Aku jatuh cinta kepada sang bidan...

Aku termenung sendiri, mengingat semua kejadian yang aku alami akhir-akhir ini.
Sungguh tak pernah terpikir olehku, jika aku harus terlibat skandal dengan seorang bidan desa yang cantik.
Namanya, Yola. Dia bidan baru di desa kami. Sebenarnya Yola sudah menikah dan sudah punya seorang anak perempuan.
Namun suaminya yang seorang pelaut sangat jarang pulang.


Cerpen sang penuai mimpi

Aku mengenal Yola dan mulai dekat dengannya, semenjak Ibuku sering sakit dan harus rutin berobat.
Karena kehidupan kami yang pas-pasan, aku tak mampu membawa Ibuku berobat ke rumah sakit besar, selain biayanya yang mahal, jarak desa kami ke kota sangat jauh.
Jadi aku hanya mampu mengobati Ibu ku di Puskesmas desa.

Aku anak sulung dari tiga bersaudara dan ayahku sudah meninggal beberapa tahun lalu.
Jadi sekarang aku yang jadi tulang punggung keluargaku. Aku harus bekerja keras untuk membiayai hidup keluargaku, terutama untuk biaya sekolah adik-adikku yang masih kecil-kecil.

Aku dan Yola memang semakin dekat, karena sering bertemu dan ngobrol.
Karena kedekatan kami, Yola sering cerita padaku kalau ia sebenarnya sering merasa kesepian.
Suaminya memang jarang pulang, dan kalau pun pulang tidak pernah lama.
Aku kadang juga merasa prihatin, mendengar cerita Yola. Tapi aku selalu berusaha menjaga jarak dengannya, karena tidak ingin orang-orang di kampung merasa curiga dan berpikiran macam-macam tentang kami.

Yola seorang perempuan yang cantik, meski sudah punya anak dan sudah berumur kepala tiga, dia masih terlihat awet muda dan mempesona. Terus terang aku tidak bisa memungkiri, kalau Yola adalah seorang wanita yang sangat menarik. Meski usiaku dua tahun lebih muda darinya. Tapi di mataku, Yola wanita yang baik dan ramah.

Kian hari kami pun kian dekat. Dan aku pun jatuh cinta padanya. Entah mengapa keinginan untuk memilikinya tumbuh begitu besar di hatiku. Namun aku berusaha memendam semua rasa itu. Karena biar bagaimana pun, Yola sudah memiliki seorang suami. Meski pun, ia mengakui kalau ia tidak bahagia dengan pernikahannya.
Dan lagi pula, aku hanya seorang pemuda desa yang berasal dari keluarga tak mampu.
Secara ekonomi kami jelas jauh berbeda.

Karena kedekatan kami, orang-orang di desa pun sudah mulai membicarakan kami. Bahkan Ibuku sendiri juga sempat mempertanyakan hubunganku dengan Yola. Dan aku mencoba menjelaskan kalau kami tidak ada hubungan apa-apa.
Ibuku mungkin percaya, tapi orang-orang tidak. Gosip tentang kami, pun kian beredar.

Karena takut akan terjadi fitnah, aku dan Yola pun sepakat untuk saling menjaga jarak.
Dan selama masa jaga jarak itulah, akhirnya kami sadar, kalau ternyata kami memang saling suka dan saling tertarik. Tiba-tiba saja, ada rindu. Ada keinginan untuk tetap bertemu.
Yola pun mengakui hal itu padaku. Dan aku pun jujur padanya, kalau aku memang suka dengannya.
Meski kami tahu, kalau apa yang kami rasakan itu adalah sebuah kesalahan.
Namun kami tidak bisa menghindari datangnya rasa itu.
Dan kami hanyalah manusia biasa.

Semakin kami berusaha menolak hadirnya rasa itu, semakin besar pula ia tumbuh.
Sampai akhirnya, kami pun terjebak oleh perasaan kami sendiri.
Yola melampiaskan segala kesepiannya padaku, dan aku tidak bisa menolak kehadiran Yola dalam hatiku. Aku benar-benar telah jatuh cinta kepada Yola.
Kami pun menjalin hubungan yang cukup serius, meski hubungan kami tidak diketahui oleh siapapun. Kecuali oleh kami berdua. Namun kami begitu menikmati hubungan terlarang tesebut.
Semuanya terasa indah bagi kami.

Berbulan-bulan dan bahkan hampir dua tahun hubungan terlarang kami berjalan dengan teramat indah. Kami sering bertemu secara diam-diam, tanpa diketahui orang-orang. Kami sering bertemu diluar desa, agar orang kampung tidak merasa curiga.
Kami benar-benar telah terlena oleh cinta buta yang hadir diantara kami.

Namun setelah dua tahun, akhirnya hubungan kami pun diketahui oleh suami Yola. Beliau sangat marah dan memukuliku sampai babak belur, dan bahkan beberapa warga ikut memukuliku.
Ibu dan keluargaku tidak bisa berbuat apa-apa, karena memang apa yang aku lakukan adalah sebuah kesalahan.
Tapi sebagai laki-laki aku tak ingin lari, aku harus bertanggungjawab. Aku harus siap menerima resiko dari perbuatanku.

Namun ternyata suami Yola memilih untuk membawa Yola pergi dari desa itu. Dan aku tak bisa berbuat apa-apa.
Orang-orang sudah terlanjur membenciku, kecuali mungkin Ibuku. Meski tentu saja, beliau sangat terpukul dan malu.
Tapi semua sudah terjadi, dan aku harus menerima hukumannya.

Terus terang aku merasa sangat kehilangan Yola. Hari-hariku terasa hampa dan tak berarti.
Sudah beberapa minggu berlalu, dan aku belum mendengar kabar apa pun dari Yola.
Aku tahu, aku tak boleh berharap apa-apa lagi dari Yola. Namun aku hanya ingin tahu, seperti apa kondisinya saat ini.

Hinga beberapa bulan kemudian, aku pun mendapat kabar, kalau Yola masuk rumah sakit dan meninggal.
Ternyata setelah kejadian itu, Yola mendapat perlakuan yang sangat buruk dari suaminya.
Hampir setiap hari ia di pukuli oleh suaminya. Sampai akhirnya harus masuk rumah sakit selama beberapa hari dan akhirnya meninggal.

Tiba-tiba rasa bersalah menghantuiku. Segala penyesalan akhirnya pun datang.
Seandainya saja, aku lebih bisa menjaga perasaanku, agar tidak jatuh cinta pada Yola, tentu saja semua ini tidak akan pernah terjadi.
Namun kini semua telah terjadi, dan aku tidak bisa mencegahnya.
Yola pergi dengan membawa semua kenangan yang pernah tercipta di antara kami.
Meski tentu saja, itu semua adalah kenangan penuh dosa.
Tapi tetap saja, bagiku itu semua teramat indah. Walau harus berakhir dengan begitu menyakitkan.

**** 

Sekian ....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Layanan

Translate