Aku seorang suami dari seorang istri, dan seorang ayah dari seorang putri cantik yang merupakan anak pertama kami. Pernikahan kami sudah berlansgsung selama lebih kurang empat tahun.
Istri ku adalah seorang wanita karir, yang saat ini masih bekerja di sebuah perusahaan elite di kota tempat kami tinggal. Sementara aku sendiri hanyalah seorang dosen di sebuah kampus swasta.
Karena sama-sama sibuk bekerja, kami pun sepakat untuk memperkerjakan seorang pembantu di rumah kami, dan juga seorang pengasuh anak.
Istri ku berangkat kerja sebelum jam tujuh pagi, dan selalu pulang lewat jam lima sore. Sementara aku sendiri, biasanya selalu pulang lebih awal. Sekitar jam dua siang, aku sudah kembali ke rumah.
Jadi aku lebih banyak menghabiskan waktu bersama putri kami, ketimbang istri ku. Tapi hal itu tidak pernah jadi masalah diantara kami.
Satu-satunya hal yang masih selalu mengganggu pikiran ku adalah, tentang pendapatan istri ku yang tentunya jauh lebih besar dari pendapatan ku sendiri. Meski istri ku tidak pernah sama mempermasalahkan hal tersebut, bahkan ia juga tidak pernah mau membahas hal tersebut.
Terlepas dari itu semua, sejujurnya aku merasa bahagia dengan hidup yang aku jalani saat ini, terutama sejak kehadiran putri kecil kami. Hari-hari yang aku lalui jadi lebih berwarna.
Istri ku sendiri, juga sering di tugaskan ke luar kota oleh pihak perusahaan. Terkadang ia harus bermalam di luar kota selama beberapa hari. Kadang ia sengaja membawa putri kami bersama pengasuhnya untuk ikut dengannya ke luar kota.
Saat-saat seperti itulah, yang kadang membuat aku sering merasa kesepian, karena hanya sendirian di rumah.
Hingga pada suatu saat...
*****
Yola, kakak iparku, yang usianya hanya terpaut tiga tahun lebih tua dari istri ku. Tiba-tiba datang ke rumah kami. Katanya ia sedang bermasalah dengan suaminya.
Istri ku tentu saja menerima kehadiran kakaknya tersebut di rumah kami, dengan senang hati. Untuk tinggal sementara bersama kami.
Kak Yola memang sudah menikah lebih dari enam tahun yang lalu. Tapi ia dan suaminya belum memiliki anak. Aku tak tahu pasti penyebabnya. Namun yang pasti, saat ini, pernikahan mereka sedang dalam masalah.
Istri ku dan kak Yola memang cukup dekat. Sejak kecil mereka selalu bersama-sama. Kedua orangtua mereka saat ini, masih tinggal di kampung halamannya.
Kak Yola memang sengaja tidak pulang ke rumah orangtua nya di kampung, karena tidak ingin orangtuanya tahu tentang masalah rumah tangganya. Karena itulah ia memilih untuk tinggal bersama kami sementara waktu. Setidaknya menjelang masalahnya bersama suaminya terselesaikan.
Aku dan kak Yola juga lumayan dekat. Kami sudah sering ngobrol bersama.
Berbeda dengan istriku, kak Yola, bukanlah wanita karir. Ia hanya seorang ibu rumah tangga biasa. Sejak menikah, ia memutuskan untuk berhenti bekerja, adn berupaya menjadi istri yang baik bagi suaminya.
Sejak kak Yola tinggal bersama kami, aku jadi punya teman ngobrol. Terutama saat istri ku belum pulang kerja. Atau bahkan saat istri ku, mendapat tugas ke luar kota.
"suami ku selalu memojokkan ku dan selalu menyalahkan ku karena kami belum juga punya keturunan.." cerita kak Yola, suatu sore.
Saat itu hanya kami berdua di rumah. Istri dan anak ku, juga pengasuhnya sedang berada di luar kota. Pembantu kami satu-satunya juga sedang pulang kampung.
"apa kalian sudah pernah periksa ke dokter?" tanya ku bersimpati.
"suami ku gak mau, kalau harus memeriksakan diri ke dokter. Katanya hanya buang-buang waktu saja. Ia tetap bersikeras, kalau penyebab ketidakhamilan ku adalah diriku sendiri, bukan dia.." jelas kak Yola.
"lalu kak Yola, apa pernah memeriksakan diri ke dokter?" tanya ku lagi.
"pernah.. dan kata dokter, semuanya baik-baik saja. Justru aku jadi curiga, jangan-jangan suami ku yang tidak sehat.." balas kak Yola.
"lalu apa rencana kak Yola sekarang?" aku bertanya lagi.
"gak tahu, Jef.. Aku juga lagi bingung. Aku sebenarnya tidak ingin bercerai dari suami ku. Tapi jika aku memaksakan diri untuk tetap bertahan, aku justru semakin tersiksa karenanya. Seandainya saja, aku bisa memberikan suami ku keturunan, rumah tangga kami pasti akan baik-baik saja.." ucap kak Yola, terdengar sedikit lirih.
"lalu apa kalian gak pengen coba angkat anak misalnya?" tanya ku selanjutnya.
"suami ku gak mau, Jef. Dia ingin punya anak dari kandungan ku sendiri. Sementara dia sendiri, gak mau berusaha untuk berobat atau sekedar mendatangi dokter.. Itu yang membuat aku semakin bingung.." terang kak Yola lagi.
Untuk beberapa saat kami pun hanya saling terdiam. Terus terang aku merasa prihatin melihat kak Yola saat ini. Aku tahu, betapa bingungnya ia saat ini.
