar kabar tersebut. Ia merasa bersalah, tapi ia juga tidak bisa berbuat apa-apa.
"tante Dela yang meminta aku mencari kamu." jelas Nita.
"tente Dela? Mamanya Yuni?" tanya Tito terheran.
"iya. Ia yang meminta aku menemui kamu, dan ia juga berharap, agar kamu mau menemui Yuni di rumah sakit." jelas Nita lagi.
"tapi bukankah dia yang meminta aku untuk menjauhi Yuni?" tanya Tito lagi.
"iya... dan sekarang ia sudah menyesali semua itu. Sebenarnya beliau ingin sekali menemui kamu secara langsung, tapi ia gak tega meninggalkan Yuni sendirian di rumah sakit. Beliau juga ingin menyampaikan permintaan maafnya sama kamu." ucap Nita membalas.
"dan jika kamu masih mencintai Yuni, aku harap kamu bisa ikut dengan ku sekarang ke rumah sakit. Sebelum semuanya terlambat. Mungkin dengan kehadiran kamu, bisa membantu agar Yuni bisa sembuh lebih cepat." Nita berucap kembali.
Tito termangu beberapa saat. Dia hampir saja berhasil untuk bisa melupakan Yuni. Dan berharap untuk tidak lagi bertemu dengannya. Namun sekarang keadaanya sungguh berbeda. Yuni membutuhkannya.
Karena itu, Tito pun melangkah pelan mengikuti langkah Nita menuju mobilnya yang di parkir tidak terlalu jauh dari sana. Tito hanya berharap ia belum terlambat. Tito hanya berharap, Yuni bisa pulih kembali. Dan ia akan rela melakukan apa pun, untuk bisa membuat Yuni sembuh.
Tito sungguh tidak menyangka, kalau cinta Yuni begitu besar untuknya. Ia tak menyangka cinta Yuni akan sedalam itu. Cinta Yuni terlalu dalam, dan Tito berjanji dalam hatinya tidak akan lagi melepaskan Yuni walau apa pun alasannya.
****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar