Aku seorang suami dari seorang istri bernama Lena. Kami juga sudah punya seorang putri kecil yang baru berusia enam tahun.
Kehidupan kami memang terbilang sangat sederhana. Aku hanya seorang satpam di sebuah mall, sedangkan istri ku juga ikut bekerja, dengan berjualan kue keliling.
Setiap pagi biasanya istri ku selalu keliling komplek untuk menjajakan kue nya, sambil ia mengantar anak kami ke sekolah, dan biasanya siang baru ia kembali ke rumah, sambil sekalian menjemput kami di sekolah.
Aku sendiri bekerja secara shift, kadang aku harus masuk kerja malam dan pulang pagi. Kadang juga masuk siang dan pulangnya malam.
Kami tinggal di sebuah rumah petak kontrakan. Rumah petak itu berderetan sebanyak lima pintu.
Empat dari lima rumah tersebut sudah berpenghuni, kecuali rumah paling ujung yang berdampingan dengan rumah kami itu masih kosong. Karena baru beberapa minggu yang lalu penghuninya pindah.
Sampai pada suatu ketika, seseorang pindah ke rumah kontrakan kosong tersebut.
Penghuni baru itu, seorang janda dengan dua orang anak, namanya Maya.
Menurut cerita Maya, suaminya baru saja meninggal sekitar dua bulan yang lalu. Ia pindah ke kontrakan ini, karena sudah tidak sanggup lagi membayar sewa rumah lamanya.
Mendiang suaminya adalah seorang karyawan di sebuah perusahaan swasta. Setelah suaminya meninggal, Maya mendapatkan pesangon dan juga uang santunan.
Namun karena Maya tidak bekerja, uang itu juga mulai menipis. Karena itu Maya berinisiatif untuk pindah ke kontrakan yang lebih murah.
Maya juga berencana untuk membuka usaha menjahit di tempat barunya itu, sesuai dengan keahlian yang dia miliki.
Singkat cerita, aku dan Maya pun saling kenal, karena kebetulan rumah kami bersebelahan. Dan sebenarnya perkenalan kami di mulai, saat pertama kali Maya pindah ke sini. Saya ikut membantunya, mengangkut barang-barangnya ke dalam rumah.
Maya dan istri ku juga sudah saling kenal, apa lagi anak pertama Maya juga harus pindah ke sekolah baru, yang kebetulan satu sekolahan dengan anak ku.
Sementara anak ke dua Maya sudah mulai masuk TK, yang berada tidak terlalu jauh dari rumah kontrakan kami.
Jadi biasanya, setelah mengantar anak-anaknya ke sekolah, Maya pun mulai sibuk melakukan pekerjaan barunya, yakni menjahit pakaian.
****
Suatu pagi, aku pulang dari kerja, seperti biasa jika masuk malam, maka aku akan pulang sekitar jam delapan pagi.
Saat itu, istriku sudah tidak ada di rumah, karena memang ia harus pergi menjajakan kue dagangannya.
Aku mencoba mencari kunci rumah, yang biasanya istriku taruh di bawah pot bunga di samping pintu. Tapi setelah mencari beberapa saat aku tidak bisa menemukannya.
Saat itu, Maya sedang menyapu di teras rumahnya.
"lagi cari apa, Jun?" tanya Maya, saat ia melihat aku yang sedang kebingungan.
"anu, mbak. Kunci rumah. Apa tadi istri ku ada titip sama mbak Maya?" tanya ku sedikit gelagapan.
Maya saat itu hanya memakai baju daster tipis, yang sedikit transparan. Rambutnya dibiarkannya tergerai, sedikit basah.
Maya memang berwajah cukup cantik, body nya juga lumyan seksi.
"gak ada tuh, Jun. Mungkin ia lupa meninggalkannya." ucap Maya menjawab.
"tu lah, mbak. Padahal biasanya ia taruh di situ." ucapku sambil menunjuk ke arah pot di samping pintu.
Maya memang berusia dua tahun lebih tua dari ku, sekitar 33 tahun usianya. Sementara aku masih 31 tahun. Karena itu aku biasa memanggilnya mbak.
"padahal aku sudah ngantuk banget, mbak. Semalam gak tidur, karena tugas." lanjutku berucap lagi.
"ya udah, kamu istirahat di rumah mbak aja." tawar Maya.
"gak usah, mbak. Saya nunggu istri saya aja." balas ku.
"tapi istri kamu kan masih lama pulangnya, Jun. Biasanya kan ia pulang siang. Sekarang masih jam delapan loh, Jun." ucap Maya lagi.
"tapi aku gak enak, mbak. Masuk ke rumah mbak Maya." balasku sungkan.
"udah, gak apa-apa, Jun. Kan cuma numpang tidur doang." ucap Maya meyakinkan.
Aku berpikir sejenak. Sebenarnya aku merasa sungkan untuk masuk ke rumah Maya. Tapi aku juga sudah tidak bisa menahan kantuk ku.
Aku pun akhirnya menerima tawaran Maya, untuk beristirahat di rumahnya.
Aku melangkah dengan sedikit ragu memasuki rumah tersebut. Maya ikut masuk bersama ku.
Ia kemudian memberikan aku sebuah bantal, untuk aku berguling di ruang tengah rumahnya.
Ruangan itu memang agak sempit, karena semua peralatan menjahit Maya berada di ruangan itu.
Aku jadi sedikit kesusahan untuk sekedar berbaring.
Maya sepertinya juga menyadari hal tersebut.
"kamu tidurnya di kamar aku aja, Jun." tawar Maya.
"tapi aku gak enak loh, mbak." balas ku berusaha menolak.
