Saat aku harus merelakan kepergian mu

 Aku memejamkan mataku dengan berat, berusaha mengenyahkan kejadian pahit yang baru saja aku alami pagi tadi.

Saat di sekolah, aku tak sengaja mendengarkan gunjingan teman-teman sekelas ku, mereka mengatakan, kalau Dyra, gadis yang sudah menjadi pacarku selama dua tahun ini, telah menduakan ku.

Mulanya aku tak percaya. Aku menganggap cerita teman-teman ku tersebut, hanyalah sebuah gossip belaka. Hanya untuk menghancurkan hubungan indah kami selama ini.

Aku dan Dyra memang sudah pacaran selama dua tahun lebih, setidaknya sejak awal-awal kami masuk ke SMA ini, hingga sekarang kami sudah berada di tahun terakhir.

Aku dan Dyra memang tidak satu kelas, apa lagi Dyra juga mengambil jurusan yang berbeda. Namun hal itu tidak menjadi penghalang untuk kami tetap bersama. Cinta kami tetap terjalin dengan indah, meski kami jadi jarang bertemu.

Aku dan Dyra saling mencintai. Aku selalu berusaha menjaga kesetiaanku. Dan aku juga percaya kalau Dyra juga akan selalu setia.

Namun kejadian pagi tadi, sungguh membuat aku mulai meragukan hal tersebut.

Bagaimana tidak, teman-teman ku berhasil mendapatkan photo Dyra bersama laki-laki lain. Mereka terlihat mesra. Laki-laki itu juga tidak aku kenal.

“apa kamu masih tidak percaya, setelah melihat photo ini?” ucap Riko sedikit memanasi ku.

“bisa saja mereka hanya teman kan?” balasku mengelak.

“teman? Teman tapi mesra?” ucap Riko lagi.

“kalau Cuma teman gak mungkin semesra itulah, Kal.” Deri ikut menimpali.

Aku melirik photo itu sekali lagi. Photo yang sengaja Riko simpan di handphone nya, untuk membuktikan padaku, kalau Dyra selingkuh.

Di dalam photo tersebut, Dyra telihat tersenyum bahagia, sementara laki-laki di sampingnya, merangkulkan tangannya di pundak Dyra, sambil memasang senyum yang sama.

Seketika hati ku bergemuruh, menahan amarah.

Bagaimana mungkin Dyra dengan begitu mudah mengkhianti ku. Padahal aku selalu percaya padanya.

Karena penasaran, aku pun segera menemui Dyra di kelasnya.

“siapa laki-laki ini?” Tanya ku sedikit kasar, sambil ku perlihatkan photo yang ada di handphone Riko tersebut.

Di luar dugaan ku Dyra justru tersenyum.

“dia Alex. Kenapa emangnya?” ucap Dyra tanpa rasa bersalah.

“ada hubungan apa kamu sama dia?” Tanya ku masih dengan nada kasar.

“belum ada hubungan apa-apa sih sebenarnya. Hanya saja akhir-akhir ini dia sering datang ke rumah. Sering ngajak jalan..” balas Dyra.

“dan kamu mau?” Tanya ku heran.

“ya… mau gimana lagi, habisnya Alex orangnya sangat menarik. Aku jadi suka sama dia.” Balas Dyra masih tanpa merasa bersalah.

“lalu aku kamu anggap apa?” suara ku sedikit meninggi, beberapa orang jadi memperhatikan kami.

“Sepertinya hubungan kita memang sudah tidak bisa dipertahankan lagi, Kal. Jadi sebelum semuanya makin terlambat, lebih baik kita putus aja ya…” Dyra masih berucap dengan santai, seakan-akan hal itu merupakan hal biasa baginya.

“maksud kamu apa sih, Dyr? Kita sudah pacaran lebih dari dua tahun loh. Dan kamu memutuskan aku begitu aja. Sungguh tidak bisa di percaya.” Suaraku tiba-tiba serak. Hatiku semakin bergemuruh.

“udahlah, Kal. Bagi ku di Antara kita sudah tidak ada apa-apa lagi.” Dyra benar-benar terlihat santai mengucapkan hal tersebut.

Ingin rasanya aku menampar mulut Dyra saat itu juga. Ingin rasanya aku memakinya. Namun harga diriku sebagai seorang laki-laki mencegah hal tersebut. Aku gak mau jadi pengemis. Aku gak mau mengemis cinta pada perempuan. Kalau Dyra dengan begitu mudahnya mencampakkan ku, kenapa aku masih harus mempertahankannya.

“tega kamu, Dyr..” hanya kalimat itu yang keluar dari mulut ku, sebelum akhirnya aku pergi dari hadapan Dyra.

*****

Pagi itu aku melangkah lesuh memasuki kelas. Keputusan Dyra untuk mengakhiri hubungan kami, benar-benar membuat aku terluka.

“duh yang lagi patah hati..” sapa Riko menyambut kedatangan ku.

“udahlah, Kal. Jangan lemas gitu donk. Dyra bukan satu-satunya cewek di dunia ini kan?” Deri ikut menimpali.

“masalahnya dia memutuskan aku begitu saja. Seolah-olah hubungan kami selama dua tahun ini gak ada artinya.” Ucapku lemah.

“biasalah …. Wanita emang gitu, kalau udah dapat yang lebih, yang lama mah lewat..” ucap Riko.

“tapi kok semudah itu ya, Dyra memutuskan ku? Rasanya aku masih belum percaya. Aku seperti gak mengenalinya lagi. Dyra yang aku kenal gak akan bersikap seperti. Pasti ada yang salah..” ucapku tiba-tiba.