"kita main tiktok yuk, Jef.." tiba-tiba kak Yola berucap demikian. Wajahnya yang tadi terlihat murung, kini tiba-tiba ceria kembali.
"aku gak pernah main tiktok, kak.." balasku jujur.
"ayolah.. sekali ini aja... aku tuh butuh hiburan, Jef. Dan biasanya pelarian ku ya hanya main tiktok.." ucap kak Yola, sedikit memohon.
"ya udah.. terserah kak Yola aja.. Saya ikut aja..." balasku akhirnya, tak tega melihat wajah memohon kak Yola.
Lalu sore itu, kami pun bermain tiktok bersama. Tak ku sangka hal itu cukup menyenangkan. Apa lagi kak Yola terlihat sudah mahir bermain tiktok. Ia terlihat sudah jago melakukan goyangan-goyangan yang ada di aplikasi tersebut.
Aku coba mengikutinya, walau pun masih terlihat kaku. Kak Yola, beberapa kali terlihat tertawa melihat goyangan ku yang masih sering salah.
Tapi.. harus aku akui, kalau kak Yola memang jago bergoyang.
****
Malam itu, sehabis bermain tiktok dan mandi, kami pun makan malam berdua. Selama berada di rumah kami, kak Yola memang rajin memasak. Dan harus aku akui, kalau masakannaya juga enak.
"Jef... aku mau ngomong sesuatu... tapi kamu jangan tersinggung.. ya..." tiba-tiba kak Yola berucapa, saat kami baru aja selesai makan.
"kak Yola ngomong aja.. ada apa?" tanya ku jadi penasaran.
"kamu .... kamu mau gak... kalau... aku minta tolong sama kamu..." suara kak Yola sedikit terbata.
"kak Yola mau minta tolong apa?" tanyaku semakin penasaran.
"saya ingin menyelamatkan rumah tangga saya. Karena saya sangat mencintai suami saya. Saya gak ingin kehilangan dia. Tapi... satu-satunya cara, agar saya bisa membuat suami saya bahagia, hanyalah dengan kehamilan saya..." jelas kak Yola, masih sedikit terbata.
"lalu apa yang bisa saya lakukan untuk kak Yola.?" tanya ku lagi.
"saya ingin kamu mengh4mili saya.." balas kak Yola dengan suara lemah.
"apa?" kening ku berkerut dua kali lipat dari biasanya.
"saya tahu ini salah, Jef. Saya tahu ini terdengar bodoh.. tapi... kalau saya bisa hamil, rumah tangga kami pasti akan baik-baik kembali... dan ... saya tidak ingin melakukannya dengan orang lain, karena resiko nya terlalu besar.. karena itu lah saya minta tolong sama kamu..." kak Yola berucap kembali dengan suara terdengar mulai serak.
"tapi... saya ini... suami adik mu loh, kak Yola..." suara ku sedikit bergetar.
"iya.. saya tahu.. justru itu.. saya ingin kamu yang melakukannya... setidaknya saya tidak akan terlalu merasa bersalah..." balas kak Yola.
"tapi.. justru saya yang akan merasa bersalah, Kak. Terutama pada istri ku.." ucapku kemudian.
"aku mohon, Jef... aku... aku gak tahu lagi, bagaimana caranya untuk bisa menyelamatkan rumah tangga ku... hanya kamu satu-satunya harapan ku, Jef... jadi... aku mohon sama kamu..." suara kak Yola semakin menghiba, air matanya pun perlahan mulai berjatuhan, dan aku gak tega melihatnya.
"apa kak Yola yakin, dengan semua ini?" tanya ku akhirnya.
"saya sangat yakin, Jef..." balas kak Yola, masih terdengar terisak.
"baiklah... tapi kalau sendainya hal ini tidak berhasil, aku harap kak Yola tidak akan pernah menyesalinya.." ucapku kemudian.
"apa pun resikonya, Jef. Aku akan siap menanggung semuannya. Dan aku harap, ini hanya akan menjadi rahasia diantara kita berdua.." balas kak Yola, terdengar mulai sedikit tenang.
Dan begitulah, malam itu, aku berusaha untuk memenuhi keinginan kak Yola. Aku tahu ini salah, tapi aku juga tidak tega melihat kak Yola memohon seperti itu.
****
Beberapa kali kami melakukan hal tersebut, terutama saat hanya kami berdua di rumah. Kak Yola juga sudah kembali ke rumahnya. Ia kembali bersama suaminya. Aku tahu, hal itu ia lakukan, hanya agar suaminya tidak curiga. Hanya sewaktu-waktu kak Yola datang ke rumah, untuk melakukan rutinitas kami.
Dan setelah sekian bulan berlalu, akhirnya keinginan kak Yola pun terwujud. Ia pun hamil. Dan kabar itu, membuat perubahan yang sangat besar bagi rumah tangga kak Yola dan suaminya.
Bahkan sejak hamil, kak Yola hampir tidak pernah lagi datang ke rumah kami. Hubungan kami pun terputus begitu saja. Tapi aku tidak mempermasalahkan hal tersebut. Selama kak Yola bahagia, aku turut bahagia.
Dan kisah itu, hanya menjadi rahasia diantara kami berdua. Kami berusaha bersikap sewajarnya, terutama saat kami harus bertemu kembali. Sejak kehamilan kak Yola, istri ku jadi sering mengajak ku mengunjunginya.
Begitulah kisah ku yang terjadi antara aku dan kakak iparku. Sebuah kisah yang akan tetap aku simpan rapi di dalam lubuk hati ku.
Semoga saja, rahasia itu, tetap terpendam selamanya. Tanpa siapa pun yang akan tahu, kecuali hanya kami berdua.
Yah.... semoga saja...
****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar