Untuk kesekian kalinya, Andri menghembuskan napas berat. Hatinya masih belum bisa menerima semua yang baru saja terjadi. Tak pernah terpikir olehnya, jika hubungan cintanya harus berakhir dengan sangat menyakitkan.
Andri memejamkan mata, segala kenangannya melintas kembali. Pikirannya menerawang, mengingat semua kisah cintanya.
Tiga tahun lalu, ia mengenal Tania. Gadis manis yang mampu mengetuk hatinya saat itu. Perkenalan mereka yang berawal dari saling like status di facebook. Perkenalan yang terbilang biasa itu, namun mampu menumbuhkan benih-benih cinta diantara mereka berdua.
Setelah sering bertemu dan saling ngobrol, mereka pun sepakat untuk menjalin hubungan asmara.
Lebih dari dua tahun mereka pacaran. Hubungan mereka sangat indah dan penuh dengan kemesraan. Mereka berdua saling mencintai, saling menyayangi, dan saling mendukung satu sama lain.
Namun hubungan yang indah itu, harus berakhir.
“aku hanya ingin menggapai apa yang sudah menjadi cita-citaku sejak lama…” ucap Tania waktu itu. “karena itu aku harus pergi, Ndri…” lanjutnya.
Andri terdiam beberapa saat.
Tania memang mendapatkan tawaran untuk menjadi model di ibu kota. Karirnya sebagai model memang baru dimulai. Tania menjadi model di kota kecil tempat mereka tinggal dan kuliah. Beberapa bulan Tania terjun ke dunia model, ia mendapat tawaran untuk bisa menjadi model profesional di Jakarta.
“yah, aku tahu. Tapi apa hubungannya semua itu dengan kamu ingin mengakhiri cinta kita..?” Tanya Andri akhirnya.
“karena kita akan terpisahkan oleh jarak, Ndri. Dan sebuah hubungan yang terbentang jarak dan waktu, tidak akan bisa bertahan lama.” Jawab Tania datar.
“aku mencintai kamu, Tania. Tak peduli seberapa pun jauhnya jarak yang akan memisahkan kita, itu tidak akan merubah perasaanku padamu..” Andri berbicara pelan, ia memainkan pasir putih di pantai yang mereka duduki sejak tadi. Hembusan angin sore menerpa tubuhnya. Terasa dingin. Namun hembusan angin itu, tidaklah mampu mendinginkan hatinya.
Sejak rencana kepergian Tania ke Jakarta, dua hari yang lalu, Andri merasa tidak bisa dengan mudah melepaskannya. Hatinya tak rela.
“waktu dan keadaan bisa merubah pendirian seseorang, Ndri. Dan itu tidak bisa dipungkiri.” Jawab Tania, tanpa menoleh sedikitpun kearah Andri yang duduk tak jauh di sampingnya.
“tapi itu tidak akan mengubah perasaanku padamu, Tania…” suara Andri tersedak.
“tapi aku tak ingin hubungan kita akan menghambat karirku, Ndri. Aku hanya ingin fokus dengan karirku saat ini..” kali ini Tania berbicara sambil menatap Andri yang tertunduk lemah.
Andri menelan ludah pahit. Ia sangat mencintai Tania. Namun keinginan Tania untuk pergi dan mengakhiri hubungan mereka, sepertinya memang sudah bulat. Andri tidak bisa berbuat banyak saat ini, selain merelakan semuanya.
*********
Berbulan-bulan setelah kepergian Tania, Andri belum bisa melupakan gadis itu. Pikirannya masih terus dihantui oleh bayangan-bayangan tentang Tania. Hatinya tidak bisa begitu saja merelakan kepergian Tania dari hidupnya. Ia merasa sangat terluka. Meski Andri sudah berusaha untuk belajar melupakan sosok Tania dalam hatinya.
Namun semakin Andri mencoba melupakan Tania, bayangan Tania justru semakin sering melintas di benaknya.
“tapi katanya udah ikhlas, kok masih sering ngelamunin dia..” celetuk Irfan, sahabat Andri, suatu hari.
“siapa juga yang ngelamunin Tania?” tanya Andri sengit.
“udahlah, gak usah berpura-pura gitu. Saya udah hafal watak kamu, Ndri.” Balas Irfan lagi.
Selanjutnya Andri hanya terdiam. Tak ada gunanya juga bagi Andri berbohong pada Irfan. Mereka sahabatan sejak SMA. Irfan tahu persis apa yang Andri rasakan saat ini.
“udahlah, Ndri. Mungkin memang sudah saatnya kamu move on…” ucap Irfan lagi, melihat Andri hanya terdiam. “Tania sudah bahagia dengan kehidupannya sekarang. Kamu harus bisa melupakannya. Mau sampai kapan kamu akan seperti ini? Seperti orang yang hilang semangat hidup…” lanjutnya.
Andri masih terdiam. Semenjak kepergian Tania, kehidupan Andri memang berantakan. Semangatnya memudar. Ia tak merasakan gairah hidupnya lagi.
Berbagai cara telah Andri coba untuk bisa menghapus nama Tania dihatinya. Namun justru semua itu membuat ia terluka semakin dalam.
Sudah berbulan-bulan, bahkan Tania tak pernah memberinya kabar. Tania benar-benar telah melupakannya. Dan itu membuat Andri semakin merasa sakit.
Begitu mudah Tania melupakanku. Bisik hati Andri merintih.
**********
“Delia..” ucap lembut suara gadis yang dengan tersenyum menjabat tangan Andri.
“Andrian…” balas Andri pelan, sambil dengan lembut melepaskan tangannya.