"tapi kamu gak mungkin bisa tidur di situ, Jun. Jadi lebih nyaman kalau kamu tidurnya di kamar aja." ucap Maya sedikit bersikeras.
Karena merasa tidak enak hati menolak kebaikan Maya, dan juga karena memang di ruangan itu aku tidak bisa tidur dengan nyaman, aku pun menerima tawaran dari Maya.
Aku segera bangkit dan berjalan menuju kamar Maya.
Sesampai di dalam, aku pun segera merebahkan tubuh ku di atas ranjang dalam kamar tersebut. Saat itulah aku menyadari, kalau dari tadi Maya selalu memperhatikan ku.
"mbak kok lihatnya gitu?" tanya ku bergetar.
"kamu tampan dan gagah sekali, Jun. Aku suka lihat kamu." ucap Maya cukup berani.
"ah, mbak Maya bisa aja." balas ku salah tingkah.
"kamu kan tahu sendiri, Jun. Aku ini sudah hampir setengah tahun menjanda. Aku selalu merasa kesepian. Dan jujur saja, aku sering memikirkan kamu malam-malam, untuk sekedar mengisi kesepian ku." ucap Maya lagi, sambil ia mulai melangkah mendekati ku.
Aku terpaku menyadari itu semua. Sungguh tak pernah terpikir oleh ku, kalau Maya akan berucap demikian.
Aku memang mengagumi kecantikan Maya. Namun selama ini, aku tidak berani untuk menunjukkannya. Apa lagi status ku yang merupakan suami orang.
Tapi karena Maya sendiri sudah berterus terang tentang perasaannya, aku pun jadi lebih berani.
"aku.. aku... juga suka sama mbak Maya. Tapi aku ini suami orang loh, mbak. Apa mbak Maya gak nyesal nantinya?" ucapku akhirnya.
"kalau untuk mendapatkan laki-laki segagah kamu, aku gak bakal nyesal, Jun. Lagi pula, kita melakukannya atas dasar suka sama suka. Dan kita juga tidak harus terikat kan?" balas Maya kemudian.
"kalau mbak Maya, mau nya seperti itu, aku juga siap, mbak. Menjalin hubungan rahasia bersama mbak Maya. Asalkan mbak Maya tidak menuntut apa-apa dari ku." ucap ku membalas.
"aku tidak akan menuntut apa pun dari kamu, Jun. Asalkan kamu punya waktu untuk ku, kapan pun aku menginginkannya." ucap Maya yakin.
Dan setelah memperoleh kata sepakat, pagi itu, aku dan Maya pun melakukan sebuah pergelaran.
Sebuah pergelaran yang indah. Maya memang terlihat sekali sudah berpengalaman. Apa lagi ia sudah lama hidup sendiri. Ia pasti sangat kesepian selama ini. Hal itu dapat aku rasakan dari perlakuannya pada ku pagi itu.
Aku hampir kewalahan di buatnya. Sangat terlihat sekali, kalau Maya memang sedang merasa haus.
Aku pun berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk Maya. Aku juga ingin membuktikan diri ku padany, kalau aku ini adalah laki-laki yang tepat untuknya saat ini.
Dan pagi itu pun berlalu dengan sempurna. Meninggalkan kesan yang mendalam di antara kami berdua.
****
Sejak kejadian indah pagi itu, aku dan Maya pun mulai terlibat hubungan terlarang.
Kami selalu berupaya untuk mencari waktu yang tepat untuk kami bisa bertemu dan berduaan.
Berbulan-bulan hal itu terus terjadi.
Sampai akhirnya, istri ku pun mulai mencurigai ku. Istri ku sering mempertanyakan tentang kedekatan ku dengan Maya.
Karena takut istri ku mengetahui hubungan kami, aku pun segera meminta Maya untuk tidak lagi bertemu dengan ku.
Maya berusaha menolak awalnya, tapi aku berusaha meyakinkannya. Aku tak ingin rumah tangga ku hancur, karena hubungan ku dengan Maya.
Maya tetap tak terima, dia bahkan semakin berani untuk terus mendekati ku.
Sampai akhirnya istri ku pun terpaksa turun tangan. Istri ku menghasut beberapa warga yang ada di sana untuk segera mengusir Maya dari situ.
Beberapa warga pun mulai terhasut. Apa lagi status Maya yang seorang janda. Para-para ibu-iu di gang itu, merasa khawtir kalau suami mereka juga di goda oleh Maya.
Setelah campur tangan pak RT, Maya pun akhirnya di paksa pindah dari situ. Aku tak bisa berbuat apa-apa, karena aku juga tidak ingin rahasia hubungan ku dengan Maya terbongkar.
Aku juga turut serta menyetujui pengusiran Maya dari tempat itu, agar istri ku yakin, kalau aku tidak punya hubungan apa-apa dengan Maya.
Maya pun pindah, dan aku juga sedikit merasa bersalah. Tapi aku memang tidak mungkin melanjutkan hubungan ku dengan Maya.
Biar bagaimana pun, aku sudah punya istri dan anak yang sangat aku sayangi. Dan hubungan ku dengan Maya adalah sebuah kesalahan.
Meski pun resikonya, Maya terpaksa pindah dari situ. Tapi aku merasa sedikit lega, karena dengan begitu, aku tak perlu lagi merasa khawatir.
Aku pun menyadari kesalahan ku tersebut. Aku yang begitu mudah tergoda oleh janda cantik itu.
Namun aku berjanji dalam hatiku, untuk tidak lagi melakukan kesalahan yang sama di kemudian hari.
Semoga saja.
****
Selesai..