Aku memang merasa ada yang aneh dengan keputusan Dyra. Belakangan hubungan kami baik-baik saja. Kalau pun ada laki-laki lain, aku yakin Dyra gak akan mudah tergoda. Alex bukan satu-satunya laki-laki yang pernah mencoba mendekati Dyra selama kami berpacaran. Namun selama ini, Dyra selalu cerita padaku. Tapi kenapa Dyra gak pernah cerita tentang Alex? Dan saat aku tahu, dia justru tidak membantahnya.

Kalau pun memang Dyra ingin putus dari ku, kenapa dia tak melakukannya sebelum aku mengetahui tentang Alex? Kenapa dia tiba-tiba memutuskan aku, saat aku memperlihatkan photo kemesraannya bersama Alex?

“kamu hanya belum bisa menerima kenyataan, Kal. Karena itu semuanya jadi gak masuk bagi kamu.” Ucapan Riko membuyarkan pikiran ku tiba-tiba.

*****

Sejak hubungan ku dengan Dyra kandas. Aku pun memutuskan untuk belajar melupakannya. Meski hal itu tidaklah mudah bagiku. Hari-hari ku jadi terasa berat.

Sudah hampir sebulan, aku dan Dyra tidak pernah bertemu. Aku juga tidak berusaha untuk menghubunginya. Kalau Dyra sudah menganggap kami tidak ada hubungan apa-apa lagi, untuk apa lagi aku mengharapkannya.

Sampai suatu hari…

“hai, Kal.. saya Alex…” seorang laki-laki tiba-tiba menghampiri ku, saat aku berjalan sepulang sekolah.

“iya, aku tahu..” balasku tanpa selera.

“saya tahu kamu marah padaku. Tapi asal kamu tahu, semua itu hanya salah paham. Dyra sudah merencanakan semuanya.” Ucap Alex.

“maksud kamu?” tanyaku jadi penasaran.

“aku tidak berusaha untuk mendekati Dyra, Kal. Aku adalah saudara sepupu Dyra. Aku baru datang beberapa bulan yang lalu ke kota ini. Kebetulan aku juga sedang cari kerja di kota ini. Jadi untuk sementara aku tinggal di rumah Dyra.” Jelas Alex.

“lalu untuk apa Dyra mengatakan kalau kamu berusaha mendekatinya, dan karena itu ia memutuskan ku?” Tanya ku lagi.

“sebenarnya sudah lama Dyra ingin putus dari kamu, Kal. Tapi selama ini dia tidak punya alasan yang tepat. Namun saat aku datang kesini, dia memanfaatku untuk bisa membuat kamu marah, dan akhirnya ia bisa punya alasan untuk memutuskan mu. Sebenarnya Dyra juga sengaja mengirim photo itu pada Riko, agar kamu melihatnya.” Ucap Alex lagi.

“aku gak ngerti, Lex. Dan bagiku itu semua sudah tidak penting.” Balasku.

“kalau kamu tahu alasan Dyra sebenarnya ingin putus dari kamu, ini akan jadi penting bagi kamu, Kal.” Ucap Alex kemudian.

“maksud kamu?” tanyaku semakin heran.

“Dyra sakit, Kal. Dyra mengidap leukemia akut sudah setahun belakangan ini. Tapi Dyra tidak ingin kamu tahu. Dia tidak ingin kamu mengasihinya. Dia ingin kamu melupakannya, sebelum dia benar-benar pergi.’ Jelas Alex, yang membuat ku tiba-tiba merasa terpukul.

“Dyra di vonis, tidak akan bertahan hidup lebih dari setahun, Kal. Berbagai pengobatan juga sudah di jalaninya. Namun dokter pun bahkan sudah menyerah. Dyra gak bakal bisa sembuh. Karena itu dia ingin kamu melupakanya. Dia tidak ingin kamu akan merasakan sakit, saat melepaskan ia pergi untuk selama-lamanya.” Alex melanjutkan ucapannya.

“lalu sekarang dimana Dyra?” ucapku akhirnya.

“sudah seminggu Dyra di rawat di rumah sakit, Kal. Penyakitnya semakin parah. Dia sudah sering tidak sadarkan diri. Sebenarnya Dyra tidak ingin kamu tahu. Tapi aku benar-benar tidak tega melihatnya. Karena itu aku berusaha mencari kamu, untuk menceritakan semua ini.” Jelas Alex lagi.

Lemas terasa seluruh tubuhku tiba-tiba. Teganya Dyra menyembunyikan semua itu dari ku. Pantas saja aku tidak percaya, kalau Dyra dengan begitu mudah memutuskan ku.

“apa kamu mau menjenguknya?” Tanya Alex kemudian.

Aku pun mengangguk setuju.

Namun saat kami sampai di rumah sakit. Dyra dinyatakan telah menghembuskan napas terakhirnya. Hati ku benar-benar hancur menyadari itu semua. Kenapa Dyra tidak ingin aku menemaninya, di saat-saat terakhirnya?

Kenapa ia memilih untuk memutuskan ku, saat aku seharusnya berada di sampingnya?

Hatiku benar-benar hancur dan sakit. Dan tanpa sadar air mata ku pun jatuh menetes.

Ternyata kehilangan Dyra untuk selama-lamanya, jauh lebih menyakitkan dari pada mendengar kata putus dari Dyra. Dan aku terduduk lemas tak berdaya.

****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Layanan

Translate