Mereka duduk di sebuah kafe. Setelah dengan susah payah, Irfan mengajak Andri untuk ikut dengannya.
Irfan memang sengaja mengajak Andri dan berniat untuk memperkenalkannya dengan Delia. Ia merasa prihatin melihat sahabatnya yang menghabiskan waktunya hanya dengan bermuram durja. Untuk itu, ia berinisiatif untuk memperkenalkan Andri dengan salah seorang temannya.
Delia masih tersenyum menatap Andri. Namun Andri hanya menundukkan kepala. Ia tak benar-benar berniat untuk mengikuti saran Irfan. Ia datang hanya sekedar menghargai usaha Irfan untuk menghiburnya.
Sekilas Andri menatap ke wajah cantik milik Delia. Jujur, sebagai laki-laki normal, harus Andri akui, kalau Delia memang memiliki wajah yang cantik, dengan senyumnya yang selalu mengembang. Tapi tetap saja, bagi Andri, Tania jauh lebih manis.
Andri dengan sedikit terpaksa akhirnya mengobrol bersama Delia, ketika dengan sengaja, Irfan meninggalkan mereka berdua.
“saya dan Irfan tetanggaan, kami kenal sudah sejak lama.” Jelas Delia dengan suara khasnya.
Andri membulatkan bibir.
“Irfan sudah banyak cerita tentang kamu..” lanjut gadis itu lagi, yang memang dari awal lebih mendominasi pembicaraan.
Sementara Andri sendiri lebih banyak diam dan sekedar mendengarkan saja.
Tidak mudah memang bagi Andri, untuk membuka hatinya kembali. Bahkan hingga saat ini, hatinya masih terasa sakit.
Sejak perkenalan itu, Delia jadi sering menghubungi Andri. Meski sikap Andri padanya cukup dingin. Namun Delia cukup aktif untuk bisa membuat Andri akhirnya sering jalan bareng dengannya.
Delia tidak tahu persis, apa yang sedang dialami oleh Andri sebenarnya, sehingga membuat Andri terlihat begitu dingin. Namun bagi Delia, perkenalannya dengan Andri, cukup membuat ia terkesan.
Andri yang memang mempunyai wajah tampan diatas rata-rata, telah mampu mengetuk hatinya.
Sikap Andri yang lebih terkesan cool, membuat Delia justru semakin penasaran. Hal itulah yang membuat Delia rela berusaha untuk bisa mengenal sosok Andri lebih dekat.
Dan usahanya perlahan pun mulai berhasil. Andri sudah mulai lebih terbuka padanya. Bahkan terkadang Andri sendiri yang mengajak Delia jalan.
Hal itu membuat Delia semakin menyukai Andri. Ternyata setelah kenal lebih dekat, Delia jadi tahu, kalau ternyata Andri seorang yang humoris dan juga sangat sopan.
Andri sendiri merasa kehadiran Delia, bagai air segar, saat hatinya terasa hambar. Perlahan ia mencoba menerima kehadiran Delia dalam hidupnya.
Bagi Andri, Delia gadis yang baik. Selain cantik, gadis itu juga bisa menghibur dan membuat Andri sering tersenyum melihat tingkah Delia yang sedikit lucu namun manja.
Bicara Delia yang ceplas-ceplos, blak-blakan dan apa adanya, membuat Andri merasa menemukan sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang tidak pernah ia temukan pada sosok Tania sebelumnya.
Delia juga gadis yang cerdas, ia kuliah di salah satu kampus terfavorit di kota tersebut.
Semakin mengenal Delia, Andri merasa semakin mengaguminya.
Perlahan tapi pasti, Andri mulai melupakan Tania. Dalam lamunannya justru sosok Delia yang sering hadir.
“ah, kamu apaan, sih. Bikin kaget aja…” balas Andri ditengah kekagetannya, tanpa melepaskan senyumannya.
“gitu, dong. Move on! Itu baru namanya sahabat Irfan….” Irfan berbicara lagi, tanpa pedulikan reaksi Andri barusan.
“jadi gimana? Sudah jadian belum?” Tanya Irfan melanjutkan, melihat Andri hanya tersenyum menatapnya.
“belum..” jawab Andri singkat.
“kenapa?” Tanya Irfan, kali ini dengan muka penasarannya.
“yaah….. masih nunggu saat yang tepat aja sih…” Andri menjawab dengan sedikit terbata, karena ia sendiri merasa belum benar-benar siap untuk menjadikan Delia kekasihnya. Meski dari sikap Delia padanya, Andri sendiri yakin, jika Delia memang menyukainya.
Tapi tetap saja, bagi Andri, itu semua terlalu cepat dan tentu saja tidak mudah.
Andri mungkin memang sudah bisa melupakan sosok Tania dari hatinya. Tapi luka yang Tania tinggalkan cukup dalam dan masih begitu membekas. Tidak mudah bagi Andri untuk membangun kembali kepercayaan dalam hatinya, setelah semua yang Tania lakukan padanya. Dia masih butuh waktu untuk bisa meyakinkan dirinya sendiri, bahwa Delia tidak akan meninggalkannya dengan alasan apapun. Seperti yang Tania lakukan.
Meski sebenarnya Andri tidak bisa membohongi dirinya sendiri, kalau ia telah jatuh cinta pada Delia. Gadis itu dengan perlahan telah mampu menyembuhkan luka di hatinya. Telah mampu membuat ia bangkit dari keterpurukannya.
Hati Andri begitu terbuka menerima kehadiran Delia yang sederhana.
Tiba-tiba saja, Andri merasa takut kehilangan gadis ramah itu.
****
Bersambung ...