Istri pak Kades

Nama ku Juna. Aku seorang mahasiswa. Usia ku sudah 22 tahun saat ini.

Kebetulan tahun ini aku dan beberapa orang teman kampus lainnya, sedang melaksanakan kegiatan KKN di sebuah desa.

Desa tersebut berjarak kurang lebih dua jam perjalanan dari kota tempat aku kuliah. Sebut saja nama desa nya, desa Meranti. Sebuah desa yang boleh di bilang sudah cukup maju.

Desa tersebut memang sedang berkembang. Transportasi nya juga sudah lancar. Jalan menuju desa tersebut sudah aspal semuanya. Listrik juga sudah masuk. Dan jaringan internet pun sudah cukup lancar.

Sumber mata pencaharian utama masayarakat desa tersebut adalah nelayan. Karena memang desa Meranti terletak di pinggiran sebuah sungai. Sebagian lagi ada juga yang berkebun atau pun bertani. Kehidupan masyarakat di sana, secara ekonomi memang sudah sangat mapan.

Kami melaksanakan KKN di desa Meranti selama kurang lebih dua bulan.

Kami berjumlah enam belas orang, tujuh cowok dan sembilan cewek. Kami semuanya tinggal di rumah pak Kades. Kebetulan rumah pak Kades cukup luas.

Kami yang cowok tinggal satu kamar, sedangkan yang cewek tinggal di dua kamar lainnya.

Pak Kades desa Meranti memang masih cukup muda. Beliau masih berusia sekitar 35 tahun, sedangkan istrinya juga masih sangat muda, mungkin baru berusia sekitar 28 tahun. Dan ternyata mereka belum memiliki anak, meski mereka sudah menikah lebih dari tujuh tahun.

Singkat cerita, aku dan teman-teman KKN lainnya pun mulai melakukan berbagai kegiatan di desa tersebut. Tentu saja di bantu oleh pak Kades sendiri dan beberapa orang perangkat desa lainnya.

Istri pak Kades yang bernama buk Erna, juga sering terlibat dalam kegiatan yang kami lakukan.

Karena tinggal serumah dengan pak Kades dan istrinya, kami juga jadi cepat akrab dan dekat. Pak Kades dan istrinya juga memperlakukan kami dengan sangat baik. Mereka sudah menganggap kami seperti keluarga sendiri.

Buk Erna, istri pak Kades tersebut, juga sangat ramah dan penuh perhatian. Dia memperlakukan kami seperti keluarganya sendiri.

Dan bahkan, kadang aku merasa, perhatian buk Erna pada ku justru terasa berlebihan. Mulai dari memperingatkan aku sudah makan atau belum, sudah mandi atau belum, sampai kadang-kadang ia sering membuatkan aku makanan kesukaan ku.

Awalnya aku menganggap semua perhatian buk Erna padaku, adalah hal biasa. Namun lama kelamaan, aku merasa buk Erna mulai bertindak agak sedikit aneh. Dia jadi sering memuji ku, sering mengajak aku ngobrol berdua, terutama saat di rumah hanya ada kami berdua.

Perhatian dan sikap buk Erna yang berlebihan tersebut, membuat aku jadi sedikit risih.

Pernah pada suatu hari, aku merasa sedikit kurang enak badan. Karena itu aku tidak ikut dengan teman-teman untuk melakukan kegiatan kami hari itu. Aku hanya berbaring malas di dalam kamar.

Saat itu, tiba-tiba buk Erna masuk ke kamar.

"katanya kamu sakit, Jun. Kamu sudah minum obat?" tanya buk Erna berbasa-basi.

"iya, buk. Saya lagi kurang enak badan aja. Tapi tadi sudah minum obat kok.." balasku ringan.

"kamu udah makan?" tanya buk Erna lagi, sambil ia duduk di samping ku.

"udah, buk." balasku singkat.

"ya udah.. kamu istirahat aja ya.. nanti saya buatkan makanan kesukaan kamu, biar kamu cepat pulih.." ucap buk Erna kemudian.

"iya, buk. Makasih ya. Buk Erna sudah sangat baik pada ku selama ini. Saya jadi gak enak.." balasku.

"kamu gak usah merasa gak enak gitu, Jun. Saya ... saya ikhlas kok. Soalnya kamu tuh orangnya juga baik dan ramah. Kamu juga cakep, Jun. Saya jadi suka sama kamu.." ucap buk Erna sedikit blak-blakan.

"maksud buk Erna apa?" tanya ku terdengar lemah.

"maksud saya... kamu tuh keren, Jun. Saya suka sama kamu. Kamu mau gak kalau kita menjalin hubungan yang lebih?" balas buk Erna lugas.

"tapi.. kan... buk Erna sudah punya suami. Saya takut, buk. Saya gak bisa.." ucapku sedikit terbata.

"kamu gak usah takut, Jun. Ini hanya sementara, kok. Selama kamu berada disini aja. Nanti kalau kamu udah pergi, semuanya juga berakhir, kok." balas buk Erna pelan.

"tapi.. buk.." ucapku terputus.

"udah... kamu mau ya.. atau kamu gak tertarik sama saya?" balas buk Erna terdengar manja.

Untuk sesaat aku terdiam. Secara fisik buk Erna memang cukup menarik. Dia cantik dan masih seksi. Tapi ...

"maaf, buk. Saya gak bisa. Saya takut pak Kades tahu.." ucapku akhirnya.

"bapak gak bakal tahu, Jun. Kamu tenang aja.. Yang penting kamu mau.. ya.." balas buk Erna, berusaha meyakinkan ku.

"kalau kamu nolak, nanti saya bilang bapak, kalau kamu merayu saya.." lanjut buk Erna lagi.

Kali ini aku terdiam lagi. Sepertinya ambisi buk Erna untuk bisa mendapatkan saya, cukup kuat. Aku sungguh tidak menyangka sama sekali, kalau buk Erna akan senekat ini.

Akhirnya dengan sangat terpaksa, aku pun menerima tawaran buk Erna. Bukan karena aku menginginkannya, tapi karena aku takut buk Erna akan memfitnah ku, dan melaporkan hal-hal yang buruk pada pak Kades.

****

Sejak saat itu, aku dan buk Erna jadi semakin sering menghabiskan waktu berdua. Ada saja kesempatan bagi kami untuk bisa menikm4ti kebersamaan kami.

Hubung4n terlar4ng ku dengan buk Erna, istri pak Kades tersebut, terus terjalin selama aku melaksanakan KKN di desa Meranti.

Entah mengapa aku pun mulai bisa menikm4ti hubung4n tersebut. Aku terkes4n dengan semua yang dil4kukan buk Erna pada ku. Sungguh sebuah pengalaman yang sangat indah bagi ku.

Hingga akhirnya, masa KKN kami pun selesai. Dan aku harus kembali ke kota.

Sejujurnya, aku merasa berat harus berpisah dengan buk Erna. Namun seperti perjanjian kami dari awal, bahwa jika aku sudah pergi dari desa tersebut, maka hubungan kami pun berakhir.

Dan begitulah, kisah indah ku bersama buk Kades yang cantik tersebut. Meski terkesan singkat, namun hal itu tidak mudah untuk dilupakan.

Aku akan selalu mengingat semua kisah itu, sebagai kenangan yang terindah dalam perjalanan hidup ku.

Walau pun aku tahu, kalau semua itu adalah sebuah kesalahan.

Aku hanya berharap, semoga saja, hal itu tidak akan pernah terjadi lagi dalam perjalanan hidupku.

Ya... semoga saja.

****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Layanan

Translate